Gridhot.ID- Masjid Sunan Ampel berada di Jalan Petukangan I, Ampel, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya.
Menariknya, bukan hanya umat Islam di Indonesia yang berkunjung ke Masjid Sunan Ampel.
Bahkan, ada wisman dari Malaysia, Polandia, Singapura, dan China yang berkunjung ke Masjid Sunan Ampel.
Tujuan utama mereka adalah berziarah ke makam Sunan Ampel.
Selain berziarah, wiasatawan juga berbelanja dan mencoba kuliner Arab di Kampung Arab yang lokasinya berdekatan dengan masjid.
Kampung Ampel merupakan Kampung Arab yang dihuni warga keturunan asli Arab.
Berdasarkan informasi dari portal Indonesia.go.id, orang-orang Timur Tengah mulai datang ke wilayah Ampel pada 1451.
Tujuan mereka selain mendengar keberadaan wali adalah untuk berdagang.
Pada 1820, terjadi gelombang besar pendatang Hadhami dari daerah Hadramaut, Yaman Selatan, ke Surabaya.
Mereka menempati kampung yang dekat dengan masjid dan makam Sunan Ampel.
Awal era 1900, lebih banyak lagi Hadhami yang datang karena negara asal mereka terjadi konflik politik.
Karena itu, wilayah Ampel juga dikenal sebagai kampung Arab.
Selain Surabaya, mereka juga datang dan menetap di Jakarta, Pekalongan, dan Bangil (Pasuruan).
Jiwa kaum Hadhami adalah dagang.
Setelah usahanya maju pesat, mereka mulai membeli rumah-rumah di kawasan Ampel kemudian menetap di kawasan tersebut hingga anak cucunya.
Karena itu, meski namanya kampung Arab, tapi banyak bangunannya bercorak Hindu Jawa seperti yang terdapat di Masjid Ampel.
Berdasarkan informasi dari situs Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, Masjid Sunan Ampel menjadi salah satu kawasan yang paling dicari saat Ramadhan tiba.
Pada bulan suci, biasanya jumlah pengunjung meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa, yakni bisa mencapai 2.000 orang.
Pengunjung makin bertambah pada malam ganjil akhir Ramadhan yakni pada tanggal 21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadhan.
Dalam catatan Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, jumlah pengunjung bisa mencapai 20 ribu orang pada tanggal-tanggal tersebut.
Sesuai namanya, masjid ini didirikan oleh Sunan Ampel yang merupakan salah satu dari Wali Songo atau Sembilan Wali.
Berdasarkan informasi dari situs Dunia Masjid, Jakarta Islamic Centre, masjid ini didirikan pada 1421.
Sunan Ampel yang memiliki nama asli Raden Mohammad Ali Rahmatullah pindah ke Surabaya pada usia 20 tahun.
Saat itu, Surabaya masih merupakan daerah kekuasaan Majapahit.
Meskipun masih muda, Sunan Ampel dikenal pandai dalam ilmu agama.
Karena kepandaiannya itu, Raja Majapahit memercayai Sunan Ampel untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di Surabaya untuk mendidik moral para bangsawan dan kawula Majapahit.
Untuk itu, Raden Rachmat (nama Sunan Ampel) dipinjami oleh raja tanah seluas 12 hektar di daerah Ampel Denta atau Surabaya untuk menyebarkan agama Islam.
Mulai itulah, Raden Rachmat kemudian akrab dipanggil Sunan Ampel karena lokasi dakwahnya berada di Ampel Denta.
Sebagai media dakwahnya, Sunan Ampel membangun masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Ampel.
Di tempat inilah, Sunan Ampel menghabiskan hidupnya hingga wafat pada 1481 kemudian dimakamkan di kompleks masjid.
Hingga saat ini, banyak umat Islam yang berziarah ke makam Sunan Ampel di kompleks Masjid Sunan Ampel.
Arsitektur Masjid Sunan Ampel merupakan perpaduan gaya Jawa kuno dan Arab.
Masjid ini juga masih dipengaruhi alkuturisasi budaya lokal dan Hindu-Buddha lewat arsitektur bangunannya.
Masjid Ampel menggunakan kayu jati yang didatangkan dari beberapa wilayah di Jawa Timur.
Atap masjid mempunyai ciri khas masjid bersejarah lainnya, seperti Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta dan Masjid Agung Surakarta, yakni menggunakan sistem atap tumpang tiga.
Bangunan utama masjid ditopang menggunakan tiang penyangga yang tampak kokoh, meski usianya ratusan tahun.
Dalam kompleks masjid, terdapat makam Sunan Ampel.
Berdasarkan informasi dari situs Indonesia.go.id, makam ini menarik pengunjung bukan hanya karena peristirahatan seorang wali.
Lebih dari itu, sejarah dan ornamen di makam tersebut memiliki daya tarik karena dipengaruhi kultur asal ibu Sunan Ampel, yaitu putri Raja Champa sebuah kerajaan kuno yang menguasai wilayah Vietnam.
Ada lima gapura yang mengelilingi masjid Sunan Ampel yang menggambarkan ajaran Mo Limo atau pantangan terhadap lima hal bagi umat Islam.
Pantangan yang termaktub di gapura tersebut adalaah, larangan main perempuan, larangan mabuk, larangan main judi, larangan mencuri, dan larangan mengisap candu atau ganja.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masjid Sunan Ampel di Surabaya, Wisata Religi yang Pikat Turis Asing".(*)