Find Us On Social Media :

'Ini Mukjizat!' Putrinya Sembuh dari Kanker Setelah 3 Tahun Berobat di Singapura, Denada Sujud Syukur, Awalnya Sempat Tak Percaya dan Pasrah pada Tuhan

Denada saat menceritakan anaknya dinyatakan sembuh dari kanker darah

Ia mengaku beberapa kali melihat saldo tabungan di ATM-nya hanya Rp 200 ribu.

"Itu beneran terjadi dan nggak cuma terjadi satu kali," kata Denada di program Rosi, Kamis (14/7/2022).

"Saat di sana (Singapura) kami ngerasain banget, betapa luar biasanya (mahal -red), dan yang pertama aku lakukan menjual aset, apapun yang aku punya. Yang pertama kali itu apartemen, sekarang juga masih menjual rumah," ujarnya.

Denada menjelaskan, sebelum memutuskan tinggal dan berobat di negeri Singa itu, dokter Aisha sudah mengingatkan mengenai biaya yang akan lebih mahal daripada Indonesia.

"Sebelum kami berangkat ke Singapura, dokter udah bilang sama kami kalau dibawa ke Singapura, harus ready, karena di sana itu bisa dua sampai tiga kali lipat biayanya," ujarnya mengenang.

Baca Juga: Petik Buah Kesabaran, Denada Bahagia Luar Biasa Anaknya Sudah Tak Lagi Jalani Kemoterapi Kanker Darah, Hampir 3 Tahun Berjuang Tak Ada yang Sia-sia

Tak hanya biaya hidup dan pengobatan yang besar, persoalan lain yang juga harus dihadapi Denada ialah sepinya tawaran pekerjaan akibat pandemi.

Ia mengaku sempat merasa sedih dan takut ketika pengeluarannya lebih besar daripada pendapatannya. Sebab, sudah 2 tahun ia tidak bekerja karena pandemi Covid-19.

"Nangis, sampai bener-bener nangis, tapi nangisku itu 'aku nggak mampu Ya Tuhan, aku menderita, aku kesulitan, aku takut,' tapi segitu aja," ucapnya.

Meski demikian, perempuan kelahiran 19 Desember 1978 itu mengaku tidak marah, melainkan selalu menjalani hari-harinya dengan pasrah kepada Tuhan.

"Aku selalu percaya, aku percaya di dalam hatiku yang paling dalam bahwa Tuhan itu Maha Pengasih, Maha Penyayang, Tuhan itu Maha Pemelihara hamba-hambanya. Jadi kita itu nggak mungkin dibiarin susah dan menderita tanpa ada kasih sayang Tuhan di situ," tuturnya sambil menitikkan air mata.

Meski pasrah, Denada mengaku bahwa dirinya tetap berusaha mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya.