Find Us On Social Media :

Dikira Pesanan Istrinya, Soeharto Dibuat Bingung Kiriman Patung Tak Biasa Datang ke Rumahnya Jelang G30S PKI: Itu yang Ganjil!

Sebelum peristiwa G30S/PKI pecah, ternyata Soeharto pernah mendapatkan kiriman patung dari sosok misterius.

Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar

Gridhot.ID - Sebelum peristiwa G30S/PKI pecah, ternyata Soeharto pernah mendapatkan kiriman patung dari sosok misterius.

Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan TribunJatim, 10 September 2022, sang istri, Bu Tien pun harus dibawa ke tempat rahasia.

Nama Soeharto dan peristiwa G30S/PKI memang menjadi dua hal yang cukup sering dibicarakan dalam sejarah perjalanan bangsa.

Terlepas dari berbagai kontroversinya, ada sejumlah kisah terkait Soeharto dan peristiwa G30S/PKI.

Satu di antaranya adalah yang disampaikan oleh mantan ajudan Soeharto, Wahyudi.

Kisah soal Soeharto itu disampaikan Wahyudi dalam buku berjudul "Pak Harto The Untold Stories", terbitan Kompas tahun 2012 lalu.

Dalam buku itu, Wahyudi mengungkapkan adanya sebuah peristiwa di rumah Soeharto menjelang terjadinya peristiwa G30S/PKI.

Saat itu, dia sedang bertugas di pos jaga.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengantarkan sebuah bingkisan.

Baca Juga: Ferdy Sambo Cs Tak Bakal Bisa Mengelak Lagi, Istri Baiquni Secara Ajaib Muncul Sambil Bawa Barang Bukti Vital Pembunuhan Brigadir J, Penyidik Timsus Terbelalak Saat Tahu Isinya

Wahyudi mengungkapkan, pengantar bingkisan itu adalah seorang pria paruh baya.

"Saya tanda tangani resi tanda terima kemudian membawanya ke ruang belakang," kenang Wahyudi.

Saat dibuka, ternyata isi bingkisan itu adalah patung Batara Guru.

Batara Guru merupakan satu tokoh dalam cerita pewayangan.

"Saya meletakkannya di meja dekat Pak Harto biasa membaca koran pagi," jelas Wahyudi.

Tak berselang lama, Soeharto mengetahui adanya patung itu.

Soeharto pun memanggil Wahyudi, dan menanyakan asal mula patung tersebut.

Mendapatkan pertanyaan itu, Wahyudi pun segera menjawabnya.

"Saya kira itu pesanan Bapak," jawab Wahyudi.

Baca Juga: Lowongan Kerja Lulusan SMA, PT Haleyora Powerindo Buka Kesempatan Emas di Posisi Ini, Simak Syarat dan Cara Mendaftarnya

Selanjutnya, Wahyudi mengakui dirinya memang tidak menanyakan identitas pengirimnya.

"Pak Harto juga bertanya kepada Ibu Tien Soeharto yang juga mengatakan tidak memesannya. Demikian juga keluarga yang lain, ditanya namun tak ada yang merasa memesan atau mengenal pengirim patung itu," ungkap Wahyudi.

Wahyudi pun merasa ada yang ganjil terkait hal itu.

"Buat saya, itu kiriman yang ganjil, mengingat Pak Harto bukanlah penggemar apalagi pengumpul barang-barang seni semacam itu. Namun sempat terbersit di benak saya, apakah itu sebuah pertanda baik bagi Pak Harto?" kata Wahyudi.

Meski demikian, Wahyudi tetap berharap yang terbaik untuk Soeharto.

"Dalam hati tentu saja saya mengharapkan yang terbaik terjadi pada Pak Harto, mengingat isyarat alam semesta bisa saja datang melalui berbagai cara," harap Wahyudi.

Wahyudi melanjutkan, tak lama dari dikirimnya bingkisan itu, dirinya tiba-tiba menjadi sibuk.

Sebab, saat itu memang terjadi peristiwa G30S/PKI.

"Di hari-hari pertama terjadinya kudeta itu, Pak Harto menyuruh saya mengungsikan Ibu Tien dan putra-putri beliau ke suatu tempat yang dirahasiakan," kata Wahyudi.

Baca Juga: Pertanda Akan Dapatkan Penghormatan hingga Guncangan Fitnah, Inilah Arti Kedutan Area Jempol Kanan Menurut Primbon Jawa

Wahyudi kemudian membawa Bu Tien dan keluarganya ke rumah sederhana milik Kostrad di Jalan Iskandarsyah, Kebayoran Baru selama tiga hari.

Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Kompas.com, 7 September 2022, diberitakan sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman meminta jajarannya untuk mewaspadai pihak-pihak yang mencoba mengganggu TNI.

Ia mewanti-wanti agar jangan sampai peristiwa Gerakan 30 September yang terjadi pada tahun 1965 kembali terjadi.

"Kalau TNI pun kemudian ada yang kemudian mencoba mengganggu, jangan sampai terjadi seperti G30S/PKI. Saya perintahkan kepada seluruh jajaran, waspada," kata Dudung di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Rabu (7/9/2022).

Meski tidak menyebut nama, Dudung pun menyinggung ada pihak-pihak yang tengah mencoba mengganggu persatuan dan kesatuan di internal TNI.

Dudung pun menegaskan bahwa TNI tetap solid meski ada isu yang menyebutkan bahwa ia memiliki hubungan tak harmonis dengan Panglima Jenderal Andika Perkasa.

Menurut Dudung, perbedaan pendapat antara seorang KSAD dan panglima TNI merupakan hal yang lumrah terjadi di semua institusi.

"Pangdam dengan kasdam juga pasti ada perbedaan pendapat, kapolri dengan wakapolri, KSAD dan panglima ada perbedaan pendapat itu biasa, tetapi ini jangan kemudian dibesar-besarkan," kata Dudung.

Isu ketidakharmonisan antara Andika dan Dudung mencuat pada rapat Komisi I DPR, Senin (5/9/2022), yang dihadiri Andika tapi tidak diikuti oleh Dudung.

Baca Juga: Uji Balistik Disebut Membuktikan, Komnas HAM Menduga Putri Candrawathi Ikut Menembak Mati Brigadir J: Terbuka Peluang, Kan Ada di Situ

Dalam rapat itu, Dudung diwakili oleh Wakil KSAD Letjen Agus Subiyanto, sedangkan KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo dan KSAL Laksamana Yudo Margono hadir di rapat.

Menurut anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon, kabar tidak harmonisnya hubungan kedua jenderal tersebut sudah menjadi rahasia umum.

"Ini semua menjadi rahasia umum, Pak. Rahasia umum, Jenderal Andika. Di mana ada Jenderal Andika, tidak ada KSAD. Jenderal Andika membuat Super Garuda Shield, tidak ada KSAD di situ," ujar Effendi.

Politikus PDI-P heran mengapa kedua pemimpin di TNI itu saling mempertahankan egonya masing-masing.

"Ego Bapak berdua itu merusak tatanan hubungan junior dan senior di TNI," ucap Effendi Simbolon.

Sementara itu, Andika menyatakan tidak ada masalah dengan Dudung.

"Ya, dari saya tidak ada (masalah) karena semua yang berlaku sesuai peraturan perundangan tetap berlaku selama ini, jadi enggak ada yang kemudian berjalan berbeda," kata Andika.

(*)