Gridhot.ID - Aparat keamanan Malaysia pada tahun 2013 pernah dibuat runyam oleh pencerobohan oleh militan Kesultanan Sulu.
Para militan kesultanan Sulu berjumlah 235 orang menyeberang dari pulau Simunul, Tawi-Tawi, Filipina ke Lahad Datu, Sabah, Malaysia, pada 11 Februari 2013.
Serangan dari para militan Kesultanan Sulu yang dipimpin oleh Agbimuddin Kiram, adik Sultan Sulu Jamalul Kiram III ini menuntut pengembalian Sabah ke mereka dari tangan Malaysia.
235 Militan Kesultanan Sulu lantas menduduki Desa Tanduo di Lahad Datu.
Baca Juga : Jamalul Kiram III, Sultan Kere yang Terlilit Utang Namun Berani Kerahkan Anak Buah untuk Serbu Malaysia
Masuknya milisi bersenjata ini ke wilayah Sabah membuat aparat keamanan Malaysia kaget bukan kepalang.
Satu yang pasti di benak mereka, intelijen negara telah gagal total mengetahui sedari dini adanya milisi bersenjata masuk tanpa izin ke Malaysia.
Perdana Menteri Malaysia saat itu, Najib Razak kemudian memerintahkan Angkatan Tentara Malaysia (ATM) untuk melibas para militan ini yang mereka juluki 'penceroboh.'
Maka ATM melaksanakan Operasi Daulat untuk menumpas serangan para milisi ini.
Baca Juga : Jijik? Belatung Ternyata Berguna Mengobati Tentara yang Terluka Saat Hadapi Perang
Berbagai alat perang dikerahkan ATM termasuk tank hingga jet tempur.
Pasukan keamanan Malaysia mengepung posisi milisi Sulu dengan rapat.
Jengkel dengan ulah milisi Sulu karena cakap berperang gerilya, maka Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) kerahkan jet untuk membom posisi musuh.
Namun perlu diingat, ATM hanya melawan segerombolan milisi yang kelasnya sama dengan KKB Papua.
Baca Juga : Takut Rewel, Bayi 8 Bulan Meninggal Dunia Usai Dicekoki Miras Oleh Ibunya Sendiri
Jet Sukhoi 30 mkm dan F-18 Hornet TUDM lantas meraung-raung di langit, menjatuhkan muatan bom membombardir apa saja yang dibawahnya.
Tapi apa lacur, pihak milisi Sulu mengklaim tak ada korban dari pihak mereka.
Tak ada satupun milisi Sulu mati akan pemboman TUDM yang mereka bilang tidak tepat sasaran.
Agbimuddin Kiram mengatakan saat itu pagi pukul 9.30 waktu setempat antara bulan Februari-Maret 2013. Dirinya melihat jet tempur TUDM terbang rendah dan jatuhkan bom.
Megetahui akan adanya serangan udara, Agbimuddin beserta anak buahnya bersembunyi di tempat aman.
Lantas kemana bom yang dijatuhkan tadi?
Seperti dikutip dari Manila Bulletin yang mengunggah artikel pada 6 Maret 2013 Silam, Agbimuddin mengklaim jika bom yang dijatuhkan tadi telak mengenai kamp pasukan dan polisi Malaysia di Desa Tanduo, Lahad Datu yang merupakan bekas markas milisi Sulu.
"Apa pun yang mereka lakukan, kami tidak takut karena kami berjuang untuk hak kami meminta Sabah kembali," kata Agbimuddin Kiram.
Pernyataan Agbimuddin ini dipertegas seorang reporter AFP yang meilput di Lahad Datu jika memang pada waktu pemboman terjadi, pihak ATM langsung mengerahkan helikopter beserta enam unit ambulans menuju Desa Tanduo.
Secara logika jika bom memang mengenai milisi Sulu maka mayat akan dibiarkan.
Namun dikirimnya ambulans dan helikopter angkut menyiratkan adanya korban jiwa dari pihak ATM yang harus segera dievakuasi akibat pemboman itu.
Meski demikian Kementerian Dalam Negeri Malaysia mengatakan selama tujuh jam pada waktu itu jet-jet tempur TUDM membombardir wilayah musuh.
Mereka juga menegaskan tak ada korban dari pihak Malaysia, akan tetapi juga tak menyebutkan dampak pemboman terhadap musuh.
"Di sisi musuh, kami harus menunggu kepastiannya karena operasi militer masih berlangsung. Kami harus lebih berhati-hati," kata Hishammuddin Hussein Mendagri Malaysia saat itu.
Operasi Daulat berakhir pada Maret 2013 dimana Malaysia mengklaim 56 milisi Sulu tewas, sisa militan ditangkan dan ada yang kabur kembali ke Filipina.
Sedangkan di pihak ATM 10 personil dan 6 warga sipil tewas.
(Seto Aji/Gridhot.ID)