Gridhot.ID - Sebagai kesatuan khusus yang ditugaskan untuk merebut, menguasai atau menghancurkan sasaran strategis (bukan taktis) Kopassus selalu menjadi pilihan pertama.
Tak pelak setiap calon atau anggota Korps Baret Merah harus mempunyai kemampuan di atas rata-rata dari tentara reguler.
Tak pelak jika melaksanakan operasi baik militer maupun non militer mereka dituntut harus berhasil, tak menerima kegagalan.
Nah, ada cerita menarik dari salah seorang anggota Kopassus yang dianggap gagal dalam menjalankan tugasnya.
Baca Juga : GKR Hemas Sempat Sesali Pernikahannya dengan Sri Sultan Hamengkubuwono X : Terus Terang Saya Menyesal
Dikutip dari Tribun Jambi, Sabtu (22/12) Pelda Suwito, seorang prajurit Kopassus menceritakan bagaimana dulu para pelatih menempanya sangat keras.
Usai dikukuhkan menjadi prajurit komando bukan berarti Suwito dkk bisa berleha-leha layaknya mahasiswa habis wisuda.
Mereka langsung diterjunkan ke medan perang di Timor Timur kala itu.
Jika gagal dalam menjalankan tugas maka hukuman menanti mereka sekembalinya ke basis kesatuan.
"Pengalaman saya jika tugas perang Timor Timur dan tidak berhasil mendapatkan senjata musuh, sudah pasti tidurnya di kandang sapi!" kata Pelda Suwito.
Saat itu di Grup 2 Kopassus di Kartasura, banyak sapi.
Prajurit yang gagal akan ditidurkan bersama sapi.
Bukan hanya itu saja. Prajurit yang gagal bakal ditempa, dilatih lebih keras lagi kemudian ditugaskan kembali ke medan perang.
Baca Juga : Rupanya Ini Alasan Bule Cantik Polly Alexandrea Robinson Mau Dinikahi Nur Khamid
Kalau gagal lagi? ya tidur bersama sapi lagi.
"Dilatih lagi tiga bulan, diberangkatkan lagi enam bulan. Kalo gagal lagi, tidur sama sapi lagi," kata Pelda Suwito.
Pelatih lebih menakutkan dari pada setan sekalipun
Seperti diungkapkan oleh Pelda Suwito di atas.
Baca Juga : Ketika Paskhas Hendak Ledakkan Tentara Australia Gegara Todongkan Senjata Kepada Perwira TNI AU
Pelatih akan menempa siswa komando sangat keras dan tak pandang bulu.
Bayangkan saja, saban hari fisik dan mental siswa digojlok sampai benar-benar habis.
Mereka disuruh latihan di gunung, hutan, rawa, terjun payung hingga di laut.
Stress, lapar, lelah ditambah 'siksaan' dari para pelatih menjadi teman akrab sehari-hari siswa komando.
Makanya mereka punya anggapan lebih takut dengan para pelatih bertopi merah dari pada setan sekalipun.
"Kami tidak takut setan, lebih takut pelatih," menjadi semacam semboyan tak resmi para siswa komando Kopassus ketika digembleng di Pusdikpassus.
(*)