Laporan Wartawan GridHot.ID, Siti Nur Qasanah
GridHot.ID - Ketika bayi lahir, satu hal yang dilakukan oleh tenaga medis profesional adalah membiarkan ibu memeluk bayinya.
Sentuhan antara kulit ibu dan bayinya sangatlah penting, bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutnya sebagai 'penyelamat hidup'.
Hal ini memungkinkan bagi bayi yang baru lahir memperoleh manfaat tidak hanya dari kehangatan ibu, tetapi juga bakteri pelindung dari sang ibu.
Baca Juga : Viral, Kisah Seorang Nenek Harus Lahirkan Cucunya Sendiri demi Anaknya yang Berstatus Pasangan Gay
Dilansir dari Elite Readers oleh GridHot.ID pada Selasa (2/4/2019), dikatakan oleh para ahli bahwa pengalaman berharga tersebut hanyalah permulaannya.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa mengekpresikan kasih sayang secara fisik membawa keuntungan seumur hidup pagi anak.
"Harga diri yang lebih tinggi, komunikasi orang tua-anak yang lebih baik, dan sedikitnya masalah psikologis dan perilaku telah dikaitkan dengan kehangatan dan kasih sayang antara orang tua dan anak," ungkap organisasi non profit Child Trends yang berbasis di AS.
Baca Juga : Miris! Cuma Gara-gara Salah Naik Taksi Online, Samantha Tewas Dibunuh dan Mayatnya Dibuang di Pedesaan
Lebih lanjut, sekelompok peneliti melaporkan bahwa 90 persen orang tua yang memiliki anak berusia 3 tahun dan lebih muda mengatakan mereka memeluk anak-anak mereka setiap hari.
Namun, jumlah tersebut turun secara signifikan begitu anak mereka menginjak usia 10 sampai 12 tahun karena hanya 74 persen ibu dan 50 persen ayah yang tetap memeluk anak mereka.
"Studi ilmiah selalu merupakan penegasan kembali yang bermanfaat tentang pentingnya mempraktikan kebaikan cinta dan menunjukkan cinta kepada orang yang Anda cinta," jelas penulis dan pelatih Christopher Bergland di Psichology Today.
Baca Juga : Demi Mengikuti Ujian Sekolah, Bocah SD Ini Harus Berjalan Kaki 3 Jam dan Menginap di Rumah Warga
Seperti yang dibuktikan oleh banyak orang tua, pelukan seorang anak setelah hari yang melelahkan di tempat kerja dapat mengurangi kelelahan.
Hal tersebut ternyata juga berlaku bagi anak-anak.
Sebuah studi 2013 oleh University of California, Los Ageles mengonfirmasi bahwa kehangatan dan kasih sayang orang tua melindungi seseorang dari efek berbahaya dari stres masa kecil yang merugikan.
Baca Juga : Meski Wajahnya Viral Karena Mirip Jokowi, Budiono Tetap Merasa Dirinya Hanya Seorang Pemerhati Kesenian Reog
Memeluk anak saat bermain membuat anak merasa dicintai
Pada 2013, sebuah penelitian dari University of Missouri-Columbia mengikuti pasangan ibu dan anak selama bermain.
Mereka menemukan bahwa ibu yang menunjukkan kasih sayang yang lebih besar dan menggunakan penguatan yang lebih positif memiliki hubungan yang lebih dekat dengan anak-anak mereka.
Menurut Deseret News, anak-anak yang orang tuanya menghabiskan banyak waktu untuk mengarahkan permainan menunjukkan perasaan yang lebih negatif terhadap ibu mereka.
"Kita tahu bahwa anak-anak itu, terlepas dari budaya, perlu merasa dicintai," ungkap Jean Ispa.
Baca Juga : Gunakan Spermanya Sendiri, Dokter Kesuburan Ini 'Hamili' Pasien-pasiennya Sampai Lahirkan 30 Anak
"Anak-anak memahami arti dari apa yang ibu mereka coba lakukan, jadi jika seorang ibu bersikap sangat direktif dan umumnya orang yang hangat, saya pikir anak itu merasa 'ibu saya melakukan ini karena dia peduli pada saya dan dia berusaha untuk melakukan yang terbaik untukku," tambahnya.
Pelukan membatu anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa dengan mental yang stabil
Lebih dari 600 orang dewasa berpartisipasi dalam survei yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Notre Dame.
Temuan ini tidak dapat disangkal bahwa manfaat pelukan masih dirasakan setelah masa kanak-kanak.
Penulis Sandi Schwartz menunjukkan bahwa orang dewasa yang menerima lebih banyak pelukan dan kasih sayang di masa kanak-kanak menunjukkan lebih sedikit depresi dan kecemasan dan secara keseluruhan, mereka juga lebih berbelas kasih.
Sedangkan mereka yang kurang kasih sayang biasanya berjuang dengan kesehatan mental, cenderung lebih pemarah dalam situasi sosial dan kurang mampu berhubungan dengan perspektif orang lain. (*)