Seperti dikutip dari Kiki Syahnakri : Timor Timur The Untold Story, pasukan pembuka Interfet itu mendapat informasi intelijen jika Timtim sudah dikuasai oleh milisi bersenjata dan keadaannya kacau balau.
Maka ketika pesawat sudah mendarat, Interfet langsung membentuk formasi tempur, membentuk perimeter pertahanan di bandara Komoro dan harus segera menguasai bandara.
Baca Juga : Operasi Clandestine Kopassus, Pernah Susupkan Anggotanya ke Tubuh Organisasi GAM Tanpa Ketahuan
Hal ini membuat Korps Pasukan Khas (Korpaskhasau/Paskhas) TNI AU yang mengoperasikan bandara Komoro terheran-heran dengan kelakuan 'sok aksi' macam badut tentara Interfet itu. Padahal keadaan Timtim aman-aman saja, hanya di hutan adanya konflik.
Sebanyak 80 personel Paskhas juga sudah kokang senjata, jaga-jaga jika Interfet ajak bedil-bedilan.
Bahkan ada pasukan Gurkha Inggris yang turut serta dalam pendaratan tersebut.
Namun ketika pasukan Interfet tahu jika bandara dan sekitarnya aman-aman saja tak ada kerusuhan apalagi milisi bersenjata, mereka lantas sadar akan situasi.
Apalagi ketika tahu jika yang mengoperasikan bandara militer resmi Paskhas TNI AU, mereka sadar jika info intelijen yang didapati tadi hanya omong kosong belaka.
Namun, ketegangan kembali terjadi ketika Pangkoopsau II, Marsda TNI Ian Santosa, yang tiba dengan pesawat C-130 Hercules TNI AU di Bandara Komoro turun dari pesawat dikawal sejumlah pasukan Paskhas bersenjata lengkap.
Sejatinya Marsda TNI Ian Santosa datang untuk berkoordinasi dengan komandan Interfet Mayjen Peter Cosgrove.
Lagi-lagi pasukan Interfet yang terdiri dari personel militer Australia 'sok aksi' lagi macam badut.