Gridhot.ID - Innalillahi wa innailaihi rojiun, nasib buruk menimpa wanita bernama Fitria Almuniroh Hafidloh Diana di Pasuruan.
Fitria Almuniroh diketahui dibunuh secara keji oleh mertuanya sendiri yang bernama Khoiri (53).
Fitria Almuniroh meninggal dunia di usia yang masih sangat muda yaitu 23 tahun.
Lebih pilunya lagi, sang menantu yang dibunuh mertua tersebut meninggal dunia dalam kondisi sedang hamil besar.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Ibu korban, Nurul Afini mengaku sempat mendapat telepon dari anaknya beberapa jam sebelum kejadian.
Warga Perum Sinar Amerta Medayu Selatan, Medokan Ayu, Rungkut, Surabaya itu menyebut, anaknya melakukan telepon video selama hampir dua jam pada Selasa (31/10/2023), sore.
"Saya video call (panggilan video) dari jam 13.00 WIB sampai 14.45 WIB, hampir jam 15.00 WIB," kata Nurul Arifin, saat berada di rumahnya di Surabaya, Rabu (1/11/2023).
Dalam percakapannya dengan korban, anaknya bercerita berniat untuk menjual televisinya.
Sebab, dia ingin membeli sebuah sepeda yang digunakan sebagai tranportasi sehari-harinya.
"Dia (korban) sempat bilang, bu aku mau jual TV sama STB (set top box)-nya, buat beli sepeda jelek-jelekan. Suamiku minta Rp 1 juta, kemarin sempat ditawar orang Rp 750 ribu," ujar dia.
Dikutip Gridhot dari Surya, terungkap sederet fakta kasus mertua, Khoiri atau Satir (53), yang membunuh menantu, Fitria Almuniroh Hafidloh Diana (23), yang hamil 7 bulan di Pasuruan, Jawa Timur.
Salah satu fakta yang terungkap, adalah ucapan terakhir korban kepada ibunya melalui aplikasi perpesanan Whatsapp (WA).
Hal tersebut disampaikan langsung oleh ibu Fitria, Nurul Afini.
Berikut fakta-fakta selengkapnya.
Sempat Video Call
Nurul Afini mengaku sempat berkomunikasi dengan Fitria melalui sambungan telepon video (video call), beberapa jam sebelum tewas sekira pukul 13.00 WIB.
Keduanya berbincang santai seputar menanyakan kabar keseharian, disertai senda gurau hangat seperti biasanya, selama dua jam.
Anak Tak Sadarkan Diri
Sekitar empat jam kemudian, Nurul Afiani mendengar kabar bahwa putrinya tak sadarkan diri hingga dibawa ke Puskesmas Purwodadi sekitar pukul 17.30 WIB.
Ledakan emosi Nurul Afini makin membuncah setibanya di puskesmas tersebut sekitar pukul 21.00 WIB.
Dia mendapati anaknya sudah tak bernyawa dengan berbagai kejanggalan.
Kejanggalan yang diketahuinya seperti luka robek pada leher sisi kanan, dan kondisi memar pada bagian bawah perut anaknya yang membuncit karena hamil 7 bulan.
Baca Juga: Ibu Hamil Salah Satu Komponen Penerima PKH, Begini Cara Cek Penerimanya
"Aku tatak (berusaha kuat) di puskesmas. Di sana aku lihat anakku kok pegang perutnya. Posisi pegang perut, sininya (leher sisi kanan) menganga. Cuma wajahnya senyum. Ya Allah nak, intinya saya mau keadilan," ujar Nurul Afini.
Nurul Afini mengaku sempat tak menerima kematian sang anak yang demikian nahas.
Namun, dia berupaya tetap tegar dengan memaknai semua ini sebagai suratan takdir dari Sang Ilahi, ia perlahan-lahan mulai merelakan kematian sang anak meskipun berat dan menyesakkan dada.
Gelagat Aneh Fitria
Kematian sang anak ini akhirnya menyadarkan Nurul Afini tentang gelagat aneh sang putri selama ini.
Perempuan berkemeja batik warna merah itu, akhirnya menyadari momen-momen sang anak yang kerap kali memohon maaf kepada dirinya meskipun tidak jelas kesalahannya.
Hal itu dilakukan terus menerus selama berkomunikasi melalui WA dengannya.
Ia menceritakan isi percakapan terakhir bersama sang anak pada hari itu.
Pertama, sang anak sempat berupaya untuk menjual televisi beserta STB-nya untuk membeli sepeda motor agar bisa beraktivitas ke luar rumah.
Kedua, sang anak juga sempat bercerita, bahwa pada hari itu telah resmi memiliki Kartu Keluarga (KK) tersendiri dengan suaminya,
"Ya di hari itu, dia dan suaminya dapat KK sendiri," katanya.
Baca Juga: Terungkap Sosok yang Rasuki Happy Asmara Saat di Panggung, Ada Dua Jin yang Ingin Saling Berkenalan
Ucapan Terakhir Korban
Kemudian, di sela percakapan tersebut, lanjut Nurul Afini, sang anak kerap beberapa kali menyampaikan permohonan maaf yang tak jelas peruntukkan atas kesalahan apa.
"Dia bilang lagi, bu sepurane sing akeh, aku mesti ngerepoti ibu. Jadi dia itu dalam satu bulan ini, setiap kali WA saya selalu bilang ibu baik-baik saja, aku minta maaf merepoti ibu, saya belum bisa membahagiakan ibu," terangnya.
Ucapan aneh dari sang anak itu tak hanya disampaikan saat berkomunikasi terakhir pada siang kemarin, namun, dalam kurun waktu sebulan.
Setiap berkomunikasi melalui sambungan telepon WA, sang anak acap menyampaikan permohonan serupa seperti siang itu.
Dan Nurul Afini mengaku, tidak terlalu memahami pernyataan maaf dari sang anak itu.
Hingga akhirnya peristiwa nahas ini terjadi, kini ia mulai memahami maksud sang anak yang mungkin hendak berpamitan sebelum berpulang.
"Firasat ada. Satu bulan sebelumnya, dia minta maaf terus. Terus bolak-balik WA itu saya ditelponi terus," katanya.
"Biasanya kalau di sekolah, saya gak bisa angkat karena kerjaan. Dia bilang mengiranya saya sedang marah (padahal sibuk urusan sekoah)," tambah wanita yang juga menjabat sebagai kepala sekolah SMP swasta di Kalibokor, Gubeng, Surabaya itu.
Nurul Hanya Bisa Pasrah
Berdasarkan informasi yang diketahui olehnya, Nurul Afini menduga, sang anak dianiaya demikian keji hingga tewas tak lama setelah sang anak menutup telepon video call dengannya, sekitar pukul 15.00 WIB.
Namun, ia mengaku memasrahkan semua proses pengusutan hukum kasus tersebut kepada pihak kepolisian Polres Pasuruan.
Ia berharap pelaku dikenai hukuman semaksimal mungkin dan seadil-adilnya.
"Saya video call dari jam 13.00-14.45 hampir jam 3 sore. Aku menduga ya jam itu, setelah kami telpon. Kemudian, kalau kata polisi, diketahui pertama sama suaminya ya jam 4-an atau jam 5-an," pungkasnya.
Suami Histeris
Diwartakan sebelumnya, jenazah Fitria pertama kali ditemukan oleh suaminya, Sueb (31) yang baru pulang kerja, Selasa (31/10/2023) sore.
Sueb histeris melihat kondisi istrinya yang tengah hamil 7 bulan tergeletak di kasur dalam kondisi bersimbah darah.
Luka di Leher
Korban diduga dibunuh dengan menggunakan senjata tajam (sajam).
Itu setelah ada luka di area leher korban.
Saat kejadian, korban memang sedang di rumah bersama mertuanya. Sedangkan suaminya sedang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Meninggal di Jalan
Korban meninggal dalam perjalanan menuju Puskesmas Purwodadi.
Dugaan kuat, korban kehabisan darah sehingga nyawanya tidak tertolong.
Pelaku Sempat Kabur
Kapolsek Purwodadi AKP Pujianto menyebut, pelaku sempat melarikan diri ke rumah tetangganya.
“Dari hasil pemeriksaan sementara, setelah membunuh korban, pelaku melarikan diri ke rumah tetangganya dan masuk ke dalam kamar, dikunci,” katanya.
Kini, AKP Pujianto menyebut, pelaku sudah diamankan ke Polsek untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dugaan kuat, pelaku menggorok leher korban dengan pisau dapur.
“Pelaku sudah kami amankan dan itu yang terpenting bagi kami. Biarkan dia tenang sebelum dilakukan pemeriksaan,” urai Pujianto.
Menurut Kapolsek, warga tidak berani menangkap pelaku karena takut yang bersangkutan masih membawa pisau dan bisa mengancam lainnya.
“Kami masih dalami motifnya. Ini anggota dan teman-teman dari Polres juga sudah turun untuk mendalami pembunuhan mertua dan menantunya ini,” paparnya.
Motif diduga asmara
Sejumlah spekulasi muncul dibalik kejadian ini.
Rumor yang berkembang adanya cinta segitiga, hingga ada dugaan pemerkosaan.
“Masih kami dalami. Tapi yang jelas, suami korban menyebut istrinya itu sangat gemati (perhatian, red) ke mertuanya, karena sudah dianggap orang tuanya sendiri,” paparnya.
Menurut Kapolsek Pujianto, pihaknya juga sudah mendengar informasi itu. Namun pihaknya perlu waktu untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.
(*)