Find Us On Social Media :

Tambah Masa Kekuasaan, Xi Jinping Perintahkan Tentara China untuk Persiapan Perang, Amerika Serikat dan Taiwan Wajib Waspada

Presiden China Xi Jinping.

Gridhot.ID - Presiden China Xi Jinping baru saja membuat geger banyak orang di dunia.

Dikutip Gridhot dari Kontan, Xi Jinping diketahui telah menambah masa jabatannya untuk menguasai China hingga tiga periode.

Kekuasaan Xi Jinping kini makin tak tertandingi.

Di masa jabatannya terabaru, Xi Jinping memastikan negaranya akan terus berkolaborasi terkait ekonomi dunia.

Meski begitu, Xi Jinping tiba-tiba mengeluarkan pernyataan mengejutkan.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Xi Jinping meminta tentara China untuk "memfokuskan seluruh energinya pada pertempuran" dalam persiapan untuk perang, menurut laporan media partai Komunis China.

Gambar-gambar Xi, yang baru mengamankan masa jabatan ketiga sebagai pemimpin partai, dalam seragam tentaranya selama kunjungan ke pusat komando ditampilkan secara mencolok di halaman depan People's Daily pada Rabu (9/11/2022).

Xi mengatakan Tentara Pembebasan Rakyat harus “secara komprehensif memperkuat pelatihan militer dalam persiapan perang,” setelah memperingatkan pada kongres partai baru-baru ini tentang “badai berbahaya” mendekat.

“Fokuskan semua energi (Anda) untuk pertempuran, bekerja keras untuk berjuang dan tingkatkan kemampuan (Anda) untuk menang,” katanya seperti dikutip dilansir Guardian.

Dia mengatakan tentara juga harus “dengan tegas membela kedaulatan dan keamanan nasional” karena China berada dalam situasi keamanan yang “tidak stabil dan tidak pasti.”

Seruan serupa telah dikeluarkan Xi pada 2013, segera setelah dia mengambil alih kekuasaan, dan sekali lagi pada 2017.

Baca Juga: Gabung ke Lekagak Telenggen, KKB Papua Jhony Botak Diduga Jadi Dalang Penyerangan di Boega, Kapolda Papua: Kita Akan Tangkap Hidup atau Mati

Tapi analis politik mengatakan dia telah meningkatkan retorikanya kali ini.

Dalam kunjungan serupa ke pusat komando pada 2016, pemimpin berusia 69 tahun itu mengatakan kepada para perwira untuk “setia” dan “cerdik” dalam pertempuran, serta “berani dan mampu memenangkan perang”.

Seruannya kali ini menurut seorang pengamat senior di Jamestown Foundation yang berbasis di Washington, Willy Lam, merupakan pesan yang dikirim ke Amerika Serikat dan Taiwan.

Adapun menurutnya, meskipun kekuatan militer China belum setara dengan AS, pengambilan keputusan Xi tidak selalu berdasarkan perhitungan rasional.

Xi telah membuat serangan terselubung terhadap dukungan AS yang semakin eksplisit untuk Taipei di kongres partai ke-20, yang berakhir di Beijing bulan lalu, dengan menyalahkan “campur tangan asing” karena memperburuk ketegangan.

Xi melihat merebut Taiwan sebagai bagian penting dari warisannya dan mengatakan dalam pidato pembukaannya di kongres: “Kami tidak akan pernah berjanji untuk menyingkirkan (opsi) penggunaan kekuatan.”

Joe Biden sementara itu telah berulang kali berjanji bahwa AS akan membela Taiwan jika diserang.

Setelah ketua DPR AS, Nancy Pelosi, mengunjungi Taiwan pada Agustus, Tentara Pembebasan Rakyat dilaporkan memindahkan beberapa kapal perang dan pesawat di dekat garis tengah, perbatasan tidak resmi antara China dan Taiwan di Selat Taiwan.

Xi dalam beberapa bulan terakhir telah menggunakan nada yang semakin agresif untuk mendesak kadernya untuk “berani berjuang” dan meningkatkan “semangat juang” mereka untuk membela kepentingan nasional di lingkungan politik yang tidak bersahabat.

Dalam pidato pembukaannya di kongres partai, ia menggunakan kata douzheng ("perjuangan") sebanyak 17 kali.

Ini mengingatkan kembali pada penekanan Mao Zedong pada "perjuangan kelas" dan memerangi pengaruh asing, imperialis.

Baca Juga: Ustaz Abdul Somad Tegaskan Bukan Kucing atau Burung yang Bakal Bantu Manusia di Akhirat, Rawat Ini Jika Ingin Dibantu Ketika di Hadapan Allah SWT

Pada kesempatan yang sama, Xi juga menggunakan kata untuk "keamanan," sekitar 50 kali.

Minggu ini seorang juru bicara kementerian luar negeri China mengkritik kunjungan menteri perdagangan Inggris Greg Hands ke Taiwan, dan mengatakan kepada pemerintah Inggris untuk "berhenti mengirim sinyal yang salah kepada pasukan separatis untuk kemerdekaan Taiwan".

(*)