Find Us On Social Media :

Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Dulu Dinominasikan untuk Piala Citra di FFI, Aktor Senior Pemain Film Laskar Pelangi Ini Meninggal Dunia

Aktor Ikranagara (79) yang pernah membintangi film Laskar Pelangi pada 2008 lalu meninggal dunia.

GridHot.ID - Innalillahi wa innailaihi rojiun.

Kabar duka datang dari industri perfilman Tanah Air.

Pasalnya, aktor senior yang sempat membintangi film Laskar Pelangi ini meninggal dunia.

Dikutip GridHot dari tribunlampung.co.id, kabar duka datang dari aktor Ikranagara.

Ikranagara yang pernah membintangi film Laskar Pelangi pada 2008 lalu meninggal dunia.

Ikranagara meninggal dunia pada usia 79 tahun pada hari Senin (6/3/2023).

Kabar meninggalnya Ikranagara disampaikan oleh putranya, Innosanto Nagara, melalui akun Facebook miliknya.

"Berita duka. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un. Telah berpulang ke Rahmatullah, Suami, Ayah, Datuk tercinta kami: H. Ikranagara pada usia 79 tahun di Bali," kata Innosanto Nagara, Selasa, (7/3/2023).

Akun Festival Film Indonesia turut mengungkapkan dukacitanya atas berpulanganya aktor senior itu.

"Selamat jalan, Ikranagara. Terima kasih atas cinta dan dedikasimu pada dunia perfilman Indonesia," tulis akun Festival Film Indonesia.

Mengutip pemberitaan Kompas TV, selain dikenal sebagai aktor, Ikranagara juga menjadi seniman dan sastrawan.

Baca Juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Sutradara Deretan Film Legendaris Ini Meninggal Dunia Usai Berjuang Melawan Penyakitnya

Aktor berdarah Bali, Jawa, Madura, dan Bugis ini lahir di Jembrana, Bali, tanggal 19 September 1943.

Dia mengawali kariernya dalam bidang sastra melalui drama dan puisi. Dia membuahkan kumpulan puisi berjudul Angkat Puisi (1979) dan Tirai (1984).

Sementara itu, menurut Ikranagara, kiprahnya di dunia perfilman justru berawal dari keisengan semata. Namun, kariernya terbukti sukses karena dia sudah membintangi puluhan film.

Ikranagara juga menggeluti dunia teater sejak tahun 1972. Dia dan Putu Wijaya mendekonstruksi teater tradisional dengan menggali kebudayaan Bali.

Namanya melambung berkat perannya dalam film Keluarga Markum (1986) dan Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986).

Dia pernah terpilih sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam Indonesian Movie Actor Awards berkat perannya sebagai tokoh Pak Harfan dalam film Laskar Pelangi (2008).

Tak hanya itu, dia juga terpilih sebagai Pemeran Utama Pria Terpuji Film Bioskop oleh Festival Film Bandung karena perannya sebagai Kiai Hasyim Asy'ari dalam film Sang Kiai (2013).

Film terkenal lainnya yang juga dibintanginya adalah Garuda di Dadaku (2009) dan Sang Pencerah (2010)

Sementara itu, melansir tribun seleb, Ikranagara meninggal pada Senin (6/3/2023) pada usia 79 tahun.

Kabar meninggalnya Ikranagara diketahui dari akun Instagram resmi @festivalfilmid pada Selasa (7/3/2023).

"Festival Film Indonesia turut berduka cita yang mendalam atas berpulangnya sahabat dan keluarga kami. Ikranagara 19 September 1943-6 Maret 2023," tulisnya.

Baca Juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Sempat Minta Dibuatkan Kopi, Kondisi Pembawa Berita Ini Mendadak Memburuk hingga Meninggal Dunia

"Selamat jalan, Ikranagara. Terima kasih atas cinta dan dedikasimu pada dunia perfilman Indonesia," lanjutnya.

Ikranagara merupakan seorang aktor, pelukis, penulis skenario, dan satrawan Indonesia.

Pria kelahiran Bali ,19 September 1943 ini merupakan keturunan Bali, Jawa, Madura, dan Bugis.

Dalam kariernya selama lebih dari lima dekade, ia telah dinominasikan untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia dua kali.

Perannya sebagai paman yang menjengkelkan dalam drama komedi romantis Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986) mendulang penghargaan sebagai Aktor Pendukung Terbaik.

Untuk perannya sebagai tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari dalam film biografi Sang Kiai (2013) juga berhasil menyabet penghargaan sebagai Aktor Terbaik, dikutip dari p2k.stekom.ac.id.

Ikranagara memulai karirnya dalam dunia seni melalui drama dan puisi.

Keterlibatannya di dunia film sendiri diakui Ikra karena faktor keisengan belaka.

Sekurangnya hingga detik ini sudah sekitar 13 film berhasil ia bintangi.

Ketika bersekolah di SR, ia mempunyai kawan yang ayahnya seorang dalang.

Dari ayah temannya itulah ia banyak mengenal istilah pewayangan, profesi dalang, dan berbagai cerita, seperti Ramayana dan Mahabarata. Karena ikut ayah temannya mendalang, ia sering bolos mengaji, dikutip dari ensiklopedia.kemdikbud.go.id

Baca Juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Mendadak Pingsan Saat Sarapan, Aktor Kawakan Ini Meninggal Dunia 2 Minggu Sebelum Pernikahan Putranya

Tamat SR, ia melanjutkan pendidikannya ke SMP lalu ke SMA-B di Singaraja.

Masa remajanya di Bali dihabiskan untuk berteater.

Berbagai pementasan drama dilakukannya bersama Putu Wijaya, teman satu sekolahnya.

Setelah tamat SMA, ia melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), menyusul Putu Wijaya yang telah lebih dahulu menjadi mahasiswa Fakultas Hukum di sana.

Baru setahun mengikuti kuliah di fakultas itu, ia pindah ke Fakultas Kedokteran.

Tahun 1966, setelah terjadinya peristiwa G-30-S/PKI yang berkaitan dengan terjadinya pergolakan mahasiswa, suasana berkesenian benar-benar lumpuh.

Dia ikut berdemonstrasi, bahkan ia dipercaya sebagai penghubung Yogyakarta-Jakarta. Ketika suasana bertambah gawat, ia kembali ke Bali.

Karena kesepian dan kuliahnya berantakan, ia pindah ke Jakarta.

Di Jakarta ia masuk Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, dengan maksud agar memperoleh pengetahuan untuk kesenian.

Namun, di fakultas tersebut ia juga merasa jenuh dan kuliahnya tidak pernah selesai.

Setelah beberapa tahun bergabung bersama Teater Kecil, pimpinan Arifin C. Noer, tahun 1974 ia mendirikan sebuah grup teater yang bernama Teater (Siapa) Saja.

Baca Juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Didiagnosis Kanker Usus Sebelum Meninggal, Aktor Senior Ini Sempat Bikin Dokter Marah Saat Tahu Keputusannya Soal Ini

Pada 1979, ia bertugas sebagai dosen tamu di Universitas California di Davis, Universitas Ohio, dan Universitas Michigan.

Pada saat yang sama, ia juga menjadi seniman tamu di Theatre Compesino (Los Angeles), Snake Theatre (San Fransisco), dan di Gafres Tire (Minneacles).

Ikranagara sempat bermain film "Pagar Kawat Berduri" (1961), "Bernafas dalam Lumpur" (1970), "Cinta Biru"(1977), "Si Doel Anak Modern" (1976), "Dr. Siti Pertiwi" (1979), "Untukmu Indonesiaku"(1980), "Djakarta 66"(1982), "Keluarga Markum" (1986), "Kejarlah Daku Kau Kutangkap"(1985), dan "Bintang Kejora"(1986).

Selain itu, ia juga pernah menjadi wartawan dan redaktur harian Indonesia Raja (1967—1968) dan Berita Buana.(*)