Find Us On Social Media :

Viral SMPN 1 Ponorogo Minta Sumbangan Siswa Rp 1,6 Juta Demi Beli Mobil Baru, Komite Sebut Wali Murid Setuju, Disdik Langsung Bereaksi

Sebuah surat edaran memperlihatkan permohonan iuran siswa dari SMPN 1 Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, beredar viral di media sosial.

GridHot.ID - Viral tarikan sumbangan di SMPN 1 Ponorogo.

Pihak komite sekolah pun akhirnya buka suara terkait hal tersebut.

Sosok Kepala SMPN 1 Ponorogo, Imam Mujahid kemudian menjadi sorotan.

Melansir tribunjabar.id, sebuah surat edaran memperlihatkan permohonan iuran siswa dari SMPN 1 Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, beredar viral di media sosial.

Salah satunya dibagikan oleh akun Instagram @infoponorogo.

Dalam surat edaran tersebut, nampak sejumlah rincian kebutuhan pengadaan barang sekolah serta harganya.

Terdapat tiga jenis pengadaan yang dijelaskan dalam surat edaran tersebut.

Ketiga pengadaan itu adalah pengadaan peralatan praktek musik, peremajaan mobil sekolah, dan pengadaan komputer untuk praktek.

Peralatan praktek musik dianggarkan sebesar Rp94.080.000, mobil senilai Rp265 juta, dan 34 unit komputer sebesar Rp195.500.000.

Total kebutuhan anggaran untuk membeli sejumlah pengadaan itu mencapai Rp509.580.000.

Sehingga, dengan adanya 288 siswa, masing-masing ditarik iuran sebesar Rp1.769.375.

Baca Juga: 21 Tahun Ketakutan, Wanita Ini Minta Tolong ke Kapolri Ngaku Dinikahi Suami yang Ternyata Perempuan, Identitas Aslinya Disebut Adik Konglomerat

Unggahan itu lantas menuai sejumlah reaksi dari para warganet.

Terlebih dengan adanya pengadaan seperti mobil sekolah hingga komputer.

Kepala Sekolah Sebut Sesuai Prosedur

Kepala SMPN 1 Ponorogo, Imam Mujahid mengkonfirmasi adanya permintaan sumbangan terhadap orang tua siswa tersebut.

Menurutnya, penarikan iuran siswa itu sudah sesuai prosedur karena telah ada rapat bersama orang tua dan komite sekolah sebelumnya.

"Jadi itu memang program komite karena komite mitra sekolah. Jadi sekolah manut pada komite," kata Imam, dikutip dari Kompas.com pada Sabtu (30/9/2023).

"Komite yang membuat kebijakan bersama orang tua. Kedua proses yang dilalui sangat panjang dan itu pertimbangan yang banyak," lanjutnya.

Selain itu, Imam mengatakan rapat tersebut mendatangkan aparat penegak hukum untuk memberikan sambutan.

Menurut Imam, iuran siswa tersebut bersifat sukarela dan tidak akan membebankan kepada yang tidak mampu.

Bahkan, kata Imam, siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu akan dibebaskan dari iuran tersebut.

"Sumbangan itu sukarela. Tetapi tidak matok. Bagi yang miskin ada keringanan dan ada yang bebas," ungkap Imam.

Baca Juga: Viral Bandar Judi Paling Berpengaruh Jadi Selingkuhan Kolonel Polisi, Dikira Hidup Mewah Gara-gara Anak Pejabat Ternyata Berkat Panen Duit Haram

Mobil untuk Kendaraan Operasional

Lebih lanjut, Imam menjelaskan adanya pengadaan mobil itu untuk menunjang kendaraan operasional sekolah.

Khususnya, untuk mengantar para siswa yang mengikuti perlombaan di berbagai lokasi.

Menurut Imam, kondisi mobil yang sebelumnya dimiliki sekolah sering mengalami mogok.

Begitu pula dengan pembelian komputer dan alat musik dilakukan lantaran sudah banyak yang tidak layak pakai.

Imam mengaku pihaknya tidak mengajukan bantuan kepada Pemkab Ponorogo lantaran merasa tidak enak dengan sekolah lain.

Komite Sekolah Sebut Wali Murid Sudah Setuju

Sementara itu, Ketua Komite SMPN 1 Ponorogo, Mulyani menyatakan wali murid kelas VII SMPN 1 Ponorogo telah menyetujui adanya iuran siswa sebesar Rp1,6 juta.

"Jadi pada Selasa (26 September 2023), wali murid kelas VII SMPN 1 Ponorogo sudah setuju membayar dana sumbangan sebesar Rp 1,6 juta," kata Mulyani.

Mulyani menjelaskan, rapat bersama yang sebelumnya digelar itu dihadiri oleh orang tua, jaksa, polisi, hingga anggota DPRD Kabupaten Ponorogo.

Disdik Minta Direvisi

Baca Juga: Viral Bocah 23 Tahun Bisa Beli Rumah Rp5 Miliar dan Punya Kantor, Bukan Anak Orang Kaya, Pernah Rasakan Bangkrut

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Ponorogo, Nurhadi mengatakan, pihaknya telah menghubungi Kepala SMPN 1 Ponorogo dan Komite.

Nurhadi meminta pihak sekolah untuk merevisi rencana penarikan iuran siswa mencapai jutaan rupiah tersebut.

"Kemarin sudah saya hubungi kepala sekolahnya. Saya minta mereka (SMPN 1 Ponorogo) berpikir ulang, mana program yang esensial dan tidak," ujar Nurhadi, Jumat (29/9/2023).

Menurut Nurhadi, pihaknya telah memberikan masukan kepada satuan pendidikan agar pelayanan pendidikan tidak sampai memberatkan masyarakat.

"Semestinya satuan pendidikan bisa melakukan skala prioritas penarikan, sumbangan dari komite. Untuk itu harus memperhitungkan bagaimana kepentingan masyarakat biar menjadi nyaman,” katanya.

Terhadap fakta itu, Nurhadi sudah menghubungi komite dan Kepala SMPN 1 Ponorogo merevisi ulang penarikan sumbangan sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di masyarakat.

Saat ditanya pengadaan atau peremajaan mobil sudah mendesak di SMPN 1 Ponorogo, Nurhadi menyatakan pengadaan mobil harus dievaluasi kembali.

Mengutip tribunjateng.com, SMPN 1 Ponorogo geger setelah siswa diduga dimintai sumbangan untuk beli mobil baru sekolah.

Sosok Kepala SMPN 1 Ponorogo, Imam Mujahid kemudian menjadi sorotan.

Ia mendapat banyak protes dari para wali murid yang merasa keberatan,

Adapun sebanyak 288 siswa yang harus menanggung Rp 1.769.375 per orang.

Baca Juga: Denny Caknan Akhirnya Bayar Utang ke Soimah Lewat 20 Follower Instagram, Suami Bella Bonita: Daripada Ditagih di Akhirat!

Uang sumbangan itu nantinya digunakan untuk membeli mobil sekolah, alat musik, hingga komputer.

Kepala SMPN 1 Ponorogo, Imam Mujahid tidak membantah terkait sumbangan.

Dia beralasan sudah melalui komite dan yang memutuskan adalah komite bersama wali murid.

Lantas seperti apa sosoknya?

Diketahui, Drs, Imam Mujahid, MA baru menjabat sebagai kepala sekolah SMPN 1 Ponogoro selama satu tahun, sejak Maret 2022.

Sebelumnya, Imam mengawali pekerjaannya di SMPN 3 Sambil selama 20 tahun di bawah Gunung Gajah.

Kemudian, ia mendapat kesempatan memimpin SMPN 3 Slahung di bawah Gunung Pringgitan selama 5 tahun.

Setelah itu, Imam juga menjadi kepala sekolah di SMPN 1 Sampung di bawah lereng Gunung Gamping selama 4 tahun.

Perjalanannya dari gunung ke gunung itu akhirnya membawaanya ke SMPN 1 Ponogoro.(*)