Find Us On Social Media :

Ustaz Abdul Somad Bongkar Manfaat Luar Biasa Tahlilan, Tiap Makanan yang Dibagi Menjadi Pahala untuk Almarhum

Ilustrasi tahlilan

Gridhot.ID - Ustaz Abdul Somad memberi penjelasan tentang amalan tahlilan yang sering dilakukan di Indonesia.

Ustaz Abdul Somad kemudian menyebutkan jika tahlilan boleh dilakukan.

Ustaz Abdul Somad ungkap manfaat dari melakukan tahlilan.

Dikutip Gridhot dari BKKBN.go.id, tahlilan adalah ritual atau upacara selamatan yang dilakukan umat Islam di Indonesia.

Tahlilan dilakukan untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal.

Tahlilan biasanya dilakukan di tujuh hari pertama, hari ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000.

Penceramah Ustadz Abdul Somad menjelaskan makna tahlilan untuk orang yang sudah meninggal.

Dikutip Gridhot dari Banjarmasin POST, Dari asal kata, Ustadz Abdul Somad menguraikan tahlil adalah Lailahailallah yang bermakna tidak ada Tuhan selain Allah.

Dituturkan Ustadz Abdul Somad, membaca tahlil atau tahlilan yang diniatkan untuk orang yang sudah meninggal boleh dilakukan.

Tahlilan adalah tradisi selamatan sebagian umat Islam di Indonesai untuk mendoakan seseorang yang telah meninggal.

Biasanya tahlilan dilakukan oleh anak atau keluarga dan kerabat seorang muslim yang sudah tiada.

Baca Juga: Penyakit yang Diderita Leburkan Dosa-dosa dan Mengangkat Derajat, Amalan Doa Ketika Menjenguk Orang Sakit, Lengkap dengan Arab Latin dan Artinya

Ustadz Abdul Somad menjelaskan kalimat tahlil ialah Lailahailalallah, berbeda dengan bacaan tasbih, tahmid, dan takbir.

"Tujuh hari, 40 hari, buat kenduri, bagi makanan, kirim doa tidak dilakukan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, namun ada pada kitab Tabiin Imam Atha, menurut Imam Atha dari kalangan Tabiin, orang yang meninggal diuji di dalam kuburnya selama 7-40 hari maka dianjurkan bersedekah dan berkirim doa," jelas Ustazd Abdul Somad dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Smart Amal.

Pendapat lainnya, tasbih Subhanallah, tahmid Alhamdulillah, takbir Allahuakbar, Siapa yang mengucap Tahlil kemudian dihadiahkan kepada si mayit, pahalanya sampai dan mayit itu dapat manfaat, hal tersebut berdasarkan pendapat Ibnu Taimiyah dalam kitab majemuk Fatawa Ibnu Taimiyah.

Alasan UAS memilih sependapat dengan Ulama tersebut yakni yang melarang tahlilan adalah anak buah Ibnu Taimiyah.

"Kalau dimasakkan makanan misal bubur kacang hijau, lalu dihadiahkan pahala untuk almarhum sampai pahalanya, dalilnya seseorang bertanya kepada Nabi SAW, sedekah yang dihadiahkan untuk ibu apakah sampai, Nabi Muhammad SAW menyebut sampai," terangnya.

Sedekah yang paling afdhol adalah memberi air minum, jika air minum saja afdhol apalagi makanan misalnya gulai.

"Maka dari itu artinya sedekah sampai, tahlil sampai atau mendapat pahala," ucap Ustadz Abdul Somad.

Selain tahlil dan sedekah, bisa pula menghadiahkan orang meninggal dengan membaca Alquran misalnya surah Yassin.

Bagi orang yang tidak mampu atau miskin, Ustadz Abdul Somad mengatakan tak perlu memaksa diri hingga berutang untuk menggelar tahlilan.

Di zaman Nabi SAW, orang yang miskin justru diberikan makanan oleh tamu pelayat atau tetangga sekitarnya.

(*)