"Dari tahun 1970-an hingga 1990-an kami dihujani kekayaan tapi kami tidak tahu cara menanganinya," kata Evi Agir, (40) seorang penduduk pulau Nauru yang memainkan gitarnya di bawah naungan pohon ketika anak-anak berlari-lari di sekitar kakinya.
"Hampir tidak ada orang yang berpikir untuk menginvestasikan uang itu."
Manoa Tongamalo (43) seorang pengangguran mengatakan, "Banyak hal-hal bodoh terjadi. Orang-orang akan pergi ke toko, membeli beberapa permen, membayar dengan banyak uang dan tidak minta kembalian."
"Mereka bahkan menggunakan uang itu sebagai tisu toilet."
Lama kelamaan Fosfat Nauru habis dan seakan kena karma, kini masyarakat Nauru hidup melarat, negaranya rusak serta tak ada yang peduli akan keadaan mereka. (*)