Gridhot.ID - Ustaz Abdul Somad kini membicarakan tentang fenomena pawang hujan.
Ustaz Abdul Somad membahas tentang bagaimana pekerjaan pawang hujan menurut Islam.
Ustaz Abdul Somad kemudian membandingkan pekerjaannya sebagai pendakwah dengan pawang hujan.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, pawang hujan adalah orang yang dipercaya memiliki ilmu gaib untuk mengendalikan cuaca terutama hujan.
Pawang hujan disebut-sebut mampu memindahkan awan.
Pawang hujan di Indonesia akan selalu muncul di acara-acara besar seperti konser, pernikahan, hingga gelaran penting lainnya.
Ustaz Abdul Somad kemudian menyamakan pawang hujan dengan dukun.
Dikutip Gridhot dari Tribun Kalteng, Ustaz Abdul Somad ( UAS) mengatakan, jika ingin benar-benar bersih maka dukun-dukun yang ada saat ini harus ditangkap.
Dilansir dari Tribunnews.com, pernyataan itu disampaikan UAS saat berbincang dengan Daniel Mananta dalam podcast Daniel Tetangga Kamu.
Dalam podcast di YouTube Daniel Mananta Network itu, UAS dimintai pendapat terkait adanya pawang hujan yang seolah tak berbeda dukun.
"Saya sendiri penasaran sih, karena sekarang ini banyak orang yang mereka lebih berserah kepada dukun daripada berserah kepada Allah."
"Pandangan ustaz sendiri bagaimana?" kata Daniel.
Mendapat pertanyaan seperti itu, UAS pun memberikan jawaban hingga bercerita tentang apa yang pernah terjadi di masa silam.
"Apa beda ustaz dengan pawang hujan? Toh dua-duanya melakukan sesuatu yang tidak logis."
"Ustaz, kiyai, dia berdoa meminta sama Allah, 'Ya Allah kasih kami, turunkan hujan'. Sedangkan dukun dia minta sama setan kepada musuh Tuhan," kata UAS.
UAS mengatakan, manusia sebenarnya selalu diajarkan untuk menjauhi hal-hal yang tidak baik, hal itu berarti tidak boleh menjadi hamba setan.
Sebab, kepasrahan dan keyakinan terhadap Tuhan seharusnya tidak berbagi kepada yang lain, yang dalam Islam berarti tidak boleh menyekutukan atau syirik.
"Jadi kita selalu diajarkan untuk menjauhi yang tidak baik, sedangkan dukun lebih kepada menjadi hamba setan," ujar beliau.
UAS sendiri memahami jika pernyataannya bisa ditentang oleh orang yang tidak menyukainya.
UAS pun memuji Daniel karena berani mengundangnya meski mengetahui risiko itu.
"Ini kalau di-upload semua banyak yang marah, radikal marah, yang kelompok dukun ikut marah," kata UAS.
"Saya betul-betul, Bang Daniel memang mazhabnya (alirannya) mazhab cinta," ujar ustaz kelahiran Silo Lama, Sumatera Utara itu.
UAS pun kemudian menyinggung apa yang pernah terjadi pada masa Renaissance dulu, sekitar abad 15-an tentang adanya gerakan menangkap dukun.
"Pada abad 15 ada gerakan menangkap dukun-dukun, semua dukun dibakar," kata UAS.
Namun menurutnya, gerakan menangkap dukun itu sebenarnya terinspirasi dari apa yang pernah terjadi pada masa Kekhalifahan Islam.
"Jauh sebelum itu, pada masa setelah Nabi Muhammad meninggal digantikan Abu Bakar As Sidq sebagai pemimpin dua tahun digantikan oleh Umar."
"Pada masa Umar diadakan razia dukun semua dukun ditangkap disuruh bertaubat."
Berkaca pada itu, UAS pun mengatakan jika ingin bersih, maka dukun-dukun yang ada saat ini mesti ditangkap.
Mendengar jawaban itu, Daniel pun khawatir dan seketika berubah ekspresinya.
"Ini bakal problem sih," tutur Daniel Mananta.
UAS lalu mengatakan pernyataannya itu boleh di-cut untuk tidak di upload.
"Boleh di-cut untuk tidak di-upload," timpal UAS juga sambil tertawa.
Kendati begitu, Daniel Mananta memutuskan untuk tetap menayangkan bagian tersebut.
Ia tak gentar jika nantinya benar-benar mendapat teror entah dari warganet atau dari dukun sekalipun.
(*)