Ia masih menggunakan pendekatan non tempur karena Sarwo Edhie merasa KKB Papua masih merupakan saudaranya sendiri sebangsa dan setanah air.
"Kalau pemberontak kita pukul terus menerus, mereka pasti hancur.
Tetapi mereka adalah saudara-saudara kita. Baiklah mereka kita pukul, kemudian kita panggil agar mereka kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi" kata Sarwo Edhie Wibowo dalam buku karya Hendro Subroto.
Atas dasar hal itulah dan menghindari pertumpahan darah yang lebih banyak, Sarwo Edhie menugaskan menyebarkan puluhan ribu pamflet yang berisi seruan agar KKB Papua kembali ke NKRI.
Selanjutnya ia menugaskan perwira Kopassus Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky untuk menemui pimpinan KKB Papua Lodewijk Mandatjan.
Hal tersebut dilakukan untuk membujuk Mandatjan dan anak buahnya agar kembali ke NKRI.
Mereka berdua segera dengan tangan kosong tanpa senjata berjalan kaki memasuki hutan Papua.
Saat bertemu dengan Mandatjan, Mayor Heru Sisnodo berkata: "Bapak tidak usah takut. Saya anggota RPKAD (sekarang Kopassus).
Komandan RPKAD yang ada di sini anak buah saya. Dia takut sama saya. Kalau bapak turun dari hutan, nanti RPKAD yang akan melindungi bapak."
Akhirnya Lodewijk Mandatjan berhasil diyakinkan dan ia turun beserta keluarga dan anak buahnya ke Manokwari.
Dengan itu Kopassus layaknya sudah memberantas tubuh dari KKB Papua dan tinggal menyisir untuk memburu sisa-sisa pemberontak KKB Papua lainnya.