Gridhot.ID - Ustaz Abdul Somad menjelaskan tentang pahala membaca Al Quran namun lewat aplikasi di HP atau handphone.
Ustaz Abdul Somad menjawab dengan tegas terkait kondisi keikhlasan hati.
Berikut penjelasan selengkapnya dari Ustaz Abdul Somad mengenai hal ini.
Dikutip Gridhot dari Gramedia.com, Al-Quran merupakan istilah dari bahasa arab yang memiliki arti bacaan.
Al-Quran diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril. Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur di kota besar Mekah dan Madinah sejak tahun 610 M sampai kematian Nabi Muhammad tiba yaitu pada tahun 632 M.
Al-Quran memiliki isi yang lebih pendek dibandingkan dengan perjanjian baru atau juga kitab Ibrani.
Al-Quran dibagi menjadi 114 surat, atau bisa disebut dengan bab. Dalam bab atau surat itu, memiliki ayat atau butir-butir yang berbeda-beda. Al Quran bisa dibaca kapan saja termasuk dari berbagai media.
Dikutip Gridhot dari Serambi News, mengutip penjelasan Ustad Abdul Somad alias UAS dalam video yang diunggah di kanal YouTube Ustadz Abdul Somad Official, disampaikan bahwa pahala baca Alquran bukan dilihat dimana ayat-ayat suci ini dibaca.
Melainkan dari lafal yang diucapkan di mulut dan di hati.
"Melihat mushaf, melihat handphone, melihat dinding, pahalanya bukan dilihat kau baca Alquran di mana.
Tapi yang dilihat adalah lafadz di mulut dan di hati," terang UAS sebagaimana direkam dalam video berjudul SAMAKAH PAHALA NGAJI PAKAI HANDPHONE ? | Ustadz Abdul Somad, Lc., MA., Ph.D.
Lebih lanjut, UAS menerangkan bagaimana pahala baca Alquran itu dilihat melalui mulut dan hati.
Melalui mulut, terang UAS, yang dilihat adalah lafal ucapan yang fasih, ada tahsil dan tajwid.
Sementara melalui hati, orang yang membaca Alquran itu ada keikhlasan.
"Mulut fasih, tahsil, tajwid. Hati Ikhlas. Walaupun kau baca di pelepah kurma," lanjut UAS.
Maka dari itu, pahala yang didapat bukan dilihat di mana Alquran dibaca.
Tapi dilihat dari lafal ucapan yang keluar dari mulut, dan keikhlasan hatinya saat membaca.
Sebab, kata UAS, pada masa sahabat-sahabat Rasulullah SAW bahkan belum ada mushaf Alquran yang dicetak seperti pada zaman sekarang ini.
"Dulu Quran ditulis di pelepah kurma, di tulang unta, di batu lepes, ceper macem piring," kata UAS.
Baru belakangan, lanjutnya, kertas masuk ke kota Makkah.
"Jadi Quran ditulis di kertas, di batu lepes, di tulang unta, di pelepah kurma, yang dilihat bukan dibaca di mananya, tapi yang dilihat adalah pelafadzan mulut dan keihklasan hati," tegas UAS sekali lagi.
Baca Juga: Lowongan Kerja BUMN Bank Mandiri untuk Lulusan D3 dan S1, Berikut Syarat dan Cara Daftarnya
Dalam penjelasannya itu pula, UAS mengingatkan bahwa Alquran yang mahal juga bukan dilihat dari harganya.
Melainkan Alquran yang dibaca oleh pemiliknya.
(*)