Find Us On Social Media :

Statusnya Masuk Level 2, Ramai Ribuan Pendaki Gagal Injakkan Kaki di Puncak Gunung Slamet, PVMBG Beri Peringatan Soal Ini

Media sosial tengah diramaikan dengan video 1.000 pendaki yang gagal muncak di Gunung Slamet.

Ketika pengumuman penutupan jalur pendakian, tim dari pos pendakian Bambangan mengirimkan beberapa tim SAR untuk mengimbau supaya aktivitas pendakian dihentikan.

“Kita kirimkan beberapa tim SAR, takutnya ada bahaya ataupun letusan yang terjadi,” ungkap Aryo, Senin (13/5/2024), dikutip dari Kompas.com.

Hal itu dilakukan sebagai tindakan antisipasi lantaran ada peningkatan aktivitas Gunung Slamet pada Minggu (12/4/2024).

Untuk penutupan jalur pendakian, Aryo mengatakan, baik via Bambangan maupun Guci, semuanya masih ditutup.

Ia juga masih menunggu informasi lebih lanjut terkaut pembukaan kembali jalur pendakian Gunung Slamet.

“Mulai Senin (13/5/2024), jalur pendakian via Bambangan sudah kosong untuk aktivitas pendakian dan diimbau untuk turun,” jelas Aryo.

Penjelasan PVMBG

Ketua Tim Pengamatan Gunung Api PVMBG, Heruningtyas Desi Purnamasari mengatakan bahwa Gunung Slamet mengalami kenaikan status dari level I (normal) ke level siaga sejak Oktober 2023.

Selain itu, dalam kondisi level 2, gunung tersebut mengalami peningkatan aktivitas yang cukup intens pada periode 1-15 April 2024 dengan gempa embusan sebanyak 197 kali.

Lalu pada 16-30 April 2024, intensitas gempa embusan meningkat sebanyak 701 kali dan terus meningkat menjadi 902 kali pada 1-9 Mei 2024.

“Tidak hanya gempa embusan saja, namun amplitudo dari gempa tremor menerus Gunung Slamet juga terus meningkat dari 0,5 hingga 3 milimeter pada periode 1-9 Mei 2024,” ujar Tyas saat dihubungi, Senin (13/5/2024).

Baca Juga: Kronologi Pembunuhan di Gunung Katu Malang, Korban sempat Rayu Pelaku Berhubungan Badan Sesama Jenis sebelum Dibacok 17 Kali

Kemudian pada 10-11 Mei 2024, amplitudo dari gempa tremor menerus Gunung Slamet bahkan mencapai 7 milimiter.

Karena itu, pada Jumat (10/5/2024), Badan Geologi mengeluarkan siaran pers mengenai peningkatan aktivitas kegempaan gunung tersebut.

Karena adanya peningkatan aktivitas tersebut, Badan Geologi akhirnya mengeluarkan rekomendasi untuk menutup jalur pendakian.

Tyas menjelaskan bahwa gempa embusan merupakan tanda adanya material gunung berapi menuju ke permukaan yang secara visual berbentuk asap.

“Hal ini harus diwaspadai karena gempa embusan merupakan salah satu tanda erupsi di gunung api,” ucap Tyas.

Peningkatan gempa embusan yang berujung letusan gunung api pernah terjadi di Gunung Tangkuban Parahu pada 2019.

Untuk gempa tremor menerus, hal tersebut merupakan tanda adanya pergerakan fluida yang menuju ke permukaan.(*)