Hal ini mengakibatkan jatuhnya korban di pihak TNI dengan jumlah tak sedikit.
Aksi Fretilin ini sangat merepotkan serta dan mendapat perhatian serius dari markas besar ABRI (TNI) kala itu.
Tak mau berlarut-larut pada tahun 1987-1991, Prabowo Subianto yang kala itu menjabat sebagai Komandan Batalion Linud Kostrad 328 berhasil menjadikan para prajurit batalionnya amat terlatih.
Baca Juga : Sakit Gigi Parah Tak Bisa Makan, Harimau Ini Memohon Pertolongan ke Rumah Warga
Para personel Linud Kostrad 328 diberikan materi pasukan pemburu sebagai tambahan kualifikasi keterampilan prajurit.
Gara-gara hal tersebut maka Linud Kostrad 328 pimpinan Prabowo sering mendapat penugasan di Timor-Timur untuk berperang melawan Fretilin.
Ketika Prabowo menjabat sebagai Danjen Kopassus, berangkat dari pengalaman itu maka ia memiliki inisiatif untuk membentuk sebuah Satgas Darat Rajawali yang kemudian populer dipanggil Kompi Pemburu.
Pembentukan satgas Rajawali Kompi Pemburu ini dimaksudkan agar satuan infanteri biasa di Kodam-Kodam TNI AD memiliki kemampuan sebagai pasukan elit yang tahan banting.
Namun hal itu urung dilaksanakan karena suatu hal.
Baca Juga : Sosok Dibalik Gadis Pemulung yang Dibully, Yatim Piatu dan Tinggal Bersama Kakek Neneknya
Tapi pembentukan Satgas Rajawali Kompi Pemburu tetap dilangsungkan dengan komposisi 10 Kompi.