'Aku Haus Darah', Terungkap Detik-detik Menegangkan Anak di Musi Rawas Ngamuk hingga Nekat Habisi Nyawa Ayah dan Ibunya

Sabtu, 06 Januari 2024 | 19:13
kolase tribun network

warga Desa Kebur Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut (TPK) Kabupaten Musi Rawas dibuat geger dengan dua warganya yang ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya pada Jumat (05/01/2024) pagi

GridHot.ID - Pasangan suami istri di Musi Rawas, Sumatera Selatan, ditemukan tewas pada Jumat (5/1/2024).

Identitas korban diketahui bernama Bastiyar dan Say.

Adapun pelaku penghilangan nyawa pasutri tersebut adalah putra mereka yang bernama Asep.

Melansir Sripoku.com, Polres Musi Rawas (Mura) Polda Sumsel, mengungkap kronologi kejadian anak yang membunuh orang tuanya sendiri.

Sebelumnya, warga Desa Kebur Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut (TPK) Kabupaten Musi Rawas dibuat geger dengan dua warganya yang ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya pada Jumat (05/01/2024) pagi.

Korban diketahui Abastiar (70) dan Sainona (60) yang merupakan pasangan suami istri.

Sementara itu, pelaku pembunuhan diketahui anak kandungnya sendiri yakni Asep (29), yang diduga mengalami gangguan jiwa.

Kapolres Musi Rawas, AKBP Andi Supriadi melalui Kasi Humas, AKP Herdiansyah membenarkan kejadian tersebut.

Peristiwa tersebut terjadi pada Jumat (05/02/2024) sekira pukul 12.00 Wib.

Dijelaskan Kasi Humas, berdasarkan keterangan saksi Evi (47) warga yang sama mengatakan, sekira 11.30 Wib, saksi datang ke rumah korban untuk menjemput anaknya yang dititipkan saksi di rumah korban.

Saksi pun sempat bertemu dengan korban Sainona yang kemudian menyampaikan bahwa pelaku sedang kambuh atau mengamuk sehingga meminta saksi untuk membujuknya.

Baca Juga: Terungkap Jejak Kalung Tuti di TKP Kasus Subang, Sosok Purnawirawan Polisi Jadi Saksi Baru, Bakal Beratkan Para Tersangka?

Kemudian, saksi pun berusaha membujuk pelaku yang berada di dapur.

Saat bertemu, pelaku sempat menarik tangan saksi dan mengatakan 'sini nga tu, nga mati sekali ini, aku haus darah' (kesini kamu, sekali ini kamu mati, aku haus darah).

Tak lama, saksi pun pergi meninggalkan pelaku dan mengatakan kepada korban Sainona bahwa ia tidak sanggup membujuk pelaku.

Korban Sainona pun lantas meminta saksi untuk memanggil Hatop untuk membujuk pelaku.

"Sebelum kejadian, korban Sainona ada di bawah rumah, sedangkan korban Abastiar sedang menyadap karet di kebun," ucap Kasi Humas.

Sekira pukul 12.00 Wib, korban Abastiar pulang dari kebun dan saksi menyampaikan kepada korban agar jangan dulu ke rumah, tapi korban Abastiar tidak mendengar dan langsung naik ke rumah.

Saat korban Abastiar naik tangga rumah, terdengar sempat mengatakan 'dem Sep, dem Sep' (sudah sep, sudah sep).

Saksi dan korban Sainona pun kemudian mendengar suara pukulan di rumah bagian atas dan saksi tidak melihat korban Sainona naik ke rumah korban.

"Lalu saksi melihat darah menetes dari atas rumah dan saksi memanggil warga lain. Saksi tidak sempat melihat korban di TKP," kata Kasi Humas.

Kemudian, berdasarkan keterangan Kepala Dusun (Kadus) 1 Desa Kebur, Indra (47) mengaku, saat tiba di rumah korban, dia melihat pelaku keluar dari rumah sambil memegang parang.

"Saksi minta pelaku untuk membuang parang yang dipegang pelaku sebanyak 2 bilah parang. Lalu saksi menemani pelaku duduk di kursi teras rumah untuk menenangkan amarah pelaku," jelas Kasi Humas.

Baca Juga: Titik Akhir Perjalanan Kasus Mayat Mahasiswi Ubaya Dalam Koper, Guru Musik Divonis 20 Tahun Penjara, Begini Respons Terdakwa

Selanjutnya, saksi Indra melihat kedua korban yang sudah terkapar di ruang tengah rumah dalam kondisi luka parah dan telah tewas.

"Kepala Desa (Kades) Kebur, Umar Hasan, kemudian mengajak pelaku untuk turun dari rumah korban dan duduk di teras rumah Kades," ungkap Kasi Humas.

Berdasarkan keterangan Kades Kebur, Umar Hasan mengaku, bahwa pelaku mulai alami gangguan jiwa sejak tamat SMA dan dikabarkan sudah sering melakukan pengobatan di Rumah Sakit Jiwa di Palembang.

"Penyakit gangguan jiwa pelaku sering kambuh," imbuh Kasi Humas.

Sekira pukul 13.25 Wib, Personil Polsek Muara Beliti berhasil mengamankan pelaku yang kemudian dibawa ke Polres Musi Rawas. Sementara itu, jenazah korban dibawa ke RSUD Muara Beliti guna dilakukan visum.

Akibat kejadian tersebut, korban meninggal dunia di TKP akibat mengalami luka di sekujur tubuh. Korban Abastiar, mengalami luka tombak di kepala kanan, luka bacok lutut kanan, luka bacok lengan kanan, dan luka bacok tangan kanan.

Sementara itu, korban Sainona mengalami luka bacok pada wajah, luka Bacok pada siku kiri dan luka bacok pada leher.

"Untuk barang bukti yang diamankan yakni 1 bilah parang, 1 bilah parang beserta sarung, 1 potong kayu runcing dan potongan rambut korban.

Diberitakan Sripoku.com sebelumnya, pelaku pembunuhan orang tuanya sendiri di Desa Kebur Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut (TPK) Kabupaten Musi Rawas, diketahui memiliki gangguan jiwa.

Hal itupun dibenarkan Sekretaris Desa (Sekdes) Kebur, M Nuh saat dikonfirmasi Sripoku.com, Jumat (05/01/2024) sore.

"Benar itu di desa kami, tepatnya di Dusun 3 Desa Kebur Kecamatan TPK," kata M Nuh saat dikonfirmasi Sripoku.com.

Baca Juga: James Mendadak Ambruk saat Konferensi Pers, Terungkap Riwayat Penyakit Suami yang Mutilasi Istri di Malang, Polisi: Banyak Terguncang

Hanya saja, lanjut M Nuh, dia tak mengetahui secara pasti kronologis kejadian tersebut. Pasalnya, dia hanya mendapat informasi dari warga setelah melaksanakan sholat Jumat.

"Saat itu kami sedang melaksanakan salat Jumat, setelah selesai, kami dapat informasi dari warga adanya kejadian tersebut. Jadi setelah kami salat Jumat itu setelah kejadian. Kami balik dari jumatan sudah heboh," ucap M Nuh.

Dijelaskan M Nuh, korban adalah pasangan suami dan istri bernama Bastiyar berusia sekitar 64 tahun, dan istrinya adalah Sainona berusia sekitar 60 tahun.

Sementara pelaku pembunuhnya adalah anak kandungnya sendiri bernama Asep Gusti Randa yang masih berusia 29 tahun.

"Pelaku ini masih bujangan," katanya.

Saat disinggung soal gangguan jiwa yang dialami pelaku, M Nuh membenarkan dan menyebut bahwa pelaku sesekali juga kambuh.

"Sepertinya seperti itu, karena kadang-kadang normal dan kadang-kadang juga kumat. Tapi tidak mengganggu orang," ucapnya.

Kambuhnya pelaku sambung M Nuh, hanya sering berbicara sendiri dan bernyanyi, dan tak pernah menganggu orang.

"Kalau kambuh sering ngomong sendiri, tidak ganggu orang, karena tidak ada laporan warga yang merasa diganggu," ungkapnya.

M Nuh juga mengaku, bahwa pelaku mengalami gangguan setelah tamat SMA. Namun, dia tak mengetahui secara pasti penyebabnya.

"Mungkin dulu depresi berat. Pernah di bawa ke rumah sakit jiwa di Palembang. Tapi sembuh, jadi dibawa balek di urusi oleh keluarganya. Tapi masih rawat jalan, dan sering beli obat," jelasnya.

Baca Juga: Kondisinya Terguncang Pasca Mutilasi Tubuh Istrinya, Suami di Malang Ngaku Dihantui Arwah Korban, Kuasa Hukum: Dia Tidak Bisa Tidur

Lebih lanjut M Nuh menjelaskan, saat ini jenazah kedua korban dibawa ke rumah sakit atau ke Puskesmas untuk di visum. Sedangkan pelaku sudah dibawa ke Polres Musi Rawas.

"Setelah jenazah tiba, mungkin langsung dikebumikan hari ini juga," tutupnya.(*)

Tag

Editor : Desy Kurniasari

Sumber Sripoku.com, Sripoku