Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Membentang Sejauh 29 KM Membelah Jawa Barat, Sesar Lembang Disebut Berpotensi Hasilkan Gempa Hingga 7 SR

Dewi Lusmawati - Jumat, 04 Januari 2019 | 12:03
Suasana pencarian korban tanah longsor di Dusun Cimapag, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat
Kompas.com/Budiyanto

Suasana pencarian korban tanah longsor di Dusun Cimapag, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat

Laporan wartawan GridHot.ID, Dewi Lusmawati

GridHot.ID -Seluruh wilayah Indonesia tentu perlu untuk selalu waspada terhadap gempa, tak terkecuali dengan daerah Jawa Barat.

Keberadaan sesar Lembang di Jawa Barat, selama ini menjadi misteri dan perbincangan para ahli.

Setelah melakukan studi selama hampir delapan tahun terhadap sesar Lembang di Jawa Barat, ahli LIPI akhirnya menerbitkan studi tentang sesar Lembang di jurnal Tectonophysics, 17 Desember 2018.

Baca Juga : Gempa 5 SR Guncang Pangandaran, BPBD Minta Masyarakat Tetap Tenang

Studi terbaru ini mengulas sesar lembang yang lebih terperinci dibanding studi sebelumnya.

Dikutip GridHot.ID dari Kompas, Mudrik Rahmawan Daryono, peneliti gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut studinya memaparkan detail morfologi gempa bumi sesar Lembang.

"Kita memberikan definisi yang jelas. Kalau sesar aktif dia harus ada bentuk jelas di lapangan," ujarnya dihubungi Kompas.com, Rabu (3/1/2018).

Baca Juga : Beredar Peringatan Akan Adanya Tsunami hingga ke Indonesia, BMKG Pastikan Gempa Filipina Tak Berpotensi Tsunami

Gambaran atau bentuk yang jelas di lapangan ditunjukkan lewat pergeseran sungai, pemotongan sungai, bukit yang terangkat karena gempa tektonik.

"Bukti-bukti itu kita paparkan dengan jelas di paper ini," ujarnya.

Proyek yang mulai dikerjakannya sejak 2011 itu tidak melakukan pemodelan, tapi membandingkan dan mengukur data dari studi sebelumnya, untuk menghasilkan perhitungan terperinci.

"Itu tidak dimodelkan, jadi kita hitung pakai studi paleoseismology (mengamati sedimen dan bebatuan geologis untuk menilik tanda gempa bumi purba, red) dan kita meneliti publikasi sebelumnya," ujar Mudrik.

Salah satu studi yang berkontribusi dalam penelitian Mudrik adalah kajian vulkanostratigrafi sesar Lembang yang dibuat oleh Kartadinata.

Ilustrasi longsor

Ilustrasi longsor

Baca Juga : Manokwari Diguncang Gempa 6,1 SR, Warga Berlarian Selamatkan Diri Takut Datangnya Tsunami

Vulkanostratigrafi merupakan ilmu yang mempelajari urutan dari rekaman kegiatan vulkanik dengan pemahaman satuan vulkanostratigrafi, yaitu satuan–satuan lapisan yang terpetakan terdiri dari batuan vulkanik yang terbentuk di darat (subaerial) atau di dalam air (subaqueous) oleh proses vulkanik yang penentuannya berdasarkan sumber, jenis litologi, dan genesanya.

Mudrik mengatakan, studi vulkanostratigrafi yang dikajinya menjelaskan tentang set unit batuan dan umurnya.

"Kemudian saya mempelajari lebih detail lagi mengenai pergeseran-pergeseran sungai. Dari situ kita menemukan jarak geser dan umur yang sudah diteliti sebelumnya. Terus kemudian kita bagi itu, (pergeseran) jarak dan umur (batuan) kita ketemu kecepatan atau slip rate-nya," imbuhnya.

Slip rate sesar Lembang diketahui sebesar 1,95 sampai 3,45 milimeter per tahun.

Baca Juga : Hujan Deras Guyur Manokwari Usai Gempa 6,1 SR Mengguncang

Sesar lembang yang membentang sejauh 29 kilometer itu bisa menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan 6,5 sampai 7,0.

Batas ujung sebelah barat dimulai dari daerah Padalarang, Ngamprah, Cisarua, Parongpong, Lembang, Gunung Batu, Maribaya, Batu Lonceng, kemudian tanda sesar aktif menghilang di sekitar Palintang.

Data terbaru menunjukkan periode ulang sesar Lembang adalah 170 sampai 670 tahun, dengan kekuatan gempa 6,5 sampai 7,0.

Panjang sesar itu dihitung dengan rinci oleh Mudrik dan tim dari ujung sebelah barat sampai ujung sebelah timur.

Batas ujung sebelah barat dimulai dari daerah Padalarang, Ngamprah, Cisarua, Parongpong, Lembang, Gunung Batu, Maribaya, Batu Lonceng, kemudian tanda sesar aktif menghilang di sekitar Palintang.

Baca Juga : Ketiadaan Alat Pendeteksi Gempa Bumi Vulkanik, Sebabkan BMKG 'Buta' Prediksi Tsunami Banten

"Dan dia (sesar Lembang) memiliki periode ulang antara 170 tahun sampai 670 tahun," sambungnya menjawab pertanyaan yang selama ini belum terjawab.

Hingga saat ini, Mudrik dan timnya baru menemukan tiga catatan gempa tua di sesar Lembang, yakni di abad ke-15, 60 SM, dan 19.600 tahun yang lalu.

"Kita baru tahu tiga sejarah ini. Kalau kita mau tahu lebih lagi, kita harus teliti lebih dalam lagi," sambungnya.

Dari ketiga jejak gempa itu, hanya gempa pada 60 SM yang dapat diungkap berapa kekuatannya.

Baca Juga : Ketiadaan Alat Pendeteksi Gempa Bumi Vulkanik, Sebabkan BMKG 'Buta' Prediksi Tsunami Banten

Menurut catatan Mudrik, gempa saat itu berkekuatan 6,5.

"Jadi (studi) kita masih sangat kasar sekali karena kita berhadapan dengan iklim tropis, curah hujan tinggi, erosi, dan lain sebagainya. Semua itu memberikan tantangan sendiri untuk melakukan penelitian paleoseismology di Indonesia, khususnya di daerah tropis," sambungnya.

Mudrik mengharapkan setelah diterbitkannya studi terbaru tentang sesar Lembang akan ada penanganan yang lebih serius untuk meneliti lebih dalam dari yang saat ini.

Sebelumnya, ancaman gempa Sunda Megathrust dengan kekuatan hingga 9 SR juga disebut-sebut membayangi Jakarta dan sekitarnya.

Jakarta dianggap berpotensi diguncang gempa besar dari Sunda Megathrust, dengan kekuatan hingga lebih 9 Skala Richter (SR).

Baca Juga : Gelombang Gempa Misterius Merambat Sejauh 17 Ribu Kilometer, Hampir Tak Ada Manusia yang Merasakannya

Dikutip GridHot.ID dari Intisari, para pakar menyebut potensi tersebut berasal dari zona kegempaan atau seismic gap yang ada di sekitar Jakarta.

Dampak Sunda Megathrust bisa merusak!

Dampak Sunda Megathrust bisa merusak!

"Kekuatannya masih perdebatan di antara para pakar. Diperkirakan antara 8,1 SR hingga 9 SR," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati kepada BBC Indonesia, Jumat (2/3/2018).

Pusat pemerintahan juga berada di Jakarta, sehingga bayang-bayang gempa besar menjadi lebih disorot oleh masyarakat luas.

Dikutip dari National Geographic Indonesia, aktivitas zona tektonik ini juga menegaskan apa yang tercantum pada Peta Gempa Bumi Nasional 2017.

Baca Juga : Jalan Terbelah Hingga Bangunan Hancur, Berikut Penampakan Kota Alaska Setelah Diguncang Gempa 7.0 Magnitudo

Dalam peta tersebut disebut tentang potensi gempa berkekuatan M 8,7 yang mungkin terjadi di selatan Jawa Barat.

Sejalan dengan Iwan, Danny Hilman Natawidjaya, ahli gempa bumi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), juga mengkhawatirkan makin aktifnya zona tektonik di selatan Jawa tersebut.

Bisa Ancam Jakarta dengan Gempa 9 SR, Begini Kekuatan Guncangan Raksasa Sunda Megathrust!
Intisari-Online

Bisa Ancam Jakarta dengan Gempa 9 SR, Begini Kekuatan Guncangan Raksasa Sunda Megathrust!

"Meskipun lokasi sumber gempanya berbeda-beda, kalau dari aspek mitigasi bencana, yang harus paling diperhitungkan yang Megathrust selatan Jawa," ungkap Danny.

Danny menjelaskan, sekalipun data tentang potensi gempa besar di selatan Jawa makin banyak ditemukan, tapi belum bisa diprediksi kapan dan di mana gempa tersebut akan terjadi.

Baca Juga : Gelar Konser di Indonesia, Grup Band Metal Megadeth Lelang 2 Gitar untuk Bantu Korban Gempa Donggala dan Tsunami di Palu

Apalagi, hingga saat ini, sebagian besar zona kegempaan di Indonesia belum terpetakan dengan baik.

Walaupun tidak berada di patahan, namun Jakarta perlu mewaspadai guncangan yang ditimbulkan oleh gempa di sekitar Jakarta.(*)

Source :Kompas.com intisari national geographic indonesia

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x