Untuk klaim bahwa Supriyadi menghilang hanyalah propaganda Jepang saja.
"Jepang pintar, ngerti kejiwaan orang jawa. Lalu cerita bahwa Supriyadi iso ngilang. Lha opo bapakku kuwi gendruwo, duwe anak isa ngilang. Kita rasional saja lha," ujarnya.
Utomo melanjutkan usai pemberontakan PETA Blitar dipadamkan maka keluarga para pemberontak termasuk dirinya ditahan di sebuah rumah daerah Kertosono yang dijaga ketat oleh tentara Jepang.
"Kalo nggak ada proklamasi, September itu sudah ada rencana pembunuhan besar-besaran terhadap keluarga pemberontak itu," kenangnya.
Menurut Utomo, kalaupun sudah meninggal dan tidak ada makamnya, itu adalah hal yang wajar selama pendudukan zaman Jepang.
"Saya beritahu, zaman jepang itu, orang mati yang gak ngerti makamnya gak pirang-pirang (banyak). Pahlawan nasional dr Muwardi, sampai sekarang makamnya ga ketahuan. Itu orang tanya begitu, itu nanya debat kusir," pungkasnya.
Atas perjuangannya melawan penjajah, Supriyadi diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan pada 9 Agustus 1945 Keputusan Presiden No. 063/TK/1975. (Seto Aji/Gridhot.ID)