Find Us On Social Media :

Sosok Deni Sobali, Teknisi Pesawat Smart Air yang Tewas saat Jatuh di Kaltara, Seminggu Tak Telepon Istri di Pangandaran

Deni Sobali, teknisi Smart Air yang tewas dalam kecelakaan di Kaltara

Gridhot.ID - Inilah sosok Deni Sobali, pria asal Pangandaran, Jawa Barat yang menjadi korban meninggal dalam jatuhnya pesawat Smart Air di Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) pada Jumat (8/3/2024) siang.

Deni Sobali merupakan teknisi atau crew bagian engineer dari pesawat Smart Air.

Sebelum bergabung dengan Smart Air, Deni Sobali sempat bekerja di Susi Air.

Di mata keluarga, pria berusia 35 tahun itu adalah sosok yang baik dan selalu hormat kepada orang tua.

Atang Aripin (52), mertua Deni, mengatakan biasanya menantunya itu pulang ke Bandung setiap satu bulan sekali.

"Sosoknya baik, rencananya mau ke Bandung karena sebulan sekali itu pulang kampung," ujar Atang ditemui Kompas.com di rumah duka di Cijulang Kabupaten Pangandaran, Senin (11/3/2024) siang.

Atang mengatakan, sejak seminggu sebelum kecelakaan, tidak biasanya tak ada kabar yang disampaikan Deni kepada keluarga.

Padahal, biasanya Deni kerap mengabari keluarga soal aktivitasnya.

Adapun Deni meninggalkan seorang istri, Inna Hasanah dan 2 anak yakni Hafizh Kahfi L Azab (10) dan Muhammad Dwicakra Alfatiha (4).

"Dia biasanya suka telepon, tapi ini enggak," ujarnya.

Di mata teman-temannya, Deni juga merupakan sosok yang baik dan tak pelit berbagi ilmu.

Baca Juga: Terkuak Nasib Pilot dan Penumpang Pesawat Wings Air yang Ditembaki KKB Papua, Lion Air Group Turun Tangan Lakukan Investigasi

Fikri, salah satu teman almarhum, mengatakan Deni juga menjadi engineer saat bekerja di Susi Air.

Menurut Fikri, Deni merupakan sosok yang baik di mata para pekerja Susi Air lainnya.

"Almarhum (Deni) keluar dari maskapai Susi Air beberapa tahun yang lalu," ujarnya.

Fikri tak ingat kapan Deni masuk sebagai pegawai Susi Air.

"Karena, saya kenalnya sewaktu PKL, lumayan dekat, sering kali banyak memberikan ilmu," kata Fikri.

Fikri mengaku dekat dengan Deni lantaran pekerjaannya kerap terbantu oleh jabatan yang diemban Deni.

"Saya kan bagian logistik, dia engineer. Jadi, kalau butuh sparepart, pasti ke saya," ujarnya.

Sementara CEO Smart Aviation, Pongky Majaya, mengatakan Deni adalah sosok manusia yang sangat strong, friendly dan mudah bergaul.

"Kami, merasa sangat kehilangan. Dia bekerja kurang lebih selama 3 sampai 4 tahun," ujar Pongky kepada sejumlah wartawan di halaman rumah duka di Cijulang Kabupaten Pangandaran, Senin (11/3/2024) siang.

Terkait penyebab awal jatuhnya pesawat miliknya itu, Pongky mengaku tidak ingin mendahului tahapan penyelidikan.

"Tapi, pada saat pesawat itu diterbangkan, sudah dirilis oleh almarhum sendiri (Deni) dan sudah dinyatakan service sable," katanya.

Baca Juga: Peluru KKB Papua Tembus ke Kabin Wings Air, Ini Identitas 1 Prajurit TNI yang Terluka, Kemenhub Minta Tingkatkan Waspada

Menurutnya, pesawat yang jatuh umurnya belum sampai 2 tahun.

Saat itu, kebetulan pesawat membawa 583 kilogram sembako untuk penduduk di daerah Binuang, Nunukan, Kalimantan Utara.

Pada saat itu, cuaca dalam keadaan terpantau baik, tapi pesawat kemudian mendadak kehilangan kontak di ketinggian 9000 fit dengan kecepatan normal.

"Yang menjadi pertanyaan bagi kita, ada gangguan apa yang menyebabkan pilot mendadak hilang kontak di atas tengah hutan," ucap Pongky.

Pongky mengarakan pihkanya saat ini sedang mengupayakan asuransi jiwa untuk korban.

"Selain itu, ketenagakerjaan dan tentunya tunjangan-tunjangan," ujarnya.

Baca Juga: Caper Bos KKB Papua Apen Kobogau, 8 Kali Lepas Tembakan di Bandara Bilorai, Kapolres: Mereka Mau Menunjukkan Eksistensinya

(*)