Find Us On Social Media :

Polisi Kesulitan Bongkar Isi HP Keluarga yang Lompat dari Apartemen Penjaringan, Punya Bisnis Kapal Ikan tapi Ekonomi Berantakan

Lokasi tempat satu keluarga lompat dari atap apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara.

Gridhot.ID - Kasus satu keluarga yang lompat dari lantai 22 sebuah apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara masih diliputi berbagai misteri.

Dikutip Gridhot dari Tribunnews, satu keluarga tersebut terdiri dari empat orang yaitu suami-istri berinisial EA (50) dan AEL (52) anak perempuan, yaitu JL (15) dan anak laki-lakinya JWA (13) tewas setelah melompat dengan tangan terikat.

Berdasarkan penyelidikan polisi, keluarga yang lompat dari apartemen di Penjaringan tersebut ternyata dikenal tertutup bahkan kecenderungan introvert.

Keluarga besar bongkar kalau keempat korban tidak berkomunikasi dengan mereka selama dua tahun lamanya.

Bahkan menurut penuturan polisi, keluarga besar sampai tidak tahu lokasi tempat tinggal para korban terakhir tepat sebelum meninggal dunia.

Selain tak berkomunikasi dengan keluarga besar, anak dari keluarga tersebut bahkan tidak sekolah selama satu tahun lamanya.

Kedua anak yang merupakan laki-laki dan perempuan tersebut sama-sama tidak sekolah sebelum meninggal dunia.

Sebelum memutuskan untuk lompat, ibu dari keluarga tersebut masih sempat berdoa di lantai 22 apartemen.

Sementara sang ayah terekam di CCTV hanya menunggu di sampingnya dengan duduk di kursi.

Namun polisi masih kesulitan untuk menemukan motif utama satu keluarga tersebut memilih lompat dari atap apartemen.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara AKBP Hady Siagian menyebut, korban sekeluarga bunuh diri di Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara sempat memiliki bisnis kapal ikan.

Baca Juga: Langsung Diminta Tutup Toko, Ini Kesaksian Tukang Cuci di Apartemen Teluk Intan Saat 1 Keluarga Lompat Bareng dari Lantai 22: Seperti Galon Jatuh

"Dulu yang bersangkutan punya kapal ikan, saya kurang paham pemilik atau apanya," ujar Hady di Polres Jakarta Utara, Senin (18/3/2024).

Namun, usaha kapal ikan ini mengalami kebangkrutan saat pandemi Covid-19 melanda.

Sejak saat itulah kondisi ekonomi korban mulai berantakan.

"Tapi pas Covid usahanya ini bangkrut. Di situlah mulai yang bersangkutan ekonominya kacau," sambungnya.

Terkait isu korban terlilit pinjaman online (pinjol), polisi belum bisa menjawab lebih jauh.

Pasalnya, ponsel milik korban rusak karena dibawa ketika melompat sehingga polisi kesulitan untuk mencari data dari ponsel tersebut.

"Itu belum bisa saya jawab. Pinjolnya jenis pinjol apa, orang handhone-nya saja enggak bisa dibuka," terangnya.

Hady mengatakan, yang tersisa hanya bagian sim card ponsel milik korban saja.

Namun, pihak kepolisian masih merahasiakan terkait apa saja yang ditemukan di sim card milik korban karena sampai saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.

"Karena mungkin ini rahasia penyelidikan. Kalau saya buka di sini nanti para pelaku ini jadi tahu," tutup Hady.

(*)