GridHot.ID - Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu menyisakan banyak kenangan pilu.
Terlebih bagi penonton yang berada di Stadion Kanjuruhan.
Banyak kisah memilukan bagi Aremania yang sangat menyayat hati atas tragedi ini.
Mengutip Kompas TV, Tragedi Kanjuruhan masih menyisakan duka yang mendalam bagi sepak bola Indonesia mengingat banyaknya korban jiwa yang ada.
Per Selasa (4/10/2022), total ada 131 orang yang meninggal dalam kericuhan di Stadion Kanjuruhan seusai laga Arema vs Persebaya itu. Dari total korban tersebut, 32 di antaranya merupakan anak dan bahkan ada yang baru berusia tiga hingga empat tahun.
"Dari 125 orang yang tewas dalam kecelakaan itu, 32 di antara mereka adalah anak-anak. Yang termuda adalah balita berusia tiga atau empat tahun," kata Nahar, Pejabat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dikutip dari BBC News Indonesia.
Salah satu titik lokasi yang paling banyak ditemukan korban anak dan perempuan yakni di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan.
Salah seorang saksi, Eko Prianto, warga Dau, Kabupaten Malang bahkan sampai menangis ketika dia menceritakan bagaimana situasi di Pintu 13 yang dipenuhi puluhan suporter yang bergelimpangan.
"Pintu 13, seperti kuburan massal. Banyak anak kecil, korban kebanyakan perempuan. Saya tak kuat," ujar Eko.
Saat pertandingan Arema vs Persebaya itu, Eko yang mempunyai tiket memilih tidak masuk ke Stadion Kanjuruan dan memilih bersama rekannya berada di luar stadion.
Beberapa saat setelah pertandingan usai, Eko mengaku mendengar suara tembakan sebanyak lima kali.