Find Us On Social Media :

Padahal di Tengah Kota, SD Negeri di Solo Cuma Dapat 1 Murid di PPDB 2023, Kepsek Bongkar Penyebab Utamanya

Ilustrasi sekolah sepi murid

Gridhot.ID - Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB 2023 diwarnai berbagai kejadian unik.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, banyak orang mendeteksi kecurangan yang dilakukan orang tua murid demi bisa memasukkan anak mereka ke sekolah negeri pilihan.

Salah satu yang paling mengejutkan adalah banyaknya orang tua yang sengaja migrasi atau titip identitas anaknya di Kartu Keluarga (KK).

Migrasi sekolah ini dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia.

Selain tentang kecurangan, ada juga yang mengalami kepiluan di PPDB 2023 ini.

Salah satunya adalah terkait sekolah yang mendapatkan murid sedikit seperti yang terjadi di Solo.

Dikutip Gridhot dari Tribun Solo, penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2023 untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) di Kota Solo, Jawa Tengah, telah resmi ditutup.

Namun, ada kabar tak menyenangkan yang tersebar, yakni masih ada sekolah yang cuma ada satu siswa saja yang mendaftar.

Mirisnya, SD tersebut terletak di pusat Kota Solo yang jaraknya tak jauh dari pusat perbelanjaan Mall Paragon dan Pura Mangkunegaran.

Sekolah tersebut adalah SDN Tumenggungan.

Tahun ini, SDN Tumenggungan hanya ada satu siswa saja yang mendaftar.

Baca Juga: 3 Tanggal Lahir yang Susah Kaya Lantaran Kena Kutukan dari Nenek Moyang, Hidupnya Diramal Penuh Penderitaan

Leliy Maria, Kepala SDN Tumenggungan menuturkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi sepinya siswa yang mendaftar.

Ia menyebut, minimnya pemukiman di sekitar sekolah jadi salah satu faktor yang berpengaruh.

"Posisi kita kanan kiri depan belakang rumah sakit pertokoan dan lain sebagainya. Belakang pemukiman hanya sedikit. Jumlah anak sekitar kami hanya sedikit," ucap Leliy, dikutip dari TribunSolo.com.

Sebelum PPDB 2023 dibuka, Leliy berharap ada banyak yang tertarik dengan sekolah yang dipimpinnya, namun hal tersebut hanyalah sebuah harapan.

"Itu sudah diketahui sebelum PPDB. Ke TK yang mau ke sini ini. Berharapnya mungkin dari luar. Kenyataanya tidak ada," jelasnya.

Leliy menyebut, faktor lainnya yakni orang tua siswa yang memilih mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta.

Diketahui, satu siswa yang masuk tersebut, mendaftar melalui jalur afirmasi.

Sedangkan, kata Leliy, masih ada satu murid lagi yang diusulkan untuk masuk melalui jalur offline.

"Afirmasi 1 offline 1. Offline itu langsung artinya tidak masuk lewat zonasi karena umurnya kurang sedikit," jelasnya.

Ia juga mengatakan, populasi anak di sekitar sekolahnya yang sangat minim juga menjadi faktor lain kenapa SDN Tumenggungan sepi.

Kesulitan Atur Dana BOS

Baca Juga: Nathalie Holscher Tampaknya Sudah Lama Ingin Lepas Hijab, Curhatan Janda Sule ke Maia Estiany Jadi Sorotan, Singgung Ujian Terberat

Leliy Maria juga menceritakan, bahwa muridnya tiap tahun makin menyusut.

Atas hal tersebut, pihaknya kesulitan mengatur dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

BOS sendiri bergantung pada jumlah siswa.

"Kemarin kita meluluskan 20 orang. Kalau yang diterima 2, berarti kehilangan 18 siswa pendanaan dari BOS," tuturnya saat ditemui Selasa (11/7/2023).

Ia juga menyebut, ada tren penurunan jumlah siswa setiap tahunnya.

"Berapa tahun ini menurun. Saya di sini baru tahun kemarin. Kalau dilihat dari jumlah siswa kelas 6 sampai kelas 2 trennya turun," jelasnya.

Ia menambahkan, jumlah siswa di SDN Tumenggungan sekitar 70 orang, sedangkan BOS tahun ini dianggarkan Rp930 ribu per murid per tahun.

Leliy pun berusaha memanfaatkan dana tersebut semaksimal mungkin.

"Sepintar-pintarnya kita," ucapnya.

Ditanya soal wacana penggabungan dengan sekolah lain atau regrouping, Leliy pun pasrah.

"Kalau regrouping dari dinas (Dinas Pendidikan Kota Solo). Untuk tahun ini baru berjalan baru penataan. Dinas pun sudah melihat mungkin paling kelihatan sedikit kita. Tapi masih ada beberapa SD yang sedikit," tuturnya.

"Bagaimana harus bisa mengelola seberapa pun siswanya. Kami sudah berusaha yang terbaik. Sudah diantisipasi paling awal," pungkas Leliy.

(*)