Fenomena ini disebut "musim dingin vulkanik".
Contoh berikutnya saat letusan gunug Pinatubo di Filipina tahun 1991.
Pinatubo memuntahkan bebatuan dan abu ke udara dibarengi 20 juta ton gas belerang dioksida ke atmosfer.
Gas yang dikeluarkan gunung tersebut menyebar keseluruh dunia.
Lantas terjadi reaksi kimia dimana ketiga gas bercampur dengan uap air sehingga menghasilkan tetesan dingin kecil (aerosol).
Aerosol inilah yang memantulkan dan menyebarkan sinar matahari ke bumi yang membuat dunia lebih 'adem' dari pemanasan global.
Letusan seperti ini, menurut The New York Times, adalah influencer alami bumi.
Nah, NASA berharap letusan gunung Agung bisa memberikan dampak demikian dengan tidak mengindahkan aspek keselamatan masyarakat sekitar gunung.
(*)