Namun, perayaan berubah menjadi tragedi di 26-27 Agustus 1883 ketika Krakatau memuntahkan isi bumi dengan kekuatan terbaiknya.
Ledakan awal di 26 Agustus sore meluluhkan dua pertiga bagian utara dari pulau.
Menghasilkan serangkaian aliran piroklastika dan tsunami.
Empat ledakan susulan terjadi lagi pada 27 Agustus pukul 05.30 pagi, mencapai puncaknya pada pukul 10.02.
Baca Juga : Ini Sebabnya Mengapa Anak Krakatau dan Gunung Berapi Lainnya Ketika Meletus Disertai Gemuruh Petir
Dentuman yang menyertai ledakan terdengar hingga ke Singapura dan Australia.
Selama itu, batu apung dan abu halus dihembuskan hingga ketinggian 70-80 kilometer, menutupi daerah seluas 827.000 kilometer persegi.
Sebanyak 31.000 hingga 36.000 warga yang tewas merupakan korban tsunami ketika sebagian besar pulau yang didiami Krakatau tenggelam ke Selat Sunda.
Sedangkan 4.500 orang lainnya tewas terpanggang karena aliran piroklastika.
Source | : | national geographic indonesia,Geo Magz |
Penulis | : | Dewi Lusmawati |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar