Pintu 13 Stadion Kanjuruhan Bak Kuburan Massal, Aremania Ini Beri Kesaksian Soal Keganjilan di Gate yang Menelan Banyak Korban: Tidak Terbuka Sedikitpun

Rabu, 05 Oktober 2022 | 18:35
SURYA/PURWANTO

Sejumlah suporter berdoa di depan pintu masuk tribun 12 Stadion Kanjuruhan pascakerusuhan yang menelan banyak korban jiwa, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022). Keanehan pintu 13 stadion Kanjuruhan sempat dibuka lalu ditutup dan dikunci.

GridHot.ID - Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu menyisakan banyak kenangan pilu.

Terlebih bagi penonton yang berada di Stadion Kanjuruhan.

Banyak kisah memilukan bagi Aremania yang sangat menyayat hati atas tragedi ini.

Mengutip Kompas TV, Tragedi Kanjuruhan masih menyisakan duka yang mendalam bagi sepak bola Indonesia mengingat banyaknya korban jiwa yang ada.

Per Selasa (4/10/2022), total ada 131 orang yang meninggal dalam kericuhan di Stadion Kanjuruhan seusai laga Arema vs Persebaya itu. Dari total korban tersebut, 32 di antaranya merupakan anak dan bahkan ada yang baru berusia tiga hingga empat tahun.

"Dari 125 orang yang tewas dalam kecelakaan itu, 32 di antara mereka adalah anak-anak. Yang termuda adalah balita berusia tiga atau empat tahun," kata Nahar, Pejabat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dikutip dari BBC News Indonesia.

Salah satu titik lokasi yang paling banyak ditemukan korban anak dan perempuan yakni di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan.

Salah seorang saksi, Eko Prianto, warga Dau, Kabupaten Malang bahkan sampai menangis ketika dia menceritakan bagaimana situasi di Pintu 13 yang dipenuhi puluhan suporter yang bergelimpangan.

"Pintu 13, seperti kuburan massal. Banyak anak kecil, korban kebanyakan perempuan. Saya tak kuat," ujar Eko.

Saat pertandingan Arema vs Persebaya itu, Eko yang mempunyai tiket memilih tidak masuk ke Stadion Kanjuruan dan memilih bersama rekannya berada di luar stadion.

Beberapa saat setelah pertandingan usai, Eko mengaku mendengar suara tembakan sebanyak lima kali.

Baca Juga: Mantan Danjen Kopassus Ikut Selidiki Tragedi Kanjuruhan Sebagai Tim Investigasi, Ini Sosoknya yang Pernah Takhlukkan Perompak Somalia Penyandera MV Sinar Kudus Kapal NKRI

Setelah itu, dia juga mendengar jeritan dan gedoran dari Pintu 10. Dia lalu bergegas menuju ke sana dan melihat para penonton sedang membuka paksa pintu.

Dia turut pula menemukan puluhan orang lemas dan pingsan.

"Saya berusaha menolong, membopong korban. Ternyata jumlah korban semakin banyak," katanya.

Ketika menolong, Eko lalu teringat banyak saudara dan tetangganya yang menonton di Pintu 13. Ia lalu bergegas menuju pintu tersebut.

Di sana dia melihat pemandangan serupa di pintu 10 dengan bagian penonton berusaha menjebol ventilasi pada tembok di samping pintu agar bisa keluar.

Eko kemudian berusaha mencoba membuka pintu besi tapi usahanya sia-sia. Pria berusia 39 tahun itu pun meminta bantuan kepada aparat Kepolisian dan TNI, tapi justru dia malah nyaris dipukul.

"Tidak dibantu, saya malah nyaris dipukul aparat."

Karena tak mendapat bantuan dari luar stadion, Eko lalu pergi ke pintu utama dan meminta bantuan petugas dan panitia untuk membantu evakuasi di Pintu 13. Ia pun akhirnya bisa masuk dan ikut membantu evakuasi dari dalam.

"Semua pintu keluar tertutup, kecuali Pintu 14," ungkap Eko.

Ia pun mempertanyakan hal ini. Padahal di setiap pertandingan, biasanya 15 menit sebelum pertandingan usai, pintu keluar stadion dibuka.

Terkait permasalahan pintu di Stadion Kanjuruhan ini, PSSI membeberkan alasanya kenapa sejumlah pintu tidak dibuka saat pertandingan berakhir.

Baca Juga: Andika Perkasa Murka hingga Sebut Tentara Penendang Kungfu ke Suporter di Kanjuruhan Langgar Hukum Pidana Militer, Panglima TNI Sudah Mulai Investigasi: Tiap Pasal Ada Ancaman Hukumannya

“Pintu tidak dibuka seluruhnya. Ada sebagian dibuka, dan sebagian tidak. Ketepatan komando yang disuruh buka pintu sebelah sana belum melaksanakan tugas. Itu alasannya,” kata Ketua Komite Wasit PSSI Ahmad Riyadh dalam sesi konferensi pers, Selasa (4/10/2022), dikutip dari Kompas.com.

“Jadi, memang ada fakta juga, jangan terlalu mepet (membuka pintu stadion) dalam statuta 10 menit dari pertandingan akhir,” imbuhnya.

“Namun, Panpel melihat situasi di luar stadion yang gerombolan di luar bisa masuk ke dalam stadion dan masuk untuk menonton laga," lanjutnya.

“Kadang-kadang itu yang menjadi pertimbangan sehingga terkadang disamakan dengan peluit akhir. Kadang-kadang juga dua menit akhir baru dibuka," tutur Ahmad Riyadh.

"Ini kondisi yang ada di lapangan. Itu yang dinilai investigasi dan bakal menjadi sistem keamanan terbaru dari PSSI dan Polri,” tambahnya.

Sementara itu, dilansir dari tribunlampung.co.id, keanehan pintu 13 stadion dalam tragedi Arema di Kanjuruhan dibongkar oleh sejumlah penonton. Pintu 13 stadion ternyata sudah dibuka pada menit 85 pertandingan, tapi anehnya tiba-tiba dikunci lagi.

Kesaksian sejumlah Aremania dalam tragedi Arema di Kanjuruhan diungkap sejumlah suporter yang merasa aneh dengan pintu 13 yang sudah dibuka tapi kemudian ditutup dan dikunci lagi.

Ternyata, pintu 13 stadion yang dijejali ratusan orang itu awalnya terbuka sebelum aparat menembakkan gas air mata hingga memantik tragedi Arema di Kanjuruhan yang memakan korban jiwa.

Saat huru-hara dan kepanikan akibat gas air mata itu terjadi, justru pintu 13 tertutup, bahkan dikunci gembok.

Nawi, salah satu Aremania menceritakan, pada menit ke 85 pertandingan Arema vs Persebaya, dia sempat keluar stadion melalui pintu 13.

Tapi selang beberapa saat kemudian, Nawi mendengar teriakan dari dalam stadion akibat adanya tembakan gas air mata.

Baca Juga: Kaki Lebam dan Wajah Membiru Nyaris Gosong, Begini Kisah Pilu 3 Saudara yang Tewas Dalam Tragedi Kanjuruhan, Sempat Terinjak-injak Saat Hendak Keluar Stadion

Saat Nawi hendak masuk lagi ke stadion, pintu 13 ternyata sudah terkunci lagi.

"Posisi keluar gate 13 saat itu masih terbuka. Ada aparat keamanan, polisi, tentara," terang Nawi kepada reporter surya malang, Rizal Vanani, Selasa (4/10/2022) malam.

"Saya kembali lagi ke pintu 13, tempat dimana saya tadi keluar," ujar Nawi.

Namun anehnya, saat dia mau masuk kembali, pintu 13 itu sudah tertutup dan terkunci rapat, bahkan digembok.

"Tidak terbuka sedikit pun," ujar Nawi.

Mendengar kepanikan dari dalam stadion, Nawi bersama tiga temannya berinisiatif menjebol pintu 13 stadion Kanjuruhan.

"Di situ posisinya, semuanya sudah mau keluar," tukas Nawi.

Dila, suporter lainnya mengakui hal serupa. Diakuinya, sebelum tragedi terjadi dia sudah ke luar stadion melalui gate 13.

Namun tak lama berselang dia mendengar kericuhan dari dalam stadion.

Dia pun memutuskan masuk lagi melalui pintu 13 untuk menyelamatkan sang adik yang masih ada di dalam stadion.

Saat itu Dila masih bisa masuk dari pintu 13. Dila lalu mencari keberadaan sang adik dengan naik ke tribun melalui tangga.

Baca Juga: Andika Perkasa Minta Warga Kirim Video Tentara Anarkis ke Suporter di Kanjuruhan, Panglima TNI Siap Proses Hukum Anggotanya: Sangat Jelas Tindakan di Luar Kewenangan

Namun, tiba-tiba di tribun yang dituju terjadi kepanikan setelah ditembak gas air mata.

Dila pun turun lagi dan berjalan ke ruang kamar mandi.

"Selama 15 menit itu, pintu 13 gak bisa dibuka lagi," terang Dila.

Saat itu Dila mendengar suara 'dok dok dok' dari aksi suporter menjebol dinding untuk menyelamatkan diri.

Baik Dila maupun Nawi tidak tahu penyebab kenapa pintu 13 yang awalnya dibuka, justru ditutup saat terjadi kepanikan ribuan orang yang mau menyelamatkan diri dari efek gas air mata.

Nawi hanya meminta kasus ini diusut tuntas hingga fakta dan kebenarannya terungkap.

Sebelum kasus ini terungkap, Nawi memilih berhenti mengikuti sepakbola.

"Sudah saya selesaikan. Sampai sini aja dulu (mengikuti sepakbola).

Kalau sepakbola bisa tertata kembali sampai rapi, mungkin saya bisa kembali lagi," kata suporter Arema yang tergabung dalam Curva Sud.

Di bagian lain, Supriyadi, rekan Nawi mengatakan pencopotan sejumlah aparat seperti Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat dan 9 komandan brimob tidak bisa menyelesaikan masalah.

"Harus ada yang bertanggungjawan tentang kejadian kemarin karena korbannya banyak.

Baca Juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Gugur dalam Tragedi Kanjuruhan, Anggota Polisi Ini Terkenal Sebagai Sosok yang Murah Senyum, Mertua Ungkap Kebaikan Almarhum Semasa Hidup

Sampai saat ini belum ada yang tanggungjawab, cuma dicopot-copot saja," kata Supriyadi yang saat kejadian bisa lolos di pintu 14 dan menyaksikan puluhan orang bergeletakan akibat gas air mata.

Jumlah korban tewas dalam tragedi Arema di Kanjuruhan kini mencapai 131 orang.

Sebelumnya, hasil investigasi yang dilakukan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) menemukan ada kesalahan yang dilakukan panitia pelaksana (Panpel) Arema FC saat laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam.

Palpel Arema FC tidak membuka pintu keluar bagi para penonton jelang pertandingan berakhir.

"Kami juga menemukan, panpel tidak membuka pintu dari menit 80', kami menemukan itu. Disini ada kesalahan panpel," kata Juru bicara tim investigasi PSSI Ahmad Riyadh saat konferensi pers via online, Selasa (4/10/2022).

Temuan tersebut pun sejalan dengan hasil investigasi sementara Komnas HAM.

Dalam penyelidikan sementaranya Komnas HAM menemukan ternyata hanya ada dua pintu keluar stadion yang terbuka dari 14 pintu saat insiden kerusuhan usai laga Persebaya Surabaya vs Arema FC itu.

"Kami anatomi dari Stadion Kanjuruhan. Nanti seperti apa. Cuma dua pintu terbuka, hiruk pikuknya di pintu yang sama," kata Komisioner Komnas HAM Muhammad Choirul Anam di Malang, Jawa Timur, Senin (2/10/2022).

Sementara itu, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menemukan adanya pihak yang mengunci pintu-pintu tribun tersebut.

"Ada (yang mengunci)," ujar Komisioner Kompolnas, Albertus Wahyurudhanto pada Selasa (4/10/2022).

Namun penguncian pintu tribun tersebut bukan perintah dari pihak Kepolisian.

Baca Juga: Lolos dari Tragedi Maut Kanjuruhan Meski Lihat Wajah Temannya yang Meninggal Membiru, Amin Fals Akui Punya Firasat Begini Sebelum Detik-detik Kejadian Nahas: Saya Melihat Sendiri

"Kami konfirmasi ke Kapolres (Malang) bahwa tidak ada perintah untuk menutup pintu," ujarnya.

Hingga kini, Kompolnas masih mencari pihak yang mengunci pintu tribun Stadion Kanjuruhan saat kerusuhan.

Akan tetapi, dirinya menduga pihak panitia pelaksana pertandingan yang bertanggung jawab terkait penguncian pintu itu.

"Secara logika yang pegang kunci adalah panpel (panitia pelaksana). Tidak mungkin polisi megang kunci," ujarnya.

Menurutnya, pintu tribun yang dikunci merupakan hal yang tak lazim dalam pengamanan usai pertandingan.

Semestinya 15 menit sebelum peluit panjang wasit berbunyi, seluruh akses ke luar stadion dibuka.

Sayangnya, begitu peluit panjang wasit berbunyi, para penonton kesulitan untuk ke luar stadion.

Hal itu disebabkan hanya dua pintu yang terbuka.

Kemudian Kompolnas menemukan, tembakan peluru gas air mata memperparah kondisi pada saat itu.

"Menurut beberapa informasi, itu (gas air mata) yang menjadi pemicu kemudian orang berebutan untuk keluar pintu," kata Albertus. (*)

Tag

Editor : Desy Kurniasari

Sumber Kompas TV, Tribunlampung.co.id