Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade Prasetyo
Gridhot.ID - Pemilu 2019 telah usai pada 17 April 2019 lalu.
Pada Pemilu 2019 ini, masyarakat Indonesia tak hanya menggunakan hak pilihnya untuk memilih presiden dan wakilnya, melainkan juga memilih wakil rakyat yang akan duduk di DPR.
Banyak calon legislatif (caleg) dari berbagai kalangan yang mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.
Baca Juga : Caleg Mengeluh Gagal Jadi Anggota Dewan, Warga Murka dan Kembalikan Bantuan Karpet Masjid
Satu hal yang terjadi dalam pemilu legislatif 2019 adalah adanya calon-calon anggota legislatif - caleg yang gagal mendapat suara ke parlemen.
Kondisi ini tak jarang berujung pada kondisi kejiwaan caleg gagal.
Selain mengalami kondisi kejiwaan yang terguncang akibat tak lolos dalam persaingan pemilu, beberapa caleg gagal juga didapati mengalami kerugian besar ddalam segi perekonomian.
Baca Juga : Viral, Beberapa Tokoh Avengers Jadi Panitia KPPS di TPS Surabaya
Keruntuhan kondisi ekonomi akibat dana besar yang digunakan untuk kampanye membuat para caleg gagal punya utang dimana mana.
Apalagi, jika dana kampanye tersebut berasal dari utang yang jumlahnya sangat besar.
Memang bertarung di dunia kampanye dan Pemilu memiliki resiko yang sangat besar.
Pada akhirnya ada yang bisa menerima resiko itu dengan lapang dada, ada pula yang tidak terima dengan perolehan suara yang jauh dari harapan.
Baca Juga : Seorang Pemilih Buat Heboh TPS, Panitia Memanggil Nama Rudi yang Muncul Malah Stefi
Nah, dibalik itu semua ternyata ada banyak kisah menarik seputar para caleg gagal yang kalah saat mengikuti pemilu.
Pada pemilu 2019 ini, salah satu caleg asal Cirebon telah membagikan kisahnya setelah dirinya mengadu nasib ikut bertarung pada Pemilu 2019 ini.
Dilansir Gridhot.ID dari Wartakotalive.com (20/4/2019), Yayat Abdurahman, salah seorang calon legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Cirebon dari Partai Gerindra, pesimistis lolos Pileg 2019.
Baca Juga : Janggal, Ratusan Mahasiswa Menangis Tak Bisa Nyoblos Gegara Cuma Bawa E-KTP
Yayat tak menyangka perolehan suaranya tak sesuai target.
Kebimbangan Yayat itu menuntunnya menuju ke Padepokan Anti Galau Yayasan Al Busthomi di Desa Sinarrancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jabar.
"Harus ada keyakinan dalam diri saat maju Pileg. Kalau gelisah sih tidak, cuma ada rasa tidak optimis atau bimbang," kata Yayat usai melakoni ritual mandi kembang di Padepokan Anti Galau, Jumat (19/4/2019)
Yayat mengaku maju sebagai caleg bermodal keyakinan dan jaringan.
Baca Juga : Suasana TPS di Beberapa Lapas Indonesia, Narapidana Antusias Gunakan Hak Pilihnya untuk Nyoblos
"Kemungkinan suara sih biasa-biasa saja. Karena saya juga tidak menggunakan kekuatan yang kuat, hanya kepercayaan diri, keluarga, teman, dan sahabat," katanya.
Dilansir dari siaran video akun Youtube Indonesia News, Padepokan Anti Galau ini telah dikenal sebagai padepokan yang sudah sering menangani caleg -caleg gagal yang dilanda stress.
Padepokan ini menggunakan pendekatan spiritual untuk menyembuhkan para caleg yang stres.
Baca Juga : Suasana Horor Selimuti TPS Lebak Bulus, Warga Nyoblos Bareng Pocong
Pemimpin padepokan Ustadz Al Busthomi menuntun para caleg yang stres untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dengan berda dan beribadah.
"Mereka bisa dikatakan pada saat mencalonkan tidak siap kalah, akhirnya beban jiwa dan beban mental akhirnya jual ini, jual itu. Akhirnya mereka gagal dan sedih berlebihan, takut berlebihan akhirnya depresi," kata Ustadz Busthomi.
"Cara penanganannya di sini disuruh terapi, trus dimandikan kemudian dzikir kepada Allah," tambahnya.
Padepokan Anti Galau ini mengharapkan upaya terapi yang diterapkan pada caleg gagal bisa meringankan beban batin dan rasa was-was para caleg gagal. (*)