Find Us On Social Media :

Mendunia Berkat Pedagang Muslim, Kue Kering yang Sering Muncul Saat Lebaran Ternyata Tidak Sengaja Diciptakan oleh Para Nenek Moyang, Begini Sejarahnya yang Unik

Nastar

Gridhot.ID - Umat muslim dunia kini merayakan hari raya Idul Fitri.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, lebaran tahun 2022 ini terasa lebih meriah karena masyarakat sudah sedikit dilonggarkan dari aturan wabah covid-19.

Banyak orang sudah mulai melakukan mudik ke kampung halaman masing-masing.

Hari Lebaran di Indonesia sendiri sangat identik dengan makanannnya yang khas.

Selain ketupat, adapula berbagai kue yang disediakan untuk disantap seluruh kerabat atau keluarga.

Bukan hal baru lagi jika lebaran di Indonesia identik dengan sajian beraneka kue kering di meja.

Apalagi kue kering akan sangat nikmat untuk disantap bersama keluarga.

Dikutip Gridhot dari Intisari, berbagai jenis kue kering tersebut seperti nastar, putri salju, kastangel, dan lain sebagainya.

Tak disangka, kue kering ini ternyata memang sudah lekat dengan peradaban muslim sejak berabad lalu.

Baca Juga: Masa Bodoh Kota yang Dipijaknya Terancam Porak Poranda, Angelina Jolie Kepergok Minum di Kedai Kopi Lviv Saat Pasukan Rusia Berkumpul untuk Serang Ukraina

Itu karena sejarah kue kering yang memang berasal dari Persia (saat ini Iran) pada abad ke-7.

Kue kering tidak pernah diniatkan untuk diciptakan. Saat itu, para tukang roti ingin membuat kue biasa pada umumnya.

Sayangnya, pada masa tersebut, memanggang kue bukan perkara yang mudah. Salah satu kesulitan yang harus dihadapi dalam memanggang kue adalah penentuan suhu dalam oven yang akan digunakan.

Untuk mengukur suhu yang tepat, biasanya para tukang roti saat itu menjatuhkan sedikit adonan ke dalam oven. Adonan kue yang jatuh inilah yang membuat kue kering lahir.

Saat itu, kue kering hanya versi tipis dari kue pada umumnya dan disajikan dalam porsi kecil dengan warna cokelat keemasan.

Penganan ini dulunya hanya disajikan bagi kaum bangsawan.

Kue kering kemudian menyebar ke seluruh dunia melalui pedagang Muslim.

Salah satu wilayah yang ikut mempopulerkan kue kering adalah daratan Eropa.

Di Eropa, sejarah kue kering bermula di Spanyol saat penaklukan Muslim.

Baca Juga: Penampakan Rumah Mewah Arya Saloka dan Putri Anne, Punya Konsep American Classic Ala Farmhouse di Pedesaan, Baru Rampung Direnovasi Sebelum Ramai Isu Perselingkuhan

Sekitar abad ke-14, penganan ini mulai dinikmati oleh seluruh masyarakat Eropa, mulai dari anggota kerajaan hingga rakyat biasa.

Pada 1596, makanan ringan ini menjadi makanan yang disajikan untuk kelas menengah di Inggris.

Kue kering yang populer saat itu berbentuk persegi kecil yang diperkaya dengan kuning telur dan rempah-rempah.

Kepopuleran kue kering makin berkembang karena penganan ini bisa tetap awet dalam waktu yang lama.

Ini membuatnya menjadi makanan sempurna untuk dibawa berpergian.

Pada 1671, imigran Inggris, Skotlandia, dan Belanda membawa kue kering pertama ke Amerika Serikat.

Kue kering kemudian disajikan saat minum teh. Pada masa ini, pembuatan kue kering dilakukan oleh industri rumahan.

Selanjutnya, ratusan resep kue dibuat di Amerika Serikat. Baru sekitar abad ke-17 dan 18 di Eropa, pembuatan kue mulai dikonreol dengan hati-hati oleh asosiasi profesional.

Setelah revolusi industri, pada abad ke-19, teknologi pembuatan kue makin maju. Saat itu, bermacam-macam kue kering diciptakan mulai dari rasa manis hingga gurih.

Baca Juga: Pemudik Wajib Tahu, Berikut Kode Sopir dan Kru Bus Saat Ada Pencopet, Penumpang Sengaja Diperlakukan Begini

Sejak saat itu, kue menjadi salah satu kudapan wajib untuk berbagai perayaan di Eropa maupun Amerika seperti Natal dan sebagainya.

Di Indonesia sendiri salah satu kue kering yang terkenal adalah nastar.

Nastar masuk ke Indonesia ketika masa penjajahan Belanda. Kue ini menjadi pengganti pie blueberry atau apel yang merupakan kegemaran bangsa Belanda.

Nama nastar adalah kepanjangan bahasa Belanda yaitu “Ananas/ nanas” dan “Taart/tart/pie” yang artinya Tart nanas.

Penggunaan nanas merupakan pengganti buah blueberry yang sulit ditemukan di Indonesia.

(*)