Dapat dibayangkan bagaimana berjalan tanpa alas kaki di medan seperti itu.
“Awalnya kami ingin ke Puncak Kabo. Namun setelah kira-kira 2 jam berjalan kaki, KKB ini meminta berhenti dan mengikat kami semua. Katanya mereka menunggu bos kami Jonny Arung (korban yang saat ini belum ditemukan-red). Jonny adalah bos kami di lapangan. Dia juga bagian Humas di PT Istaka Karya,” kisah Jimmy.
“Saat itu teman kami Emmanuel BN Bano bersama Efrandi P Hutagaol (keduanya telah ditemukan meninggal-red), mencoba untuk menghubungi bos. Namun tak ada jawaban,” ungkap Jimmy.
Akan tetapi saat itu, lanjut Jimmy, seorang pendeta dan dua orang anggota masyarakat yang bersama-sama dengan Jonny Arung ke lokasi upacara adat bakar batu datang menemui para kelompok KKB dan meminta agar melepaskan seluruh karyawan PT Istaka Karya.
“Saat itu mereka enggan melepaskan kami dan meminta kepada pendeta dan dua orang anggota masyarakat agar bos datang. Kalau datang kami lepaskan mereka. Lalu pendeta bersama masyarakat itu pergi meninggalkan kami,” ungkapnya.
Setelah 2 jam menunggu, ungkap Jimmy, ikatan yang melilit tangan mereka dilepaskan dan kemudian mereka disekap di salah satu kamp yang berada di Karunggame.
“Jadi tempat pemberhentian kami di Karunggame, di sana ada juga kamp. Di sanalah kami disekap pada malam hari tanpa baju dengan kondisi cuaca sangat dingin. Lalu dibangunkan pada pagi hari sekitar jam 06.00 WIT,” katanya.
Pada pagi hari itu juga, lanjut Jimmy, pihaknya kembali berjalan menuju Puncak Kabo, sambil berdoa agar Tuhan memberikan mereka pertolongan.
“Kurang lebih perjalanan kami 2 jam lagi dari Karunggame menuju ke Puncak Kabo. Sampai di Puncak Kabo, kami semua kembali diikat dan di sana lokasi teman-teman dieksekusi di depan mata saya,” tuturnya.
Sebelum dieksekusi di Puncak Kabo, seluruh karyawan yang disekap disiksa dan diminta mengaku sebagai anggota TNI.