Gridhot.ID - Hubungan Jepang dengan China memang tak harmonis.
Dikutip Gridhot dari Kompas TV, Jepang diketahui tidak setuju dengan aksi China terutama terkait masalah Taiwan.
Jepang bahkan sampai kebakaran jenggot saat tahu China melakukan latihan perang besar-besaran yang mengepung Taiwan pada Agustus 2022 lalu.
Hal ini disebabkan pula karena aktivitas militer China dilakukan di kepulauan ZEE yang disengketakan Jepang.
Akibat singgungan ini, Jepang pun tak kehabisan akal untuk bisa mengatasi kekuatan China.
Jepang dilaporkan sedang mempersiapkan otot baru di militer mereka yang bahkan bisa membuat militer Korea Utara dan China kelabakan.
Dikutip Gridhot dari Kontan, Jepang sedang bersiap untuk membangun dua kapal perang permukaan terbesar di Asia.
Bahkan dapat dikatakan kapal ini merupakan kapal perang permukaan terbesar yang dapat dikerahkan di dunia.
Dua kapal perusak yang tidak disebutkan namanya akan melindungi Jepang dari rudal balistik dari Korea Utara dan China, rudal yang dapat dipersenjatai dengan hulu ledak kimia, atau bahkan nuklir.
Melansir Popular Mechanics, kedua kapal perusak tersebut, menurut laporan US Naval Institute News, akan dibangun secara khusus untuk memulai sistem tempur Aegis, radar, dan pencegat rudal SM-3.
Setiap kapal akan memiliki berat sekitar 20.000 ton, dengan panjang 690 kaki dan lebar 130 kaki.
Kedua kapal tersebut akan melindungi Jepang dari serangan rudal balistik dari China dan Korea Utara.
Kapal-kapal tersebut akan bergabung dengan armada Jepang yang dihidupkan kembali yang mencakup beberapa kapal selam terbaik di dunia dan sepasang kapal induk baru.
Kapal-kapal Jepang juga akan mengerdilkan kapal penjelajah kelas Renhai Type 055 China.
Saat ini, kapal perang permukaan terbesar di dunia adalah battlecruiser Pyotr Velikiy Rusia, yang terhubung dengan Armada Utara Moskow, dan panjangnya 827 kaki dengan lebar 94 kaki.
Kedua kapal perusak itu berukuran luar biasa besar karena beberapa alasan. Pertama, kapal kemungkinan akan membawa SPY-6 Air and Missile Defense Radar (AMDR) buatan Raytheon, yang saat ini sedang dipasang di kapal perusak kelas Arleigh Burke Angkatan Laut AS.
Kedua, kapal harus membawa pencegat rudal SM-3 Blok IIA dalam jumlah yang relatif besar untuk memberikan pertahanan yang berkelanjutan.
Ketiga, kedua kapal akan menghabiskan waktu yang sangat lama di laut, radar mereka memancar terus-menerus, menunggu untuk mendeteksi ancaman yang masuk.
Kapal akan membutuhkan reservoir besar bahan bakar untuk propulsi, sistem tempur, dan radar.
Canada Today melaporkan, selama dua puluh tahun terakhir, Jepang secara bertahap membangun kemampuan pertahanan rudal berbasis kapal.
Jepang telah membangun delapan kapal perusak peluru kendali, masing-masing dengan kemampuan pertahanan rudal yang sama dengan kapal kelas Burke.
Kemampuan pertahanan rudal yang disediakan oleh kedua kapal tersebut pada awalnya dimaksudkan untuk disediakan oleh pangkalan darat berteknologi tinggi, yang dikenal sebagai Aegis Ashore.
Kedua kapal yang tidak disebutkan namanya itu bergabung dengan Pasukan Bela Diri Maritim yang lebih besar dan lebih berani, setara dengan angkatan laut Jepang.
Kedekatan wilayah Jepang yang tidak nyaman dengan Korea Utara dan China memaksa negara itu untuk memperluas pertahanannya.
Pasukan Bela Diri Maritim akan bertanggung jawab atas ancaman bawah laut, permukaan, udara, dan luar angkasa, yang terakhir adalah melalui pertahanan rudal.
(*)