Pasukan kompeni Belanda amat takut jika bertemu dengan Semut Ireng.
Pos Belanda di Gambringan dan Purwodadi di sasak habis oleh pasukan Semut Ireng.
Apalagi di setiap pertempuran, Nyi Ageng Serang dengan kuda putihnya menghunus tombak selalu berada di garda terdepan memimpin langsung pasukan Semut Irengnya untuk menerjang musuh.
Pangeran Diponegoro yang mendengar kehebatan pasukan Semut Ireng ini sampai takjub.
Nyi Ageng Serang lantas dipasrahi merebut Jawa Tengah bagian timur dengan pasukan Semut Irengnya.
Mendapati mandat dari Diponegoro, Nyi Ageng Serang lantas menyusun taktik serangan.
Menggunakan penyamaran dengan dedaunan (daun Lumbu) pasukan Semut Ireng kemudian melancarkan serangan kilat ke posisi musuh.
Serangan ini dinamakan Serangan Hanoman dimana pasukan Semut Ireng dalam jumlah kecil diam-diam menyelinap dan membabi buta membunuhi serdadu Belanda di posnya.
Usai itu mereka berlari ke ladang, semak atau hutan dan menggunakan daun Lumbu yang mereka bawa untuk bersembunyi.
Serdadu Belanda yang berusaha mengejar malah merinding gegara tiba-tiba saja sasaran mereka lenyap bagai ditelan bumi karena fasihnya kamuflase para Semut Ireng.
Namun karena kelicikan Belanda yang menangkap Diponegoro dan mengakhiri Perang Jawa, eksistensi Pasukan Semut Ireng tidak lagi terdengar.
Meski begitu Belanda tetap berusaha mengejar Nyi Ageng Serang walau sampai akhir penjajahannya wanita tangguh tersebut tak pernah tertangkap. (Seto Aji/Gridhot.ID)
Source | : | Perempuan-Perempuan Perkasa di Jawa Abad XVIII-XIX |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |
Komentar