Gridhot.ID - Masih ingat dengan kasus kematian Dini Sera Afrianti?
Janda anak satu asal Sukabumi itu tewas di tangan kekasihnya, Gregorius Ronald Tannur usai berkaraoke di Blackhole KTV, Lenmarc pada 4 Oktober 2023 lalu.
Kasus ini menjadi perhatian publik, apalagi Gregorius Ronald Tannur merupakan anak eks anggota DPR RI Fraksi PKB Edward Tannur.
Terbaru, Tannur diketahui telah menjalani sidang perdana untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Melansir dari Kompas.com, sidang perdana kasus pembunuhan Dini Sera digelar di Pengadilan Negeri Surabaya, Selasa (19/3/2024).
Dalam persidangan, jaksa penuntut umum (JPU) M Darwis membacakan dakwaan kepada terdakwa yang hadir secara online dari Rutan Medaeng.
Jaksa menyebut terdakwa dijerat dengan pasal berlapis yakni, pasal 338 KUHP atau kedua Pasal 351 ayat (3) KUHP atau ketiga Pasal 359 KUHP dan 351 ayat (1) KUHP.
"Perbuatan terdakwa tersebut di atas, diatur dan diancam pidana sesuai ketentuan Pasal 338 KUHP," ujar Darwis saat membacakan dakwaan.
Pasal 338 KUHP merupakan pasal tentang pembunuhan. Ancaman pidananya maksimal adalah 15 tahun penjara.
Atas dakwaan JPU, terdakwa maupun pengacaranya menyatakan keberatan.
Meski demikian, mereka tidak mengajukan eksepsi atas dakwaan.
"Kami keberatan, tapi tidak mengajukan eksepsi," ujar kuasa hukum Tannur, Lisa Rahmat.
Usai sidang, Lisa enggan menjelaskan keberatan yang disampaikan.
Dia meminta wartawan agar mengikuti proses sidang selanjutnya.
"Diikuti saja proses persidangannya," ujarnya.
Adapun Tannur dalam dakwaan JPU disebut melakukan tindak pidana kekerasan terhadap korban yang merupakan kekasihnya, Dini Sera hingga meninggal.
Dalam dakwaan dijelaskan, awal kekerasan terjadi saat keduanya menghadiri undangan pesta minuman keras di tempat karaoke Black Hole, Surabaya.
Di tempat karaoke itu, keduanya sempat cekcok saat berada di dalam lift.
Di tempat itu pula, awal kekerasan terjadi.
Dalam dakwaan disebutkan bahwa Dini menampar terdakwa Tannur.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Tannur terhadap korban Dini.
Tannur disebut memukul korban dengan menggunakan botol minuman keras.
"Atas kejadian itu, terdakwa sempat melakukan pengecekan CCTV untuk mengetahui siapa yang memukul lebih dulu. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil karena manajemen mall sudah tutup," ujar JPU.
Usai berupaya mengecek CCTV, terdakwa kembali menuju basement parkiran mobil.
Di tempat itu, terdakwa melihat korban duduk di pinggir mobil sebelah kiri pintu penumpang depan.
Pada saat yang sama, terdakwa lalu bertanya pada korban apakah ia akan ikut pulang.
Namun, karena tak juga dijawab, terdakwa lalu memacu mobilnya dengan membelokkan ke sebelah kanan.
Akibatnya, tubuh korban yang sempat jatuh mengikuti arah gerakan mobil pun terlindas oleh mobil terdakwa.
Merasakan sesuatu pada mobilnya, terdakwa sempat berhenti dan turun dari mobil.
Namun, karena di belakang mobilnya ada mobil lain yang hendak lewat, ia meminggirkan mobilnya kembali.
Pada saat yang sama, korban sudah dalam posisi tergeletak tidak berdaya.
Beberapa security yang mengetahui kejadian itu lalu meminta terdakwa untuk membawa korban pergi.
Meski awalnya terdakwa mengaku tidak kenal dengan korban, ia lantas menaikkan korban ke atas mobil dan meletakkannya di baris belakang mobilnya.
Korban lalu dibawa ke apartemennya. Di tempat ini lah, korban diketahui sudah tidak bernapas.
"Korban sempat dibawa ke Rumah Sakit National Hospital. Bahwa setelah berada di lobby UGD Rumah Sakit National Hospital dicek oleh saksi dokter, korban dinyatakan meninggal dunia," jelas JPU.
(*)