Find Us On Social Media :

2 Rumah Sakit Terbesar di Gaza Stop Terima Pasien karena Agresi Israel, Bayi-bayi Meninggal Dunia

Rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, RS Al-Shifa menjadi sasaran pengeboman besar-besaran hari Jumat, (10/11/2023) kata Organisasi Kesehatan Dunia WHO, sambil menambahkan 20 rumah sakit di Gaza kini sepenuhnya tidak berfungsi

GridHot.ID - Dua rumah sakit (RS) terbesar di Gaza, al-Shifa dan al-Quds, berhenti menerima pasien baru sejak Minggu (12/11/2023).

Itu terjadi karena pengeboman Israel serta kurangnya obat-obatan dan bahan bakar.

Melansir Aljazeera, Dr Nidal Abu Hadrous, seorang ahli bedah saraf yang bekerja di RS Al-Shifa, mengatakan pasien dan staf menghadapi situasi "bencana" tanpa listrik atau air, serta tidak adanya jalan keluar yang aman.

"Ini tidak bisa bertahan lama. Diperlukan intervensi segera untuk menyelamatkan staf dan pasien," kata Abu Hadrous kepada Al Jazeera.

Senada dengan pernyataan Abu Handrous, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan situasi di RS Al-Shifa sangat mengerikan dan berbahaya.

"Dunia tidak bisa berdiam diri sementara rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman, berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah postingan di media sosial X,

"Al-Shifa tidak berfungsi sebagai rumah sakit. lagi," lanjutnya.

Badan bantuan PBB di wilayah Palestina pada hatri Minggu mengatakan bahwa tiga perawat telah tewas di RS Al-Shifa sejak Jumat (10/12/2023) di tengah pengeboman dan bentrokan Israel di dekat fasilitas kesehatan tersebut.

Dua belas pasien, termasuk dua bayi prematur juga telah meninggal dunia sejak pemadaman listrik dimulai.

Infrastruktur penting termasuk fasilitas kardiovaskuler dan bangsal bersalin juga telah rusak parah.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa tiga bayi baru lahir prematur telah meninggal dunia.

Baca Juga: Ketar-ketir Diberondong Hujatan, Felicya Angelista Unggah Permintaan Maaf Usai Dinilai Pro Israel: Telah Terjadi Kesalahan

WHO mengatakan bahwa 600-650 pasien, 200-500 petugas kesehatan, dan sekitar 1.500 pengungsi internal masih berada di rumah sakit tanpa jalan keluar yang aman.

Para pasien tersebut termasuk 36 bayi yang berisiko meninggal karena kurangnya inkubator yang berfungsi, menurut kementerian kesehatan di daerah kantong yang dikuasai Hamas.

Untuk diketahui, pasukan Israel telah mengepung fasilitas medis di utara Gaza, termasuk RS Al-Shifa, yang menurut pejabat Israel terletak di atas pusat komando Hamas.

Pejabat Hamas dan rumah sakit tentu saja membantah bahwa kompleks tersebut menyembunyikan infrastruktur militer.

Para pejabat Palestina dan orang-orang di dalam rumah sakit tersebut melaporkan bahwa pasukan Israel secara langsung menargetkan kompleks rumah sakit dengan amunisi dan penembak jitu.

Wakil Menteri Kesehatan Munir al-Boursh mengatakan penembak jitu menembaki setiap gerakan di dalam kompleks.

"Ada korban luka di dalam rumah dan kami tidak dapat menjangkau mereka," katanya kepada Al Jazeera.

"Kita tidak bisa menjulurkan kepala ke luar jendela," lanjutnya.

Militer Israel mengatakan pada hari Minggu bahwa pihaknya menawarkan untuk mengevakuasi bayi yang baru lahir serta menempatkan 300 liter (80 galon) bahan bakar di pintu masuk rumah sakit, merilis video tentaranya membawa kontainer dan meletakkannya di tanah.

Akan tetapi, menurut militer Israel, Hamas menghalangi upaya tersebut. 

Baca Juga: Menteri Israel Mau Ledakkan Bom Nuklir di Gaza, Palestina Mengadu ke IAEA, Begini Respons Rusia

Hamas jelas membantah pernyataan militer Israel tersebut.

Hamas mengatakan bahwa pihaknya tidak menolak bahan bakar tersebut serta mengatakan rumah sakit berada di bawah wewenang Kementerian Kesehatan Gaza.

Selaras dengan Hamas, Direktur RS Al-Shifa Muhammad Abu Salmiya menolak pernyataan Israel dan menyebutnya sebagai "propaganda".

"Israel ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka tidak membunuh bayi. Mereka ingin menutupi citranya dengan 300 liter bahan bakar, yang hanya bisa bertahan selama 30 menit," kata Abu Salmiya kepada Al Jazeera.

Lebih dari separuh dari 35 rumah sakit di Gaza tidak lagi beroperasi di tengah pemboman Israel dan operasi darat di daerah kantong tersebut, yang diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap komunitas Israel selatan.

Kampanye Israel untuk melenyapkan Hamas telah menewaskan sedikitnya 11.078 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan Gaza.

Pejabat kesehatan belum memperbarui jumlah korban tewas sejak Jumat, dengan alasan runtuhnya layanan dan komunikasi di rumah sakit di daerah kantong tersebut.

(*)