GridHot.ID - Suprio Handono alias SH (31), warga Kabupaten Blitar, Jawa Timur ditangkap atas kasus penghilangan nyawa istrinya sendiri, Fitriani pada Oktober 2021.
Kasus tersebut baru terungkap setelah adanya penemuan kerangka manusia dalam kondisi dicor di lantai kamar rumah di Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Ternyata begini nasib 2 orang anak Fitriani (21) dan Suprio Handono alias SH (30) usai kasus kematian sang ibu jasadnya dicor di dalam kamar terungkap.
Melansir Kompas Tv, warga Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dihebohkan dengan penemuan kerangka manusia yang belakangan diketahui identitasnya adalah Fitriani (21).
Fitriani merupakan ibu muda asal Sulawesi Tenggara yang menikah dengan Supriono Handono alias SH (31), warga Blitar. Kerangka Fitriani ditemukan pada Selasa (21/11/2023) ketika seorang warga bernama Sugeng Riyadi (46) merenovasi rumah yang baru dibelinya dua bulan lalu.
Berdasarkan hasil penyelidikan, Fitriani rupanya merupakan korban pembunuhan oleh suaminya sendiri. Peristiwa pembunuhan tersebut terjadi pada Oktober 2021.
Dengan demikian, dua tahun sudah jasad Fitriani terkubur di bawah cor-coran di rumah tersebut. Lantas, mengapa keluarga dan warga tak curiga dengan menghilangnya ibu muda tersebut?
Kakak ipar Handono, Subagyo (53) membenarkan bahwa warga tak curiga dengan menghilangnya Fitriani selama dua tahun terakhir. Sebab, rumah tangga Fitriani dan Handono memang dikabarkan retak.
Subagyo mengatakan bahwa Fitriani dikabarkan memiliki pria idaman lain. Handono sendiri juga telah menyerahkan istrinya kepada pria lain.
“Handono menyikapinya dengan memutuskan berpisah dengan Fitriani dan menyerahkan istrinya itu kepada pria lain itu. Bahkan waktu penyerahan itu saya ikut menyaksikan,” kata Subagyo, Jumat (24/11/2023).
Warga lantas menyangka Fitriani sudah tinggal bersama pria lain usai Handono menyerahkan istrinya kepada pria lain. Hanya saja, satu pekan setelah “penyerahan” tersebut, Fitri terlihat pulang ke rumah Handono untuk menemui kedua anaknya.
Namun, sejak saat itu, ia tak lagi terlihat hingga beberapa waktu kemudian.
“Istri saya, kakak kandung SH, pernah menanyakan keberadaan Fitriani setelah lama tidak terlihat. Tapi dijawab SH bahwa Fitriani keluar kota lah, ke Surabaya lah,” tuturnya.
Sebelumnya, Kasi Humas Polres Blitar Kota Iptu Samsul Anwar mengatakan bahwa polisi telah menemukan keluarga Fitriani di Kecamatan Konda, Konawe Selatan.
Menurut keterangan dari keluarga, Fitriani memang sudah lama tidak pulang kampung dan terakhir berkabar dua tahun yang lalu.
"Menurut pihak keluarga yang diwakili kakak kandung Fitriani, terakhir keluarga di Sulawesi berkomunikasi melalui telepon sekitar dua tahun lalu,” ujarnya, Kamis (23/11/2023).
Selama dua tahun itulah, kabar Fitriani tidak diketahui. Hingga jasadnya ditemukan tinggal tulang belulang di rumah Handono.
Dilansir dari Sripoku.com, begini nasib 2 orang anak Fitriani (21) dan Suprio Handono alias SH (30) usai kasus kematian sang ibu jasadnya dicor di dalam kamar terungkap.
Seperti diketahui kasus temuan kerangka manusia dicor di dalam kamar di Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar menyita perhatian publik.
Kerangka manusia yang dicor itu adalah Fitriani yang dibunuh suaminya, Suprio Handono dua tahun silam.
Fitriani dan Suprio Handono memiliki dua anak laki-laki berusia 7 tahun dan 4 tahun.
Kini kedua anak laki-laki Fitiriani dan SH menjadi sorotan publik, usai ibu meninggal dan ayah dipenjara.
Lantas, di mana keberadaan keduanya dan siapa yang mengasuh dan menjaganya? berikut ulasan selengkapnya.
Ternyata setelah kejadian itu, 2 orang anak mereka tinggal bersama kakak tertua Suprio Handono, Arif Indarsah (48).
Rumah Arif berada di samping rumah Suprio tempat jasad Fitriani dikuburkan.
Selama dua tahun, dua anak ini tak mengetahui kalau sang ibu telah tewas di tangan ayahnya.
Mereka hanya tahu kalau sang ibu pergi ke luar kota.
Sebelum kasus pembunuhan itu terjadi, dua tahun silam dan baru terungkap setelah rumah tempat mengubur dan mengecor jasad Fitriani itu dijual dan direnovasi.
Hal ini diakui Subagyo, suami Arif Indarsah.
Diakui Subagyo, selama ini pihaknya hanya tahu Fitriani ke luar kota setelah diserahkan ke pria idaman lain pada Oktober 2021.
Subagyo bercerita, awalnya keluarga SH dan Fitriani baik-baik saja. Sejak pulang ke Blitar, SH dan Fitriani tinggal di rumah milik orang tua.
Sebelumnya, ketika masih bujangan, SH merantau ke Sulawesi Tenggara. Setelah beberapa tahun merantau, SH baru pulang ke Blitar sekitar 2016.
Ketika pulang ke Blitar, SH sudah membawa istri (Fitriani) dan anak laki-laki pertama yang masih bayi belum bisa jalan. Sekarang anak laki-laki pertamanya usia 7 tahun.
Beberapa tahun di rumah, SH dan Fitriani kembali dikarunia anak kedua laki-laki. Sekarang anak keduanya berusia 4 tahun.
"Waktu pulang ke Blitar, orang tua perempuan (SH) masih hidup. Kalau orang tua laki-laki sudah lama meninggal. SH disuruh pulang sekalian untuk merawat orang tua perempuan," ujar Subagyo.
Setelah kembali ke Blitar, SH bertani sambil membuka usaha untuk hidup. SH bersama istri pernah membuka usaha produksi tempe, namun tidak bertahan lama. Terakhir, ia memelihara ayam.
Menurut Subagyo, hubungan keluarga SH dan Fitriani mulai kurang harmonis sejak mereka membuka kafe di Desa Sidorejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar sekitar dua tahun lalu.
Istri SH, Fitriani (korban) dikabarkan punya pria idaman lain (PIL) setelah mereka membuka kafe.
Soal itu (korban punya PIL), Subagyo tidak membantah. Karena Subagyo pernah ikut menjadi saksi ketika SH menyerahkan istrinya, Fitriani kepada pria lain asal Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.
Hal ini beralasan karena sebelum pembunuhan , Suprio sudah menyerahkan Fitriani ke selingkuhan atau pria idaman lain warga Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri pada Oktober 2021.
Hal ini disaksikan oleh keluarga dekatnya, termasuk kakak iparnya, Subagyo.
Namun, seminggu setelah diserahkan ke selingkuhannya, Fitriani justru pulang ke rumah.
Saat itu lah petaka itu muncul.
Ketika bertemu lagi di rumah, Handono dan korban terlibat cek-cok mulut.
Di tengah-tengah cek-cok itu Handono memukul kepala korban menggunakan kayu.
Seketika korban terjatuh di lantai. Handono mengangkat tubuh korban ke kamar agar tidak ketahuan anak-anaknya.
Handono juga menutup pintu depan dan belakang rumah sambil melihat situasi di sekitar rumah.
Selanjutnya, Handono melepas baju istrinya yang sudah meninggal dunia. Handono juga membersihkan darah di tubuh istrinya dan kemudian membungkusnya menggunakan selimut.
"Setelah itu, pelaku menggali lubang dengan kedalaman sekitar satu meter di kamar untuk mengubur korban," ujar Kapolres Blitar Kota, AKBP Danang Setiyo PS.
Handono menggali lubang untuk mengubur korban mulai siang sekitar pukul 12.00 WIB sampai menjelang Magrib.
Setelah Magrib, Handono baru memasukkan jasad korban ke lubang di kamar rumah.
"Korban dimasukkan ke lubang dengan posisi duduk, lalu diuruk dan pintu dikunci," katanya.
Setahun kemudian, Handono baru mengecor bagian atas galian untuk mengubur jasad korban.
"Pengakuan pelaku, pelaku baru mengecor bagian atas galian untuk mengubur korban setahun kemudian setelah kejadian (pembunuhan)," ujarnya.
Dalam kasus itu, polisi mengamankan barang bukti perhiasan berupa anting milik korban, kaus bewarna putih, sebatang kayu panjang 5 cm, bongkahan batu untuk mengecor lubang dan selimut.
"Kami menjerat pelaku pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara," katanya.(*)