Tiba di Makassar, Eka kecil -masih dengan nama Oei Ek Tjhong- segera membantu ayahnya, yang sudah lebih dulu tiba dan mempunyai toko kecil. Tujuannya jelas, segera mendapatkan 150 dollar, guna dibayarkan kepada rentenir.
Dua tahun kemudian, utang terbayar, toko ayahnya maju. Eka pun minta sekolah meski Eka menolak duduk di kelas satu.
Baca Juga : Mas Kawin Vicky Prasetyo dengan Angel Lelga Ternyata Milik Angel : Itu Berlian Saya, Abang!
Karena miskin Eka tidak mampu untuk menamatkan sekolah SD-Nya.
Ia keliling kota Makassar, menjajakan biskuit dan kembang gula. Hanya dua bulan, ia sudah mengail laba Rp 20, jumlah yang besar masa itu. Harga beras ketika itu masih 3-4 sen per kilogram.
Melihat usahanya berkembang, Eka membeli becak untuk memuat barangnya.
Namun ketika usahanya tumbuh subur, datang Jepang menyerbu Indonesia, termasuk ke Makassar, sehingga usahanya hancur total. Ia menganggur total, tak ada barang impor/ekspor yang bisa dijual. Total laba Rp 200 yang ia kumpulkan susah payah selama beberapa tahun, habis dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Di tengah harapan yang nyaris putus, Eka mengayuh sepeda bututnya dan keliling Makassar. Sampailah ia ke Paotere (pinggiran Makassar, kini salah satu pangkalan perahu terbesar di luar Jawa). Di situ ia melihat betapa ratusan tentara Jepang sedang mengawasi ratusan tawanan pasukan Belanda. Tapi bukan tentara Jepang dan Belanda itu yang menarik Eka, melainkan tumpukan terigu, semen, gula, yang masih dalam keadaan baik.
Otak bisnis Eka segera berputar. Secepatnya ia kembali ke rumah dan mengadakan persiapan untuk membuka tenda di dekat lokasi itu. Ia merencanakan menjual makanan dan minuman kepada tentara Jepang yang ada di lapangan kerja itu.
Baca Juga : Dapat Jodoh Orang Jawa, Pengacara Plesetkan Nama Ahok, BTP : Basuki Tresno Puput!
Keesokan harinya, masih pukul empat subuh, Eka sudah di Paotere. Ia membawa serta kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang diisi air, oven kecil berisi arang untuk membuat air panas, cangkir, sendok dan sebagainya. Semua alat itu ia pinjam dari ibunya.