Dilansir dari Kompas.com, dalam konferensi pers tsunami Selat Sunda di Yogyakarta, Minggu (23/12/2018) kemarin, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan beberapa perbedaan mendasar antara gelombang tinggi dan gelombang tsunami.
Gelombang tinggi karena tiupan angin terjadi secara perlahan dan dengan tanda-tanda bisa diprediksi sebelumnya, misalnya perubahan ekstem sebelum kejadian.
BMKG pun rutin mengeluarkan peringatan gelombang tinggi di berbagai daerah jika memang diprediksi akan terjadi.
Namun tidak dengan tsunami yang kejadiannya tidak dapat diprediksi dan mendadak.
"Gelombang pasang tidak terjadi seketika, tapi secara pelan. Kalau tsunami, terjadi tadi malam itu, terjadi tiba-tiba. Terjadi tiba-tiba sekali, tidak ada (pertanda). Makanya kalau kita melihat kan masyarakat masih banyak melakukan aktivitas, Band Seventeen masih jalan, baru dua lagu itu," kata Sutopo kepada awak media.
Baca Juga : 10 Alergi Aneh ini Ternyata Dialami Manusia, Salah Satunya Alergi Sperma!
Kemudian, dari video di atas dapat dilihat bahwa gelombang tsunami disertai dengan kekuatan dorong yang besar, berbeda dengan gelombang tinggi yang kekuatannya berdasarkan angin.
Hal ini menyebabkan gelombang tsunami memiliki sifat destruktif atau merusak yang lebih besar ketika sudah sampai di daratan dibandingkan dengan gelombang tinggi yang disebabkan oleh angin.
Terakhir, gelombang karena angin hanya terjadi di permukaan saja, sementara gelombang tsunami terjadi dari bagian dalam laut.
Hal itu karena adanya pergerakan lempeng atau dasar lautan yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menyebabkan adanya dorongan gelombang dari dalam. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle dengan judul, “Warning! BMKG Rilis Peringatan Gelombang Tinggi Capai 4 Meter, Libur Tahun Baru Hindari Wilayah Ini”