Gridhot.ID - Keberadaan Prada Yotam Bugiangge yang kabur dari kesatuannya di Batalyon Infanteri 756 sejak 21 Desember 2021 akhirnya diketahui.
Prada Yotam Bugiangge disebut sebagai salah pelaku pembantaian 13 warga sipil di Nduga oleh KKB Papua.
Sebanyak 11 di antaranya tewas di Kampung Nogolait, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Sabtu (16/7/2022).
Danrem 172/PWY Brigjen TNI J.O. Sembiring memastikan bahwa Yotam Bugiangge saat ini telah dipecat sebagai anggota TNI.
"Sudah desersi dan dan sudah diputuskan hakim sudah PTDH alias pecat," ujarnya melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Rabu (19/7/2022).
Menurut Jo, sapaannya, Yotam membawa satu pucuk senjata api jenis SS2 dan diperkirakan kabur ke Nduga yang merupakan kampung halamannya.
Setelah dipastikan bergabung dengan KKB pimpinan Egianus Kogoya, Yotam dipastikan tetap menjadi incaran Pomdam XVII/Cenderawasih untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Pangdam sudah menyampaikan untuk mencari yang bersangkutan. Jadi meski sudah dipecat, tidak membuat kewenangan dari Pomdam untuk mengejarnya," kata dia.
Walaupun belum lama bergabung dengan KKB Papua, Yotam diyakini telah terlibat dalam 2 aksi kejahatan.
Direskrimum Polda Papua, Kombes Faizal Ramadhani menyebut, Yotam secara langsung berperan dalam pelarian senjata api yang dirampas dari Bripda Diego Rumaropen.
Saat itu, Bripda Diego Rumaropen dibunuh oleh dua orang pelaku dan dua senjata api yang dipegangnya dirampas.
Insiden pembunuhan itu terjadi di Jayawijaya pada 18 Juni 2022.
"Senjata steyr dan AK 45 itu sudah jelas ada di kelompok Egianus, pelakunya kelompok Wosa yang merupakan bagian dari kelompok Egianus. Kemudian kelompok itu dijemput oleh Yotam Bugiangge. Senjatanya dibawa Yotam dan sudah dibawa ke Egianus," ujar Faizal di Jayapura, Kamis (21/7/2022).
Hal itu diperkuat pada saat terjadi kontak tembak antara KKB Nduga dengan Satgas Damai Cartenz di Kenyam, sejak Minggu (16/7/2022) hingga Selasa (18/7/2022).
Saat kejadian, kata Faizal, personelnya memonitor steyr hasil rampasan tersebut digunakan oleh KKB Papua.
Sosok Egianus Kogoya dan Yotam Bugiangge terlihat di lokasi tersebut. "Pada saat kemarin kita kontak tembak, sudah jelas senjata itu terlihat di situ," jelasnya.
Kejahatan lain yang dilakukan Yotam adalah pembantaian terhadap 13 warga sipil di Kampung Nogolait, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Sabtu (15/7/2022).
Kejadian yang menewaskan 11 orang tersebut, diyakini diotaki oleh Egianus Kogoya dan Yotam Bugiangge.
"Jumlah mereka sudah kita kantongi, mereka sudah bergabung, Egianus (Kogoya) dan Yotam (Bugiangge)," kata Faizal.
Sebagai informasi, foto Yotam yang kabur sambil membawa senjata sudah tersebar di media sosial.
Dilansir Fotokita.id melalui laman fanpage Papua Merdeka, pengelola saluran komunikasi pihak yang ingin berpisah dari NKRI itu membagikan foto Yotam.
Mereka memberikan keterangan, "Oknum Prajurit TNI di Papua Kabur Bawa Senjata Serbu Mematikan, Pelurunya Standar NATO. Kesatuan Batalyon 756 Wimane Sili dibuat geger dengan kaburnya seorang oknum prajuritnya, Prada Yotam Bungiangge yang bertugas di Kompi Senapan (Kipan) C Senggi waris Arso Perbatasan Negara PNG."
Adapun senjata SS2-V1 merupakan buatan PT Pindad.
Sebagai produsen senapan serbu SS2-V1, disebutkan senapan mematikan ini memiliki peluru kaliber standar NATO, yakni 5.56 mm.
SS2-V1 merupakan varian pertama dari keluarga SS2 dengan panjang laras 460 mm.
Senjata ini disebut sangat efektif mengenai target hingga sejauh 400 meter.
Salah satu fitur SS2 adalah charging handle yang akan tertarik ke belakang saat peluru telah habis, pengguna hanya perlu mengganti magazine, kemudian menekan tombol bolt-catch tanpa mengokang, dan senjata pun akan kembali siap untuk ditembakan.
(*)