Ulah KKB Papua Disorot Media Asing, Egianus Kogoya Ternyata Jadi Pimpinan OPM yang Paling Berbahaya, Ini Daftar Kejahatannya

Senin, 13 Februari 2023 | 15:42
Dok. Handout

Pimpinan KKB Papua, Egianus Kogoya membakar pesawat Susi Air di Bandara Paro, Nduga, Selasa (7/2/2023) pagi

Gridhot.ID - KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya seringkali melakukan aksi teror terhadap warga sipil maupun aparat TNI-Polri.

Yang terbaru, KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya membakar pesawat Susi Air di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan, Selasa (7/2/2023) pagi.

KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya juga diduga melakukan penyanderaan pilot Susi Air, Philips Marthen asal Selandia Baru.

Saat ini, aparat gabungan TNI-Polri masih dalam proses pencarian Philips Marthen yang hilang setelah pesawat yang diawakinya dibakar KKB Papua.

Aksi pembakaran pesawat sekaligus dugaan penyanderaan pilot Susi Air oleh KKB Papua juga menjadi sorotan media internasional, salah satunya Bangkok Post.

Bangkok Post menerbitkan berita soal peristiwa pembakaran dan penyanderaan pilot beserta penumpang Susi Air dengan judul "Pemberontak Sandera Pilot Selandia Baru di Papua".

Media ini mengatakan, pilot Selandia Baru telah disandera oleh kelompok separatis di wilayah timur Indonesia yang ingin memisahkan Papua dari negara ini.

Bangkok Post mengutip pernyataan juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom kepada AFP.

"Pilot sudah dibawa ke markas TPNPB, sangat jauh di kabupaten lain," ujar Sebby.

"Butuh waktu lama untuk sampai ke sana, mungkin satu atau dua hari, Mereka mungkin akan tiba hari ini," lanjutnya.

Apa itu KKB Papua?

Baca Juga: Kelaparan Jalan Kaki dari Paro, Kondisi Korban Intimidasi KKB Papua Memprihatinkan, Danrem 172/PWJ: Mereka 2 Hari di Hutan

KKB adalah singkatan dari Kelompok Kriminal Bersenjata, yaitu suatu kelompok di wilayah Papua yang menebar teror baik kepada warga sipil maupun TNI dan Polri.

Melansir laman dpr.go.id, diketahui sebelumnya KKB Papua bernama Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Dalam kegiatannya, OPM selalu menyuarakan soal referendum agar Papua bisa merdeka dan berdiri sendiri.

Facebook TPNPB
Facebook TPNPB

Ilustrasi KKB Papua

Perubahan istilah OPM ke KKB itu juga dimaksudkan untuk mengubah paradigma penanganan kaum separatis di Papua.

Bila ada salah satu kelompok KKB Papua ini tertangkap, maka mereka akan ditahan karena alasan kriminalitas.

Walau begitu, OPM berbeda dengan KKB Papua, di mana saat ini teror disebarkan dengan berbekal persenjataan lengkap dan mutakhir sehingga lebih sulit dikendalikan.

Apa tujuan KKB Papua?

Melansir laman kemhan.go.id, Menteri Pertahanan RI di Kabinet Kerja saat itu Ryamizard Ryacudu pernah mengungkap tujuan KKB Papua.

Menurut Ryamizard, KKB Papua adalah kelompok yang ingin Papua melepaskan diri dari NKRI.

Oleh karena itu, menurutnya kelompok tersebut sudah bisa disebut sebagai gerakan separatis.

Baca Juga: KKB Papua Hasut Warga, Egianus Kogoya Cs Sebar Hoax TNI Akan Bom Distrik Paro Karena Hal Ini, Danrem 172/PWY: Itu Tidak Benar!

"KKB sudah menjadi kelompok separatis yang mengancam keutuhan negara," kata dia, Jumat (15/03/2019)

Wilayah Rawan KKB Papua

Melansir laman Kompas.compada 11Agustus 2021, KKB beraksi di kawasan pegunungan di Papua.

Beberapa kabupaten yang hingga kini masih rawan dari aksi KKB Papua adalah Puncak, Yahukimo, Nduga dan Intan Jaya.

Sementara ada 5 kelompok besar KKB Papua yang telah dipetakan dengan para pemimpinnya yaitu Lekagak Telenggen, Egianus Kogoya, Jhony Botak, Demianus Magai Yogi, dan Sabinus Waker.

Dari kelima kelompok tersebut,2 diantaranya disebut KKB paling berbahaya di Papua yaitu Lekagak Telenggen dan Egianus Kogoya.

Daftar kejahatan KKB Papua

Berikut sederet kejahatan KKB Papua yang dilakukan di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak sejak 2021.

Terbaru, KKB Papua diduga bertanggung jawab terkait terbakarnya pesawat Susi Air dan hilangnya Kapten Philips Marthen.

Baca Juga: Istri Pilot Susi Air Ternyata Warga Indonesia, Muncul 2 Solusi yang Ditawarkan Jika Benar Kapten Philips Disandera KKB Papua, Apa?

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari

Sumber Kompas.com, Bangkok Post