Gading yang ditemukan kemungkinan milik Stegodon dewasa ya g bahkan sudah sangat tua.
Hal itu terlihat dari ujung gading yang sudah aus atau berbentuk pipih. "Spesies ini kemungkinan trigonocephalus yang ada di Jawa--saat pulau ini baru menjadi daratan.
Itu dilihat dari makanannya yang lebih banyak daun dan rumput-rumputan," paparnya. Selain itu, karena ditemukan di sedimen yang berupa lempung, kemungkinan Stegodon tersebut mati karena terperosok.
Baca Juga : 4 Momen Pernikahan Anak Presiden Indonesia, Ada yang Jauh dari Kemewahan dan Dipenuhi Derai Air Mata
Sulitnya penggalian fosil
Saat melakukan proses ekskavasi, kesulitan yang dihadapi peneliti ITB adalah fosil berada pada batuan pejal dan keras sehingga memerlukan ketekunan dan ketelitian. Di samping itu, cuaca juga tidak bersahabat.
Lokasi penggalian mengalami banjir bandang sehingga fosil terendam air.
Membuat kondisinya menjadi rapuh dan batu lempung menjadi tambah liat sehingga semakin menyulitkan untuk mengambil fosil.
Baca Juga : Bukan Fatmawati, Ternyata Inilah Wanita yang Temani Soekarno Menghembuskan Napas Terakhirnya Dengan kondisi lapangan yang terkena banjir, maka ekskavasi dihentikan sementara sambil menunggu air surut.
Barulah setelah seharian ekskavasi, akhirnya fosil Gading Stegodon dapat diangkat, meski dalam keadaan lapuk dan rapuh.