Dalam manifesto setebal 74 halaman itu, Tarrant memperkenalkan diri sebagai anti-imigran dengan para korban disebutnya sebagai "sekelompok penjajah" yang ingin membebaskan tanah milik kaumnya dari "para penjajah".
Usai melancarkan aksi kejinya ia pun berhasil diamankan dan mulai menjalani proses pengadilan.
Baca Juga : Kisah Pengguna Jalan, Saksikan Tragedi Pilu Penembakan di Masjid Christchurch
Atas insiden pembantaian tersebut, sejumlah aksi solidaritas ditunjukkan oleh warga Selandia Baru.
Salah satunya adalah gerakan Scarves in Solidarity atau Solidaritas dalam Jilbab.
Hal ini seperti dikutip GridHot.ID, dari akun Facebook @Scarvesinsolidarity yang mengunggah sebuah postingan pada 19 Maret 2019.
Baca Juga : Baru Dipasang, Karpet Masjid Linwood Kini Bersimbah Darah Pasca Insiden Penembakan di Kota Christchurch
Rencananya gerakan ini akan dilangsungkan pada Jumat, (22/3/2019) tepat seminggu insiden mematikan pembantaian di Masjid Chrischurch berlalu.
"Tunjukkan dukungan Anda kepada wanita Muslim dan para korban serangan teror Christchurch.
Pada hari Jumat 22 Maret kenakan hijab untuk menunjukkan bahwa kami tidak akan tunduk pada teror dan bahwa kami adalah satu dengan saudara-saudara Muslim kami.
Ini adalah isyarat sederhana tetapi simbol yang kuat bahwa kita menolak retorika kebencian.