Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade Prasetyo
Gridhot.ID - Aksi kasus makar marak terjadi ri tengah panasnya suasana politik Indonesia pasca pengumuman resmi hasil Pemilu 2019 oleh Bawaslu dan KPU.
Aksi oknum-oknum yang ingin memecah belah persatuan bangsa membuat situasi bangsa mencekam.
Beberapa tersangka kasus makar berhasil diamankan pihak kepolisian.
Dilansir Gridhot.ID dari Kompas.com Jumat (24/5/2019), Suhadi, Ketua Umum Negeriku Indonesia Jaya (Ninja) melaporkan seorang pria yang mengancam membunuh Presiden Joko Widodo dan Menko Polhukam, Wiranto.
Ancaman seorang pria bersorban ini tersebar melalui aplikasi whatsapp grup.
Pria itu melontarkan ancaman akan membunuh Presiden Joko Widodo.
Baca Juga: 3 Tahun Tak Diketahui Keberadaannya, Pemuda Batam Dicoret Dari KK Keluarga
Setelah dilaporkan, pelaku masih dalam proses pengerjaran hingga saat ini.
Kali ini kasus dugaan makar kembali terjadi.
Sebuah kata-kata hinaan yang ditujukan pada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarno Putri muncul di sebuah SPBU di Medan, Sumatera Utara.
Dilansir Gridhot.ID dari Serambinews.com (26/5/2019), nama Jokowi dan Megawati tiba-tiba terpampang di papan display harga atau totem di SPBU diikuti dengan kalimat hinaan yang sangat kasar.
"Jokowi (sensor) Cina Komunis," begitulah yang tertulis dalam papan display harga SPBU tersebut.
Kalimat hinaan itu diketahui pada Kamis (23/5/2019) oleh warga sekitar.
Running text itu muncul kira-kira sekitar pukul 22.00 WIB.
Baca Juga: Lama Diam, Iwan Fals Minta Polisi Ciduk Dalang Kerusuhan 22 Mei
Warga yang mengetahuinya pun langsung heboh dan merekamnya lalu membagikannya melalui media sosial.
Peristiwa ini pun langsung menyebar cepat dan langsung menjadi viral.
Mengetahui hal tersebut, petugas security SPBU pun langsung mematikan papan display harga itu.
Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Jericho Lavian mengatakan, kasus itu terjadi di sebuah SPBU di Pasar III Marelan, Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.
"Ini dugaan (dilakukan) orang lain di luar SPBU. Karena papan videotronnya itu kemarin kami cek dengan teknisi IT dari Pertamina bisa diubah dengan HP bagi yang tahu," katanya saat dikonfirmasi, Sabtu (25/5/2019).
Pihak kepolisian pun saat ini sedang menyelidiki kasus penghinaan terhadap Jokowi dan Megawati melalui running teks ini.
Sementara itu, pihak dari SPBU ketika ditanya masalah kasus ini mengaku juga tidak mengetahui.
Baca Juga: Sering Disiksa Seniornya, Dokter Muda Nekat Gantung Diri Pasca Lakukan Operasi
Kepala MOR 1 Pertamina UPMS 1 Medan, Robby Hervindo, mengatakan saat ini pihaknya fokus meningkatkan keamanan sistem display di setiap totem SPBU.
"Kalau kemungkinan, di tempat lain bisa saja kalau kemungkinan bisa terjadi. Kalau bicara kemungkinan."
"Tapi kita berupaya untuk pengamanan. Nah, ini SPBU kan jadi korban. Ya, kan sekarang situasinya lagi begini," ungkapnya, Sabtu.
Pihaknya juga melibatkan tim keamanan IT untuk mengambil langkah pengamanan di setiap tiang display.
Pihak kepolisian pun sudah melakukan pemeriksaan pada saksi-saksi yang ditemukan.
Sudah ada tujuh saksi yang diperiksa Polresta Pelabuhan Belawan.
"Sudah ada yang kami periksa sekita tujuh orang. Pegawai SPBU termasuk manager kami periksa semua dan di dalami masing-masing, ucap Jerico Lavian melalui sambungan telepon, Sabtu (25/5/2019).
Baca Juga: Dagangannya Dijarah Massa Kerusuhan 22 Mei, Ismail dan Rajab Kaget Dapat Ganti Rugi dari Jokowi
Saat dilakukan pemerikasaan ternyata Wifi yang digunakan masih menggunakan password lama dari vendor.
"Kemarin itu baru kami cek ternyata routernya itu, Wifi-nya masih memakai password default. Jadi belum dia ganti masih pakai password lama yang pertama sekali dikasih oleh vendor," ucap Jerico Lavian.
Untuk pelaku pihak kepolisian belum bisa menentukan dan ada banyak kemungkinan.
"Kemungkinan siapa saja bisa terkait. Intinya sejauh ini kami masih mendalami kasus ini untuk mencari tahu siapa pelakunya," tambahnnya.(*)