KKB Papua Ancam Mutilasi Prajurit TNI, Benny Wenda Koar-koar Ajukan 4 Tuntutan, Petinggi OPM: Ini Bukan Pertama Kali Sungai Digunakan Sebagai Makam!

Minggu, 04 September 2022 | 10:42
HO dan THETPN-PBNEWS

Petinggi KKB Papua Benny Wenda menuding Indonesia teroris buntut kasus mutilasi 4 warga Papua oleh oknum TNI

Gridhot.ID - Kasus mutilasi warga yang diduga simpatisan KKB Papua oleh oknum TNI membuat marah pihak TPNPB-OPM.

Mereka ingin membalas dendam dengan berencana melakukan hal serupa terhadap anggota TNI atau pun aparat keamanan lainnya dari pihak Indonesia di Papua.

MengutipSurya.co.id, rencana balas dendam ini diungkapkan oleh Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom melalui akun Twitter.

Sebby Sambom dalam unggahannya juga membagikan beberapa berita media online mengenai mutilasi warga Papua.

"TPNPB bersama rakyat bangsa Papua akan lakukan pembalasan dengan cara yang sama," kata Sebby.

Dia mengatakan TPNPB-OPM mengutuk aksi prajurit TNI yang seharusnya menjaga rakyat Indonesia itu.

Selain itu, Ketua ULMWP yang menyatakan diri sebagai Presiden Sementara Papua Barat, Benny Wendamenuding Indonesia teroris, buntut kasus mutilasi 4 warga Papua oleh oknum TNI.

Dilansir Pos-Kupang.com dari www.ulmwp.org, pernyataan itu disampaikan Benny Wendapada 30 Agustus 2022.

Dalam pernyataannya, Benny Wenda mengaku pilu mendengar 4 warga Papua telah dibunuh dan dimutilasi oleh pasukan khusus Indonesia.

Benny Wenda juga menyebutkan nama-nama warga Papua yang tewas yakni Arnold Lokbere, Rian Nirigi, Lemanion Nirigi, dan Atis Tini.

Menurut petinggi KKB Papua ini, pembunuhan brutal ini harus dilihat apa adanya yakni terorisme yang disponsori negara.

Baca Juga: Ancang-ancang Mutilasi Balik Prajurit TNI, KKB Papua Mengganas, Tak Terima Anak Buah Egianus Kogoya Tewas Mengenaskan, Sebby Sambom: TPNPB Akan Balas!

"Rakyat saya selalu menolak pemaksaan Jakarta, dari 'Tindakan Tanpa Pilihan' pada tahun 1969 hingga apa yang disebut 'Otonomi Khusus' yang menguasai kita hari ini," ungkap Benny Wenda .

Selanjutnya, Benny Wenda menyampaikan pernyataan lainnya di bawah ini:

"Indonesia tahu orang Papua Barat tidak akan pernah menerima pemerintahan kolonial mereka. Sebaliknya, mereka harus menegakkannya di laras pistol."

Pembunuhan yang terjadi di Kabupaten Mimika, lanjut Benny Wenda, mengungkap rasisme di jantung pemerintahan Indonesia.

Setelah menembak keempat pria itu, tentara memenggal kepala dan kaki mereka, memasukkan mereka ke dalam karung, dan membuangnya ke sungai desa.

"Bagaimana orang bisa dilihat sebagai manusia jika diperlakukan seperti ini? Indonesia memandang kami primitif, sebagai 'monyet'. Mereka selalu ingin membuat kita 'turun dari pohon'," ujarnya.

Menurut Benny Wenda, "ini bukan pertama kalinya sungai kami digunakan sebagai makam kami".

Pada tahun 2020, Pendeta Yeremia, Zanambani, seorang pemuka agama tercinta di Kabupaten Intan Jaya, disiksa dan dibunuh oleh militer Indonesia.

"Setelah itu, tentara membunuh dua anggota keluarga Pastor Zanambani, membakar tubuh mereka dan membuang abunya ke sungai untuk menyembunyikan barang bukti," paparnya.

"Sejak 2019, kami telah melihat semakin banyak contoh kebrutalan sistematis Indonesia di Papua Barat. Kami telah melihat mahasiswa Papua dibunuh oleh regu kematian Indonesia, bayi ditembak dan dibunuh, warga sipil di Nduga dieksekusi dalam operasi ala militer. Sejarah pemerintahan Indonesia di Papua Barat tertulis dalam darah rakyatku."

Meskipun polisi Indonesia telah menangkap 6 pelaku yang bertanggung jawab atas kejahatan ini, kata Benny Wenda, pihaknya tahu dari kematian Theys Eluay bahwa tentara yang didakwa dengan pembunuhan di luar proses hukum secara teratur menerima hukuman ringan - dan sering disambut sebagai pahlawan oleh atasan militer mereka.

Baca Juga: Manoach Rumansara Dituduh Jadi Mata-mata, Keji Aksi KKB Papua Habisi Nyawa Warga Tak Berdosa, Ini Sepak Terjang Undius Kogoya yang Jadi Dalang Penembakan

"Di Indonesia, mengibarkan bendera Bintang Kejora secara damai adalah kejahatan yang lebih buruk daripada membunuh penduduk asli Papua Barat dengan darah dingin. Bahkan jika orang-orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan ini dihukum dengan benar, pembunuhan orang Papua Barat tidak akan berakhir sampai pendudukan Indonesia selesai."

Dia menegaskan bahwa Indonesia harus menghentikan pertumpahan darah ini dengan menarik pasukan mereka dari Papua Barat.

Berhenti membom desa, berhenti membakar dan menduduki gereja dan rumah sakit, berhenti menembaki kami karena menuntut penentuan nasib sendiri.

"Hentikan perang ilegal Anda di Papua Barat. Sejak pendudukan mereka dimulai, 500.000 orang saya telah terbunuh. Kapan dunia akan berkata 'cukup'?"

Benny Wendalalu mengajukan tuntutan damai agar keadilan ditegakkan bagi keempat korban dan keluarganya:

Pertama, Indonesia harus membebaskan semua tapol, termasuk 8 mahasiswa yang ditahan sejak Desember 2021 karena berdemonstrasi damai di hari nasional kita.

Kedua, Indonesia harus mengizinkan jurnalis untuk beroperasi di Papua Barat.

Ketiga, Indonesia harus menghentikan taktik penundaan dan menghormati janji mereka untuk mengizinkan Komisaris Tinggi PBB mengunjungi Papua Barat.

"Indonesia memiliki kewajiban moral dan kewajiban sebagai negara anggota PBB untuk mengizinkan Komisaris Tinggi menyelidiki kejahatan mereka terhadap rakyat saya."

"Ini bukan hanya permintaan saya: ini adalah permintaan lebih dari 80 negara, termasuk anggota Forum Kepulauan Pasifik, Organisasi Negara-negara Afrika, Karibia, dan Pasifik, dan Komisi Uni Eropa."

Keempat, Indonesia harus mengizinkan kami untuk memenuhi hak kami untuk menentukan nasib sendiri dan memberikan Papua Barat Referendum Kemerdekaan yang dipantau secara internasional.

Baca Juga: Surati Mendagri, Irjen Mathius D Fakhiri Ambil Langkah Tegas Tangani Oknum ASN Pengkhianat Negara, Terkuak Dana Desa Dipakai Pelaku untuk Pasok Amunisi KKB Papua

"Ini adalah satu-satunya jalan yang benar menuju resolusi damai," ucapnya.

Kasus Mutilasi di Mimika, 6 Oknum TNI Terlibat

Diberitakan sebelumnya,4 warga Papua tewas dibunuh kemudian dimutilasi oleh oknum TNI di Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, 22 Agustus 2022 malam.

Mayat korban mutilasi dan dimasukkan ke dalam enam karung, kemudian dibuang ke Sungai Kampung Pigapu, Distrik Iwaka.

Selanjutnya, pelaku membakar mobil yang disewa korban di kawasan Jalan Galian C Kali Iwaka.

Mengutip Kompas.com, Direskrimum Polda Papua Kombes Faizal Ramadhani menyebutkan, para pelaku berjumlah 9 orang, enam di antaranya oknum anggota TNI dan sisanya adalah warga sipil.

Kompas TV
Kompas TV

6 prajurit TNI AD diduga terlibat pembunuhan disertai mutilasi

Terduga pelaku mutilasi dari TNI AD yakni Mayor Inf HF, Kapten Inf DK, Praka PR, Pratu RAS, Pratu RPC, dan Pratu R.

Kasus ini terungkap setelah ditemukan 2 mayat korban mutilasi di Sungai Kampung Pigapu, Distrik Iwaka.

Penemuan kedua mayat berbeda hari, yaitu Jumat dan Sabtu, 26-27 Agustus.

Korban pertama berhasil diidentifikasi, berinisial AL. Sementara untuk mayat kedua belum dapat diidentifikasi.

Baca Juga: 2 'Bos' ASN Pengkhianat Negara Akhirnya Terkuak, Setor Rp 200 Juta untuk Pasok Amunisi KKB Papua, Kini Masuk DPO, Pelaku Lain Ambil Duit dari Dana Desa

"Pada 26 Agustus 2022 sekitar pukul 13.40 WIT Sungai Kampung Pigapu, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika ditemukan sesosok mayat teridentifikasi berinisial AL," ujar Kombes Faizal di Jayapura, Minggu (28/8/2022).

Faizal menjelaskan, sebelumnya ada laporan 4 warga hilang sejak 22 Agustus 2020. Salah satunya adalah AL, dua lainnya IN dan LN. Sedangkan satu warga belum diketahui identitasnya.

Berdasarkan hasil penyelidikan, Faizal mengatakan, korban mendatangi pelaku untuk membeli senjata api.

Para pelaku dan korban bertemu di SP 1, Distrik Mimika Baru pada 22 Agustus 2022 sekira pukul 21.50 WIT, tak lama sebelum pembunuhan terjadi.

"Keempat korban dipancing oleh pelaku untuk membeli senjata jenis AK 47 dan FN seharga Rp 250 juta," kata Faizal.

Setelah membunuh korban, para pelaku memasukkan keempat mayat ke dalam mobil korban untuk nantinya dibuang ke Sungai Kampung Pigapu, Distrik Iwaka.

"Sebelum dibuang, keempat korban semuanya dimutilasi dan dimasukan ke dalam enam karung," ujar Faizal.

Setelah membuang korban ke sungai, para pelaku kemudian membakar mobil yang disewa korban di kawasan Jalan Galian C Kali Iwaka.

Kesembilan pelaku kembali berkumpul keesokan harinya untuk membagi uang sebesar Rp 250 juta milik korban yang awalnya akan digunakan untuk membeli senjata dari para pelaku.

Faisal mengatakan, LN merupakan simpatisan Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya.

"Dari hasil penyelidikan diketahui salah satu korban berinisial LN adalah jaringan dari simpatisan KKB Nduga pimpinan Egianus Kogoya yang aktif mencari senjata dan amunisi di Kabupaten Mimika," ujar Faizal.

Baca Juga: Kabur dari Kesatuan Bawa Senjata Mematikan TNI, Prada Yotam Bugiangge yang Baru Bergabung dengan KKB Papua Sudah Terlibat 2 Aksi Kejahatan Ini, Danrem: Kita Cari Dia!

Sementara satu korban lain adalah kepala kampung di Kabupaten Nduga.

"Lalu RN salah satu korban adalah Kepala Kampung Yugut, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga."

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letkol Kav Herman Taryawan membenarkan ada keterlibatan anggota TNI dalam kasus mutilasi warga di Distrik Ivaka, Kabupaten Mimika.

Menurut Herman, pihaknya telah mengerahkan Polisi Militer untuk menyelidiki keterlibatan anggota TNI dalam kasus tersebut.

Enam prajurit tersebut saat ini sudah diperiksa oleh Sub Detasemen Polisi Militer (Subdenpom) XVII/C Mimika.

Kini, Polres Mimika juga sedang memeriksa dua warga sipil terkait kasus ini.

Polisi juga melakukan pencarian terhadap satu warga sipil lainnya yang diduga turut terlibat dalam kasus pembunuhan tersebut.

"Subdenpom XVII/C Mimika terus melakukan koordinasi dengan pihak Polres Mimika untuk mengungkap keterlibatan oknum TNI AD," imbuh Tatang.

Baca Juga: Data Intelijen Dikumpulkan Panglima Jenderal Andika Perkasa, TNI Akan Tindak Tegas KKB Papua yang Bantai 11 Warga Sipil di Nduga: Kita Jangan Salah Tangkap!

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari

Sumber Kompas.com, Surya.co.id, Pos-Kupang.com