Lebih lanjut, UAS menerangkan bagaimana pahala baca Alquran itu dilihat melalui mulut dan hati.
Melalui mulut, terang UAS, yang dilihat adalah lafal ucapan yang fasih, ada tahsil dan tajwid.
Sementara melalui hati, orang yang membaca Alquran itu ada keikhlasan.
"Mulut fasih, tahsil, tajwid. Hati Ikhlas. Walaupun kau baca di pelepah kurma," lanjut UAS.
Maka dari itu, pahala yang didapat bukan dilihat di mana Alquran dibaca.
Tapi dilihat dari lafal ucapan yang keluar dari mulut, dan keikhlasan hatinya saat membaca.
Sebab, kata UAS, pada masa sahabat-sahabat Rasulullah SAW bahkan belum ada mushaf Alquran yang dicetak seperti pada zaman sekarang ini.
"Dulu Quran ditulis di pelepah kurma, di tulang unta, di batu lepes, ceper macem piring," kata UAS.
Baru belakangan, lanjutnya, kertas masuk ke kota Makkah.
"Jadi Quran ditulis di kertas, di batu lepes, di tulang unta, di pelepah kurma, yang dilihat bukan dibaca di mananya, tapi yang dilihat adalah pelafadzan mulut dan keihklasan hati," tegas UAS sekali lagi.
Baca Juga: Lowongan Kerja BUMN Bank Mandiri untuk Lulusan D3 dan S1, Berikut Syarat dan Cara Daftarnya
Dalam penjelasannya itu pula, UAS mengingatkan bahwa Alquran yang mahal juga bukan dilihat dari harganya.
Melainkan Alquran yang dibaca oleh pemiliknya.
(*)