Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani
Gridhot.ID - Shamima Begum, remaja asal London yang tergabung dalam kelompok ISIS kini berada di kamp pengungsian Suriah.
Shamina Begum kini dikabarkan meminta belas kasihan pada pemerintah Inggris agar kewarganegaraannya tak dicabut.
Dilansir Kompas.com dari Sky News, Shamima Begum menginginkan agar pihak berwenang Inggris mempertimbangkan kembali keputusan mencabut kewarganegaraannya.
Remaja berusia 19 tahun itu mengatakan bahwa putranya yang baru lahir kini dalam kondisi tak sehat.
Baca Juga : Donald Trump Tak Sudi Terima Kepulangannya ke Amerika, Hoda Muthana Menyesal Tinggalkan AS Demi Masuk ISIS
Namun, di sisi lain, Shamima tidak akan mengizinkan jika hanya anaknya saja yang dipulangkan ke Inggris.
Shamima mengatakan ia akan terus berjuang untuk mendapatkan kewarganegaraannya kembali.
Lebih lanjut, Shamima berharap agar pemerintah Inggris memandang kasusnya dengan sedikit belas kasihan.
"Saya berjuang untuk memperoleh kebutuhan saya.
Saya ingin mereka mengevaluasi kembali kasus saya dengan sedikit belas kasihan" ujarnya.
Kini, Shamima pun berjanji bahwa dirinya akan berubah.
"Saya bersedia berubah" tuturnya sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Nasib Shamima kini terombang ambing.
Negara asal orangtuanya, Bangladesh juga telah mengklaim bahwa Shamima bukanlah warga negara Bangladesh.
Namun, Shamima pun tak berniat untuk pergi ke negara itu.
"Saya tidak punya apa-apa di sana, bahasanya berbeda, saya belum pernah melihat tempat itu.
Saya tidak tahu mengapa orang menawarkan negara itu kepada saya" katanya.
Sebelumnya, nama Shamima sempat ramai diperbincangkan media nasional maupun internasional.
Pada Minggu (17/2/2019) lalu, untuk pertama kalinya Shamima muncul dalam wawancara eksklusif dengan Sky News.
Remaja berusia 19 tahun itu duduk dengan putranya yang baru lahir di sebuah kamp pengungsian Suriah.
Shamima mencuri perhatian dunia ketika ia ingin pulang kembali ke Inggris.
Namun di sisi lain, Shamima juga mengaku tak menyesal karena telah bergabung dengan kelompok ISIS.
Bahkan, Shamima menyebut jika semua ini justru telah mengubahnya menjadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh.
"Tapi saya tidak menyesal karena itu mengubah saya sebagai pribadi.
Saya menjadi lebih kuat, lebih tangguh" tuturnya.
Baca Juga : Jenguk Ahmad Dhani di Rutan Medaeng, Al Ghazali Dapat Perlakuan Khusus Tanpa Nomor Antrean
Dan ia mengatakan, banyak orang harus bersimpati padanya karena menurutnya pihak berwenang Inggris tidak memiliki bukti yang kuat bahwa ia melakukan sesuatu yang berbahaya.
Dalam wawancara eksklusif itu, Shamima mengatakan bahwa sebenarnya dirinya tidak tahu apa yang sedang dihadapi ketika pergi.
"Orang-orang harus bersimpati kepada saya atas semua yang saya lalui.
Saya tidak tahu apa yang saya hadapi ketika pergi. Saya harap, mungkin demi anak saya, mereka akan membiarkan saya kembali.
Baca Juga : Usai Viral di Media Sosial, Bayi Bernama Joko Widodo Ma'ruf Asal Sragen Dapat Hadiah Misterius!
Saya tidak bisa tinggal di kamp ini selamanya" katanya.
Wawancara yang digelar pada pekan lalu itu juga mengungkapkan bagaimana dirinya yang tak terganggu melihat penggalan kepala di tempat persembunyian.
"Saya tahu soal hal berkaitan pemenggalan, dan saya baik-baik saja dengan itu," ucapnya.
Sebagai tambahan informasi, Shamima diketahui masih berusia 15 tahun ketika bergabung dengan ISIS.
Baca Juga : Bocorkan Silsilah Keluarga Adly Fayruz, Angbeen Rishi Sebut Calon Suaminya Cucu Cawapres Ma'ruf Amin
Saat itu, ia bersama dua teman sekolahnya dari Bethnal Green di London pada tahun 2015.
Dan kini, Shamima baru saja terpisah dari suaminya yang juga anggota ISIS asal Belanda.
Setelah melahirkan putranya pada pekan lalu, Shamima ingin pulang kembali ke Inggris.
Diwartakan Kompas.com, pengacara keluarganya, Tasmine Akunje berencana melakukan perjalanan ke kamp pengungsian dan meminta izin kepada Shamima untuk membawa pulang putranya yang baru lahir kembali ke Inggris.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Inggris, Sajid Javid juga mengatakan bahwa bayi yang dilahirkan Shamima masih berpeluang memiliki kewarganegaraan Inggris.
Hal ini dikarenakan anak-anak tidak boleh menderita.
"Anak-anak tidak boleh menderita. Jadi jika orangtuanya kehilangan kewarganegaraan Inggris, itu tidak memengaruhi anak-anak" ujar Javid menjelaskan.
Javid juga menjelaskan alasan otoritas berhak mencabut kewarganegaraan warganya jika orang tersebut melakukan tindakan ekstrem.
Baca Juga : Shamima Begum Akui Bergabung ISIS Setelah Lihat Video Pemenggalan Sandera
Salah satunya adalah mendukung gerakan teror. (*)