GridHot.ID - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertindak vcepat dengan menutup sebanyak 4.265 aplikasi pinjaman online (pinjol) ilegal.
Seperti dilansir dari Tribunnews, kini hanya 102 fintech legal yang kini mengantongi izin.
Maraknya pinjol yang menawarkan kemudahan akses pinjaman tanpa harus memberikan jaminan, kerap membuat calon peminjam terlena.
Masyarakat pun harus jeli membedakan antara pinjol legal dan ilegal.
Direktur Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Tris Yulianta membagikan beberapa kiat membedakan antara pinjol yang legal dan ilegal.
Menurutnya, jika ada penawaran pinjaman melalui sarana sms atau pesan daring untuk pertama kali tanpa pernah ada komunikasi sebelumnya, bisa dipastikan itu pinjol ilegal.
"Ciri khas penawaran melalui WA atau SMS, melakukan penagihan tidak beretika, utang sejuta ditagih jadi 5 juta, itu pasti ilegal," katanya.
Memang kehadiran fintech lending/fintech peer to peer lending alias pinjaman online memang memberikan kemudahan dalam hal pendanaan. Namun di sisi lain, kemudahan mendapatkan dana dari pinjaman online justru bisa membahayakan konsumen.
Misalnya meminjam dana tanpa memperhitungkan kemampuan dalam melunasi pinjaman. Lebih bahaya lagi jika konsumen mengajukan pinjaman dana tersebut di fintech lending tidak resmi atau pinjaman online ilegal.
Diketahui dari Kompas.com, pinjaman online adalah layanan pembiayaan yang disediakan oleh badan tertentu secara online/daring. Namun, tidak semua pinjaman online terdaftar dan mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga masuk kategori ilegal.
Maraknya pinjaman online ilegal (pinjol ilegal) belakangan ini telah menimbulkan keresahan di masyarakat. Tak jarang, mereka yang terjebak menerima perlakuan tak etis, bahkan teror saat ditagih pinjol ilegal.