Find Us On Social Media :

Viral Wanita Ngawi Meninggal Dunia usai Cabut Gigi Bungsu, Nasib Dokter Klinik yang Menangani Jadi Sorotan, Begini Kata Dinkes

Davin Ahmad Sofyan menunjukkan foto rontgen gigi bungsu milik istri tercintanya (kiri) - Ilustrasi operasi (kanan)

GridHot.ID - Viral di media sosial kasus wanita asal Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, bernama Nira Pranisa Asih (31) yang meninggal dunia usai cabut gigi bungsu.

Nira Pranita Asih diketahui melakukan pencabutan gigi bungsu pada 28 Desember 2023. Ia meninggal dunia empat bulan kemudian atau tepatnya pada 27 April 2024.

Usai Nira meninggal dunia, nasib dokter klinik yang menangani pencabutan gigi tersebut langsung menjadi sorotan.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ngawi tanpaknya akan memerikasa dokter klinik tersebut.

Meski begitu, pihak Dinkes Kabupaten Ngawi belum bisa memastikan adanya dugaan malapraktik dalam kasus tersebut.

Melansir Kompas.com, Kepala Dinkes Kabupaten Ngawi Yudhono mengatakan, secara kronologi pihaknya masih membutuhkan sejumlah informasi mengenai pasien yang ditangani oleh dokter gigi tersebut.

"Itu belum lengkap sehingga kami belum bisa menyampaikan secara detail," kata Yudhono.

"Memang beliau yang awal menangani, tapi untuk yang berikutnya kan ada beberapa dokter yang menangani juga," lanjutnya.

"Dokter umum termasuk dokter yang menangani di RS dr Oen. Di sana dirawat sekian lama itu nanti kita harus mendapatkan informasi yang lengkap," tambahnya.

Yudhono menambahkan, pihaknya masih akan mengumpulkan informasi lebih lengkap terkait proses penanganan pasien cabut gigi yang ramai di media sosial itu.

"Harus lengkap, harus kita kumpulkan secara detail supaya masyarakat tidak sepotong-sepotong menerima informasi," ucapnya.

Baca Juga: Viral Bidan di Prabumulih Diduga Malapraktik, Pasien Berobat Magh Malah Ginjal Bengkak Lalu Tewas, Ini Pengakuannya soal Suntikan

Di sisi lain, melansir Surya.co.id, suami Nira yang bernama Davin Ahmad Sofyan (28) mengaku akan menuntut keadilan atas kematian istrinya.

Davin mengaku akan menempuh jalur hukum karena menduga ada malapraktik.

"Tetap saya akan mencarikan keadilan untuk istri saya. Dia harus merasakan bagaimana pedihnya saya kehilangan istri saya. Saya akan maju ke ranah hukum sendiri," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Rabu (8/5/2024).

Davin mengaku sempat meminta penjelasan dari dokter yang menangani pencabutan gigi istrinya.

Dokter tersebut menyatakan telah bekerja sesuai SOP dan tidak ingin bertanggung jawab.

"Dokter gigi tersebut menyatakan bahwa kalau dia telah melakukan sesuai SOP-nya. Dia tidak ingin bertanggung jawab atas segala apa yang terjadi atas istri saya," jelas Davin.

Kronologi Kasus

Sebelumnya, Davin Ahmad Sofyan bercerita, istrinya meninggal dunia usai cabut gigi bungsu.

Awalnya, Nira memutuskan mencabut gigi bungsunya pada 28 Desember 2023 silam.

Namun, hingga April 2024, Nira tak kunjung sembuh usai mencabut gigi bungsunya.

Baca Juga: Berobat Untuk Diare Malah Berujung Cacat, Begini Kronologi Tangan Pasien di Palembang Alami Pembusukan, Diduga Korban Malapraktik

"Istri saya memutuskan cabut gigi bungsu pada 28 Desember silam. Sebelumnya mengeluh pusing, kami mencoba konsultasi masalah tersebut ke Klinik Gigi Walikukun," ujar Davin, Rabu (8/5/2024).

Pada hari yang sama, kata Davin, mereka mengikuti arahan dari dokter gigi untuk foto rontgen di RS Sarila Husada Sragen. Kemudian, hasilnya langsung dibawa kembali ke klinik tersebut.

"Dari foto rontgen gigi bungsu miring kiri dan terletak paling belakang. Sehingga keputusan dokter cabut gigi bungsu, kami ikuti rekomendasinya. Setelah gigi dicabut, dokter gigi bilang bahwa klinik libur sampai 3 Januari," tutur Davin.

Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, lanjut Davin, istrinya lalu periksa ke RS Sarila Husada Sragen pascacabut gigi bungsu.

Seiring berjalannya waktu, Nira justru mengalami pembengkakan di bagian gigi belakang.

"Kami lantas konsultasi ke RS Panti Waluyo Solo. Kami periksa selain bengkak, indikasi terjadi radang tenggorokan. Setelah itu rawat jalan, kami tinggal sementara di Solo pada 31 Desember," papar Davin.

Selama rawat jalan, Davin melihat tidak ada perkembangan yang dirasakan oleh Nira.

Hingga pada akhirnya, Nira dibawa ke RS JIH Solo pada 1 Januari 2024.

"Hasilnya sama, ada indikasi radang tenggorokan. Diberi vitamin untuk meringankan dan rawat jalan. Jadi fokus minum obat RS JIH Solo," kata Davin

Menurut Davin, obat dari RS JIH Solo menunjukkan perkembangan positif. Kondisi Nira pun tampak membaik. Nira lantas diperbolehkan pulang ke Ngawi pada tanggal 1 Januari 2024.

Namun pada tanggal 3 Januari 2024, Nira kembali menjalani pemeriksaan ke dokter karena kondisinya memburuk

Baca Juga: Kain Kasa Tertinggal dan Luka Bekas Caesarnya Menganga, Ibu di Cianjur Diduga Korban Malapraktik Ini Malah Dimarahi Perawat, Ada Korban Lain?

"Bengkak sudah membaik, tapi turun di bagian leher, sakit tidak bisa ngomong. Tanggal 3 Januari, kembali periksa ke dokter dan mengatakan infeksi," terang Davin.

"Akhirnya opname. Dikasih antibiotik tidak mempan. Akhirnya kami bawa ke Klinik Jogorogo. Bengkak hilang muncul sesak nafas. Terus dirujuk ke RS Dr Oen Solo, infeksi menjalar ke pernafasan," bebernya.

Ayah satu anak tersebut juga menceritakan, Nira memakai alat bantu pernafasan tanggal 4 Januari 2024.

Ia menyebut kondisi istrinya semakin parah, bahkan istrinya harus menjalani operasi untuk menghilangkan nanah.

"Infeksi leher sudah parah. Akhirnya operasi leher menghilangkan nanah-nanah yang timbul dari infeksi saluran pernafasan paru-paru," beber Davin.

"Rongga paru mengeluarkan cairan nanah. Operasi WSD mengeluarkan cairan. Rongga paru dikasih selang, bolong hingga rongga paru kiri kanan," sambungnya.

Davin menunggu hasil operasi seminggu. Setelah operasi dan selang dilepas, Nira masih sesak nafas, bahkan rongga paru terus menghasilkan nanah.

"Divonis operasi thorax awal Februari 2024, pembedahan selaput paru-paru bagian kanan, padahal yang infeksi kiri kanan. Setelah operasi dirawat di ICU, 2 minggu melepas ventilator," ujarnya.

"Istri tidak bisa bernafas, kemudian dilakukan operasi bagian leher dilubangi atau trakeostomi, nafas lewat jalur leher. Setelah operasi, dipindahkan dari ICU," papar Davin.

Beberapa hari kemudian, dokter membolehkan istrinya pulang ke rumah, dengan catatan punya alat pernafasan bantuan, kasur medis, dan oksigen.

"Pada saat puasa kemarin, sempat lebaran di Ngawi. Dari leher yang dilubangi, tidak bisa ngomong selama 1 bulan. Makan lewat selang, susah berjalan," ungkap Davin.

Baca Juga: Kejanggalan Kematian Nanie Darham Terkuak, Dokter Anestesi Ternyata Pasien Stroke, Ada Formulir Tanpa Persetujuan Keluarga

Kondisi membaik itu tidak bertahan lama, pada tanggal 20 April 2024, Nira mengalami penurunan drastis dan kembali dibawa ke RS Dr Oen Solo.

"Berat badan menurun jadi 27 kilogram. Kondisinya drop, kemudian meninggal saat dilakukan pertolongan pada 27 April 2024," katanya.

Davin yang merasa dirugikan, membawa persoalannya ke meja hijau.

Selain merugi waktu, ia juga menghabiskan biaya berobat sebesar Rp500 juta

"Karena selama saya cari, tidak ada respons yang ditunjukkan oleh dokter gigi yang merekomendasikan cabut gigi. Tidak ada niatan menengok atau menanyakan kondisi istri saya," pungkas Davin. (*)