Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Buah Ketegasan Menteri Susi Pudjiastuti, Hasil Laut Indonesia Kini Kuasai Pasar Dunia

Siti Nur Qasanah - Sabtu, 04 Mei 2019 | 13:28
Menteri Susi mengawal langsung pengejaran kapal Tiongkok
Instagram/susipudjiastuti115

Menteri Susi mengawal langsung pengejaran kapal Tiongkok

Laporan Wartawan GrdHot.ID, Siti Nur Qasanah

GridHot.ID - Sikap tegas Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam mengusir menenggelamkan kapal pencuri ikan telah membuahkan hasil.

Indonesia telah menjadi negara pengekspor tuna terbesar di dunia, dengan total sumbangan 16 persen dari produksi global.

Dilansir dari laman Warta Kota, tangkapan tahunan ikan tuna diperkirakan sekitar 5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 71 triliun (Kurs Rp 14.200 per dolar AS).

Baca Juga : Psywar, Menteri Susi Tunjukkan Kapal Vietnam Hasil Tangkapannya yang Sebentar Lagi Ditenggelamkan

Sebagai penghasil tuna terbesar, Indonesia menjadi pemasok utama pasar-pasar luar negeri seperti Jepang, Amerika, Uni Eropa, Korea, dan Hong Kong.

Pasar terbesarnya adalah Amerika Serikat, yang mengonsumsi hampir setengah dari tangkapan tuna Indonesia, sebagian besarnya adalah ikan utuh atau fillet beku.

Ekspor tuna Indonesia ke Amerika telah melonjak 130 persen sejak 2014.

Baca Juga : Rencana Balas Dendam Menteri Susi Pudjiastuti Terhadap Aksi Arogan Kapal Vietnam

Sejalan dengan hal itu, sebagaimana dikutip GridHot.ID dari Antara via Kompas.com, Duta Besar Indonesia untuk Norwegia, Todung Mulya Lubis juga mengatakan bahwa, komoditi hasil laut Indonesia akan semakin mendominasi pasar dunia.

Sebab, saat ini Norwegia telah mengimpor beberapa produk ikan laut seperti barramundi, tuna, red snapper, makarel dan komoditi hasil laut lainnya seperti kepiting, udang, cumi-cumi, lobster, serta rumput laut.

Menteri Susi Tenggelamkan 488 Kapal, Tuna Hingga Lobster Indonesia Mulai Rajai Dunia
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Menteri Susi Tenggelamkan 488 Kapal, Tuna Hingga Lobster Indonesia Mulai Rajai Dunia

Dengan semakin gencarnya upaya pemberantasan IUU Fishing dan praktek penangkapan ikan (termasuk budidaya ikan) yang berkelanjutan, merupakan suatu keniscayaan komoditi hasil laut Indonesia akan semakin mendominasi pasar dunia di masa mendatang.

Dia menyampaikan, Indonesia dan negara-negara EFTA termasuk Norwegia dalam proses ratifikasi perjanjian IE-CEPA diharapkan dapat mengurangi hambatan tarif dan memperlancar arus barang, sehingga dapat meningkatkan ekspor Indonesia ke Norwegia.

Baca Juga : 488 Kapal Pencuri Ikan Ditenggelamkan Bu Susi dalam Kurun Waktu 4,5 Tahun, Kini Laut Indonesia Makmur

Untuk itu Todung mendukung perlunya promosi produk secara berkelanjutan di Norwegia, yang pada akhirnya mengukuhkan eksistensi branding produk dalam market-share di Norwegia.

Dia juga mendorong peningkatan laju investasi dari Norwegia ke Indonesia guna mendukung pembangunan kapasitas industri nasional yang berorientasi ekspor, sehingga berdaya saing tinggi dan dapat memenuhi permintaan pasar internasional.

Sementara itu, CEO SN-AS, Mani Sletten, menyampaikan informasi mengenai beberapa produk yang selama ini diimpor langsung dari Indonesia, yaitu berbagai jenis ikan laut (barramundi, tuna, red snapper, macarrel) dan komoditi hasil laut lainnya seperti kepiting (king crab), udang (emperor prawn/shrimp), cumi-cumi, lobster dan rumput laut.

Baca Juga : Susi Pudjiastuti Masuk Dalam 10 Besar Tokoh Berpengaruh di Bidang Pertahanan dan Keamanan, Bangga!

Dikatakannya proses pembersihan, pemotongan, pengepakan dan pendinginan/pembekuan komiditi tersebut dilakukan di Indonesia, selanjutnya dikirim ke Norwegia dengan kapal laut dengan volume rata-rata impor sekitar 10-20 ton per minggu.

SN-AS mendistribusikan produk yang diimpornya kepada para penjual grosir di seluruh wilayah Norwegia dan Nordik, serta negara Eropa lainnya.

Menurut importir tersebut komoditi hasil laut Indonesia umumnya masuk dalam benchmark mereka dan tropical-fish yang masih memiliki peluang besar di pasar Eropa. Namun demikian, eksportir diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas produknya, yang diketahui asalnya dan mempertahankannya, sehingga dapat memenuhi sertifikasi yang ditetapkan di Eropa, khususnya di Norwegia.

Baca Juga : Jerinx SID Diblok Susi Pudjiastuti, Ternyata Ini Sebabnya...

Selain produk ikan laut, importir asal Norwegia, Scanesia AS, juga mengimpor produk makanan/minuman kemasan dari Indonesia untuk dipasarkan di Norwegia, dan negara Nordik.

Indonesia adalah produsen ikan tuna terbesar di dunia, dengan hasil tangkapan bernilai hingga 5 miliar dollar AS atau hampir Rp 71 triliun setahun.

Nelayan melakukan bongkar muat ikan tuna hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (4/12/2018). Volume ekspor tuna Indonesia seperti dikutip dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, mencapai 198.131 ton dengan nilai 659,99 juta dollar AS pada tahun 2017.
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Nelayan melakukan bongkar muat ikan tuna hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (4/12/2018). Volume ekspor tuna Indonesia seperti dikutip dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, mencapai 198.131 ton dengan nilai 659,99 juta dollar AS pada tahun 2017.

Jika dihitung-hitung, satu dari enam ekor tuna yang ditangkap di dunia selama tiga tahun terakhir ini berasal dari Indonesia.

Baca Juga : Lihat Deh Cantiknya Fika Fawzia Asisten Menteri Susi Pudjiastuti: Kemana Pun Ibu Susi Berada, Saya Pun Ada

Data resmi Food and Agriculture Organization (FAO) melalui SOFIA pada 2016 menunjukkan bahwa terdapat 7,7 juta metrik ton tuna dan spesies seperti tuna ditangkap di seluruh dunia.

Di tahun yang sama, Indonesia memasok lebih dari 16 persen total produksi dunia dengan rata-rata produksi tuna, cakalang dan tongkol Indonesia mencapai lebih dari 1,2 juta ton pertahun.

Sedangkan pada 2017, volume ekspor tuna Indonesia mencapai 198.131 ton dengan nilai 659,99 juta dollar AS. (*)

Source : Kompas.com Warta Kota

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x