Laporan wartawan GridHot.ID, Dewi Lusmawati
GridHot.ID -Pulau Sentinel, mendadak ramai diperbincangkan berbagai media lantaran dikenal sebagai pulau yang terisolasi selama ribuan tahun.
Nama Pulau Sentinel mulai menjadi perbincangan publik sejak adanya kabar duka sekaligus mengejutkan datang dari seorang turis Amerika bernama John Chau.
Tak hanya misterius, tak jauh dari pulau Sentinel diduga jadi tempat jatuhnya pesawat paling dicari di dunia, yakni pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang pada 2014 lalu.
Baca Juga : Trauma Karena Pernah Diculik Orang Asing, Inilah 7 Fakta Suku Sentinel yang Hampir Punah
Dilansir dari Tribun Timur, misionaris John Chau meninggal dunia setelah dirinya dikabarkan menginjakkan kaki di Pulau Sentinel Utara, Kepulauan Andaman.
John Chau tewas karena dipanah oleh Suku Sentinel yang juga disebut-sebut menjadi salah satu suku paling berbahaya di dunia.
Secara geografis, ternyata letak Pulau Sentinel sangat dekat dengan Indonesia.
Pulau Sentinel Utara masuk ke dalam gugusan Kepulauan Andaman di Teluk Benggala dekat dengan Indira Point karena berada di gugusan yang sama.
Baca Juga : Disebut Pulau Paling Berbahaya di Dunia, Inilah 5 Fakta Pulau Sentinel yang Letaknya Tak Jauh dari Indonesia
Jika dilihat di peta, titik Indira atau Indira Point ini bersebelahan dan tidak jauh dari Sabang yang merupakan pulau terluar Indonesia.
Pada tanggal 8 Maret 2014, pesawat MH370 menghilang setelah dua jam sebelumnya lepas landas dari bandara Kuala Lumpur.
239 Orang penumpangnya sampai saat ini belum diketahui pasti bagaimana nasibnya.
Sejatinya MH370 saat itu hendak menuju Beijing.
Baca Juga : Cerita Haru di Balik Foto Ulang Tahun Gisella Anastasia yang Diunggah Gading Marten Sebelum Digugat Cerai
Tapi lepas dari Penang, pesawat malah membelok ke arah Barat Daya.
Setelah itu pesawat hilang kontak dengan menara ATC.
Dikutip GridHot.ID dari Tribunnews, pada Maret 2014 lalu, Seorang warga Malaysia mengaku sempat melihat pesawat Boeing 777-200 (MH370) milik Malaysia Airlines berputar-putar sebelum hilang kontak pada Sabtu 8 Maret 2014 dinihari.
Warga tersebut mengaku melihat pesawat berada di dekat Laut Andaman atau dekat perbatasan Thailand dan Malaysia tempat Pulau Sentinel berada.
Baca Juga : Ternyata Mayoritas Kelompok Pembunuh Jamal Khashoggi Adalah Anggota Militer Arab Saudi
Atas informasi tersebut, Angkatan Laut Thailand kemudian mengubah fokus pencarian dengan menjauhi Teluk Thailand dan Laut China Selatan, kata Karn Dee-ubon, Laksamana Muda AL Thailand.
Sementara itu dua petunjuk baru muncul dalam pencarian pesawat Malaysia yang hilang kontak saat bertolak dari Kuala Lumpur, Malaysia ke Beijing, China.
Tim pencarian dari Angkatan Laut Vietnam mendeteksi sebuah benda mengambang di sekitar 80 kilometer barat daya Kepulauan Thou Chu, Vietnam.
Hal itu disampaikan Juru bicara Komite SAR Vietnam, Hung Nguyen sebagaimana dikutip dari CNN.
Baca Juga : Ternyata Mayoritas Kelompok Pembunuh Jamal Khashoggi Adalah Anggota Militer Arab Saudi
Benda tersebut terdeteksi oleh pesawat SAR AL Vietnam pada Minggu (9/3/2013) pukul 6.30 sore waktu setempat.
Karena kondisinya gelap, pesawat AL tak mampu mendekati lokasi untuk mengidentifikasi benda tersebut, dan pesawat ditarik kembali ke induk.
Lalu tim menerjunkan tiga kapal pencarian untuk menjangkau lokasi benda tersebut.
Dua tahun berselang, tepatnya pada 2016, Pemerintah Malaysia akhirnya mengonfirmasi polemik terkait simulator di kediaman pilot pesawat MH370 Zaharie Ahmad Shah.
Baca Juga : Vicky Prasetyo Kesal Karena Selalu Dianggap Buruk di Mata Angel Lelga
Dikutip dari Kompas.com, dalam berita yang dilansir Associated Press, Jumat (5/8/2016), disebutkan, Pemerintah Malaysia mengakui Zaharie memang berlatih terbang ke selatan Samudera Hindia, dengan piranti simulator tersebut.
Bagian selatan Samudera Hindia belakangan diduga kuat menjadi lokasi jatuhnya pesawat yang seharusnya terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing.
Dugaan ini menyusul ditemukannya pecahan pesawat milik Malaysia Airlines di sana.
Pernyataan Pemerintah Malaysia ini merupakan perkembangan dalam rangkaian penyelidikan hilangnya pesawat yang membawa 239 penumpang dan kru pada Maret 2014 silam.
Baca Juga : Menangis, Ayu Ting Ting Ingin Pindah Keluar Negeri Gara-gara Sering Dihujat
Pada Selasa (31/7/2018) Tim pencarian dan investigasi menjelaskan perihal nasib MH370 kepada keluarga korban.
Namun sayang, meski telah menunggu selama bertahun-tahun misteri keberadaan pesawat Malaysia Airlines MH370 tak juga menemukan sebuah kesimpulan yang pasti.
Hal ini dianggap sangat mengecewakan bagi para keluarga korban.
"Setelah empat tahun menghabiskan penggalian setiap detail yang tersedia tentang saat-saat terakhir penerbangan di Beijing, para penyelidik di Malaysia menetapkan bahwa hilangnya pesawat itu bukan disebabkan oleh kerusakan mekanis atau komputer," tulis alporan pemerintah seperti dikutip dari Washington Post pada Selasa (31/7/2018).
Beberapa orang penyidik menyimpulkan ada orang yang bertanggung jawab di pesawat yang dibelokkan keluar jalur.
Baca Juga : Melly Goeslaw: Rossa Lamaran
Investigasi Malaysia mengatakan bahwa seseorang mengendalikan pesawat itu setidaknya beberapa saat setelah selamat tinggal Zaharie.
Peneliti Malaysia mengatakan mereka tidak memiliki cara untuk menentukan siapa orang itu - terutama karena pesawat dan sebagian besar rongsokannya belum ditemukan.
Pelakunya bisa menjadi pilot atau co-pilot ataupun satu dari 237 penumpang yang berhasil masuk ke kokpit dan merebut kendali pesawat.
"Kami tidak berpendapat itu bisa dilakukan oleh para pilot," kata Kok Soo Chon, kepala tim penyelidikan keselamatan MH370.
Hilangnya MH370 menyebabkan kehebohan internasional.
Baca Juga : Gadis Remaja Berusia 15 Tahun Tewas Dianiaya Suaminya Sendiri, Dampak Pernikahan Dini?
Total sebanyak 26 negara ikut mencari MH370 di lepas pantai Vietnam.
Satu-satunya petunjuk hanya serpihan sayap pesawat yang ditemukan tersapu ombak di Pulau Reunion, di Samudra Hindia, tepatnya 450 km dari Madagaskar, Afrika.(*)