Gridhot.ID - Nama Brigjen TNI Iwan Setiawan memanglah bukan nama sembarangan di kalangan tentara.
Dikutip Gridhot dari laman wikipedia dan Tribun Jatim, Brigjen TNI Iwan Setiawan merupakan Danjen Kopassus.
Iwan merupakan lulusan Akmil 1992 dari kecabangan infenteri Kopassus.
Selama menjadi prajurit, sudah banyak tugas luar basa yang dijalani Iwan.
Dikutip Gridhot dari Surya, inilah masa lalu Danjen Kopassus Brigjen TNI Iwan Setiawan yang tak terlupakan, saat ia masih jadi anak buah Prabowo Subianto.
Kala itu, tepatnya pada bulan April 1997, Brigjen TNI Iwan Setiawan dan beberapa anggota Kopassus telah menorehkan sejarah.
Mereka berhasil menaklukkan Gunung Everest dan mengibarkan bendera Merah Putih di puncaknya.
Prabowo yang kala itu masih menjabat Danjen Kopassus dengan pangkat Mayor Jenderal, sangat bangga karena misi yang ia berikan kepada anak buahnya bisa terlaksana dengan baik.
Lantas, bagaimana kisah lengkapnya?
Melansir dari tayangan di channel youtube TNI AD, Brigjen TNI Iwan Setiawan menceritakan pengalamannya saat ikut menaklukkan gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest.
Iwan mengaku sebelumnya tidak mengetahui apa itu Mount Everest atau Gunung Everest.
Bahkan, sebelumnya ia tak memiliki pengalaman mendaki gunung.
"Saya pada saat itu belum tahu apa itu Mount Everest. Bayangkan, kita naik gunung aja belum pernah, terutama gunung es.
Saat itu saya baru lulus komando, memang masih muda, fisiknya masih bagus. Kemudian ada seleksi untuk pendakian Mount Everest," kata Iwan Setiawan.
Iwan pun mengatakan bahwa bagi Kopassus, tugas merupakan segalanya dan merupakan salah satu kehormatan.
Hal tersebut juga berlaku bagi pasukan yang nantinya lolos untuk mengikuti Ekspedisi Everest tahun 1997.
"Alhamdulillah saya menjadi salah satu perwira akademi militer yang lolos dan lulus ekspedisi Mount Everest itu," ujarnya.
Mengetahui dirinya lolos seleksi, Iwan Setiawan pun meminta izin untuk menikahi kekasihnya.
"Saya sebelum berangkat izin dengan Danjen Kopassus untuk menikah. Dan saya diizinkan sebelum berangkat (menikah dulu)," terangnya.
Usia pernikahannya baru sebentar, istri Iwan pun merasa khawatir akan ditinggal sang suami.
"Saya sempet (kepikiran) ini kalau suami saya tidak kembali ini anak tidak ada bapaknya.
Karena sebelum bapak berangkat, saya sempet nonton bareng, ada ekspedisi negara mana , ya?," ujar Beti Iwan Setiawan.
Iwan pun membenarkan rasa takut yang dimiliki sang istri.
"Pendakian Everest, lebih banyak korban meninggalnya, jadi istri ya mungkin khawatir anak lahir tidak ada bapaknya, sambung Brigjen Iwan Setiawan," imbuh Iwan.
Meski demikian, Iwan Setiawan kalo terjadi sesuatu kan kehormatan, karena membawa merah putih.
Iwan pun kemudian menceritakan halangan yang dihadapinya ketika mendaki gunung tertinggi di dunia itu.
"Kita kan dari iklim tropis, tidak pernah naik gunung es. Begitu sampai di sana langsung dibawa ke gunung es.
Saya baru berjalan 100 meter langsung muntah-muntah. Kaget dan memang tidak siap dengan cuaca dingin," terangnya.
Jauh dari sang suami, rupanya Beti merasakan rasa sakit yang dialami belahan jiwanya.
"Rupanya istri sudah merasakan (saya sakit)," imbuh Iwan.
Meski mengalami sakit di awal, Iwan pun tak menyerah karena ia merasa membawa mandat besar di pundaknya.
"Dan saya satu-satunya perwira akmil yang memimpin. Tumpuan arah dari Pak Prabowo saat itu, termasuk negara, di mana saya bisa mengibarkan bendera merah putih," paparnya.
Setelah 2 hari kemudian, Iwan dan rombongan pun melanjutkan perjalanan.
Tak seperti yang diharapkan, Iwan mengalami jatuh bangun.
"Saya terjatuh di ketinggian 8.500 m, begitu terjatuh saya terbayang istri saya sedang hamil besar.
Saya berdoa untuk bisa selamat dan bisa kembali melihat istri saya melahirkan," tambahnya.
"Saya berhasil sampai Mount Everest kemudian saya di puncak itu kehabisan oksigen.
Bayangkan ga orang bisa hidup di ketinggian 8.500m dengan suhu minus 50 derajat?," ujarnya.
Berkat kekuatan doa, Iwan dan rombongan pun berhasil selamat dan mengibarkan Bendera Pusaka di Puncak Gunung Everest.
"Begitu kembali, berhasil, saya dijemput sama 20 jenderal waktu itu kemudian kita menjadi orang asia pertama.
Kemudian dipanggil sama presiden, mendapatkan penghargaan berupa bintang. Saya disuruh sujud ke Tanah Suci. Saya merasa bersyukur bisa berhasil mengharumkan nama Indonesia," pungkasnya.
(*)